Pengaruh Iklan Media Luar Ruang Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012

(1)

PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 071000008 ANANDA RAHMAN US

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 071000008 ANANDA RAHMAN US

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN

TAHUN 2012

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan oleh:

071000008

ANANDA RAHMAN US

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Juli 2012

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM

NIP 19671219 199303 1 003 NIP 19690922 199403 2 002 Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes

Penguji II Penguji III

Drs. Eddy Syahrial, MS

NIP 19681101 199303 2 005 NIP 19611024 199003 1 003 Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

NIP 196108311989031001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Perilaku merokok pada siswa semakin meningkat meskipun semakin ketatnya peraturan mengenai iklan rokok. Namun perusahaan rokok memanfaatkan media lain untuk memasarkan rokok yaitu media luar ruang. Ini bisa kita lihat semakin banyaknya iklan rokok pada media luar ruang seperti billboard, spanduk,neon sign dan sebagainya.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara media luar ruang yang meliputi jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang dengan perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan tahun 2012 yang berjumlah 783 orang. Besar sampel sebanyak 89 orang dengan pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling. Analisis data menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMA Negeri 2 Medan memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar 100%, sikap baik yaitu sebesar 98,9% dan tindakan merokok sebesar 57,3%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara media luar ruang yang meliputi jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan. Dan efektifitas media luar ruang memiliki hubungan paling dominan terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan (Exp (B) = 7,561).

Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak sekolah untuk menghentikan iklan rokok disekolah. Bagi pihak dinas terkait untuk terus melakukan advokasi kepada legislatif agar membuat rancangan tentang kawasan tanpa rokok diseluruh sekolah.


(5)

ABSTRACT

Smoking (behavior) in students is increasing even though the regulations regarding tobacco advertising in tightened.However tobacco companies take advantage of the other media to market cigarette that is outdoor media. It can take a look at increasing number of cigarette advertisement on the outdoor media such as a billboard, banners, neon sign and etc.

This study uses a cross sectional study design that aims to analyze the relationship between outdoor media which includes; The types of outdoor media, effect of outdoor media and effectiveness of outdoor media with student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012 which amounted to 783 people. Sample size of 89 people selected by proportional random sampling technique. Analysis of data using multivariate analysis with multiple logistic regression test.

The results of this study indicate that the student in SMA Negeri 2 Medan have a good knowledge in the amount of 100%, good attitude the amount of 98.9% and 57.3% for act of smoking. There is a statistically significant relationship between outdoor media which includes; the types of outdoor media, effect of outdoor media and effectiveness of outdoor media with student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012. And the effectiveness of outdoor media has the most dominant relationship against the student smoking act in SMA Negeri 2 Medan (Exp (B) = 7,561).

From the results of the study recommended the school to stopped tobacco advertising in school. to the relevant agencies to strongly advocate to the legislature in order to make the draft of No smoking area throughout the school.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

Tempat/Tanggal Lahir

Agama

Status

Jumlah Bersaudara

Alamat Rumah

Riwayat Pendidikan

: Ananda Rahman US

: Medan, 12 Mei 1989

: Islam

: Belum Menikah

: 2 orang

: Jl. Selamat Ujung Gg. Berkeluarga No. 184, Medan

: 1. SD 060819 Medan (1995-2001)

2. SMP Negeri 15 Medan (2001-2004)

3. SMA Negeri 2 Medan (2004-2007)


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya pnulis dapat menyelesaikan skripsi in dengan judul :

“Pengaruh Iklan Media Luar Ruang Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua, Ayahanda Bakri, M.Si dan Ibunda tercinta Lely Marianna Rangkuti yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kasih sayang. Terima kasih yang sebesar- besarnya atas dukungan, nasehat dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan materil dan moral dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Drs. Kintoko Rochadi, MKM selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan banyak saran dan ilmu serta dukungan semangat kepada penulis sehingga sikripsi ini dapat terselesaikan

3. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran dan penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen penguji dan dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi saran dan penyempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Kepala Bagian Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Masyarakat Universitas Sumatera Utara

7. Seluruh staf pengajar di FKM USU dan dosen PKIP yaitu Ibu dr. Linda T. Maas, MPH, Ibu Dra. Syarifah, MS, dan Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD serta pegawai di departemen PKIP yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak Drs. M. Abdu Siregar selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian kepada penulis.

9. Siswa SMA Negeri 2 Medan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Adikku tercinta Ananda Idris US yang telah memotivasi dan mendoakan penulis.

11.Teman- teman tercinta Khairunnisa, SKM, Dina Permatasari, SKM, Day Santri, SKM, Siti Afsyah, SKM, Eka Purwanti, SKM, T. Hera Zafira, SKM, Linda Rahayu, SKM, Putra Apriadi Siregar, SKM, Sasmar Aurivan Harya, SKM, Rizka Furnanda, SKM, Addlinsyah, SKM, dan Rizki El Hafiz, SKM atas dukungan, do’a dan semangat yang diberikan kepada penulis, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

12. Juniyanti Puspita Sari Lubis, SKM, Yulinda Lubis, SKM, Deli Syahputri, SKM, Febri Susanti, SKM, Amelia Aqita Hara, SKM, Cut Alia Novianda, SKM terima kasih atas dukungan dan do’anya kepada penulis.


(9)

13.Bang Hamid, Bang Budi, Bang Dika, Bang Enda, Bang Angga, Bang Kamto, Bang Roni, Bang Dhani, Kak Ratna, Bang Afdal, Bang Amru, Bang Pendi, Bang Andre, Bang Hengki, Bang Andrie, Kak Tya, Kak Juli terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

14.Teman-teman yang di Peminatan PKIP yang tidak disebutkan satu per satu.

15.Putri Rahayu Syah Umar Nasution, Annisa Mentari Hsb, Rifandhita Asokawati, Sri Handayani, Azis Anshori Situmorang, Ozi, Baim, Nia, Heri, Ical,Dikri, Fandi, Jeje, Wita, Mayan, Mamad, Uty, Galih, Roni, Reza, Ziad, Izah, Fani, Ika, Utet, Wiwid, Aya.

16.Semua Pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan skripsi penulis, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Alllah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin.

Medan, Juli 2012


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ...iii

DAFTAR RIWAYAT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Umum ... 9

1.3.2 Tujuan Khusus ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Iklan ... 11

2.1.1.Pengertian Iklan ... 11

2.1.2 Fungsi Iklan ... 12

2.1.3 Strategi Iklan ... 13

2.1.4 Iklan Media Luar Ruang ... 15

2.1.5 Efek-efek dalam iklan Luar Ruang ………... 16

2.1.6 Efektifitas Media Luar Ruang ... 17

2.2. Perilaku ... 19

2.2.1 Pengetahuan ... 20

2.2.2 Sikap ... 24

2.2.3 Tindakan ... 28

2.3. Perubahan Perilaku ... 29

2.3.1 Teori S-O-R ... 29

2.4. Pengertian Perilaku Merokok ... 31

2.4.1 Tipe Perilaku Merokok ... 32

2.4.2 Alasan Merokok ... 35

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ... 38

2.4.4 Defenisi dan Klasifikasi Perilaku Merokok... 41

2.4.5 Bahaya Merokok ... 42

2.5. Remaja ... 45


(11)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 50

3.1. Jenis Penelitian ... 50

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

3.3. Populasi dan Sampel ... 51

3.3.1 Populasi ... 51

3.3.2 Sampel ... 52

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 54

3.4.1 Data Primer ... 54

3.4.2 Data Sekunder ... 54

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 54

3.5.1 Variabel Dependen ... 54

3.5.2 Variabel Independen ... 54

3.5.3 Defenisi Operasional ... 55

3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 55

3.6.1 Aspek Pengukuran ... 55

3.6.2 Instrumen ... 59

3.7. Teknik Analisa Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN ...60

4.1. Gambaran tentang SMA Negeri 2 Medan ...60

4.1.1. Lokasi ...60

4.2. Hasil Analisa Univariat ...60

4.2.1. Media Luar Ruang ...60

4.2.2. Perilaku Merokok ...62

4.3. Hasil Analisa Bivariat ...73

4.4. Hasil Analisa Multivariat ...76

BAB V PEMBAHASAN ...79

5.1. Media Luar Ruang ...79

5.1.1. Jenis Media Luar Ruang ...79

5.1.2. Efek Media Luar Ruang ...81

5.1.3. Efektifitas Media Luar Ruang ...83

5.2. Perilaku Merokok ...85

5.2.1. Pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Medan Tentang Merokok ...85

5.2.2. Sikap Siswa SMA Negeri Medan Tentang Perilaku Merokok ...87

5.2.3. Tindakan Responden Dalam Perilaku Merokok ...91

5.3. Hubungan Jenis Media Luar Ruang, Efek Media Luar Ruang, dan Efektifitas Media Luar Ruang Dengan Tindakan Merokok Responden ...93

5.3.1. Jenis Media Luar Ruang ...93

5.3.2. Efek Media Luar Ruang ...94

5.3.3. Efektifitas Media Luar Ruang ...96

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...98

6.1. Kesimpulan ...98


(12)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Medan

Tahun 2011……….. 48

Tabel 3.2 Distribusi Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Medan Tahun 2011……….. 48

Tabel 3.3 Jumlah Sampel Pada Tiap-Tiap Kelas X... 50 Tabel 3.4 Jumlah Sampel Pada Tiap-Tiap Kelas XI... 50 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Media Luar Ruang……… 58 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Efek Media Luar Ruang……… 58 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Efektifitas Media Luar Ruang……... 58 Tabel 4.4 Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Bahan Utama Rokok……….. 59

Tabel 4.5 Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Pesan Yang Di Dapatkan Pada Saat Melihat Iklan Media Luar Ruang Tentang Rokok……… 59

Tabel 4.6 Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Dampak Yang Di Beritahukan Pada Iklan Media Luar Ruang…………... 60

Tabel 4.7 Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Manakah Yang Lebih Berbahaya, Merokok Secara Langsung Atau Terhirup Asap Rokok……….. 60

Tabel 4.8 Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Pengertian Seseorang Yang Merokok………... 61

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden……… 61

Tabel 4.10 Distribusi Mengenai Sikap Responden………... 61

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Sikap Responden………... 67


(14)

Tabel 4.13 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Berapa Batang

Rokok Yang Responden Habiskan Dalam Sehari………... 68 Tabel 4.14 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Apakah Orang

Tua Mengetahui Anda Merokok………. 68 Tabel 4.15 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Alasan Anda

Membeli Dan Mengkonsumsi Produk Rokok Yang

Diiklankan Di Billboard……….. 69 Tabel 4.16 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Jenis Rokok

Yang Sering Anda Hisap………. 69 Tabel 4.17 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Anda Pernah

Mendapatkan Rokok Gratis Pada Kegiatan Yang

Disponsori Industri Rokok Seperti Konser Musik……….. 69 Tabel 4.18 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Dengan

Adanya Iklan Pada Media Billboard Tersebut Membuat

Anda Lebih Semangat Untuk Merokok……….. 70 Tabel 4.19 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar

Ruang Dengan Pengetahuan Responden……… 71 Tabel 4.20 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar

Ruang Dengan Sikap Responden………... 71 Tabel 4.21 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar

Ruang Dengan Tindakan Responden………. 72 Tabel 4.22 Hasil Uji Bivariat Pengaruh Media Luar Ruang Terhadap

Tindakan Responden………... 74

Tabel 4.23 Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Berganda Tentang Pengaruh Jenis Media Luar Ruang, Efek Media Luar Ruang, Dan Efektifitas Media Luar Ruang Terhadap

Tindakan Responden………... 74

Tabel 4.24 Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Berganda Tentang Pengaruh Jenis Media Luar Ruang Dan Efektifitas Media


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 4. Output SPSS Hasil Penelitian


(16)

ABSTRAK

Perilaku merokok pada siswa semakin meningkat meskipun semakin ketatnya peraturan mengenai iklan rokok. Namun perusahaan rokok memanfaatkan media lain untuk memasarkan rokok yaitu media luar ruang. Ini bisa kita lihat semakin banyaknya iklan rokok pada media luar ruang seperti billboard, spanduk,neon sign dan sebagainya.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara media luar ruang yang meliputi jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang dengan perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan tahun 2012 yang berjumlah 783 orang. Besar sampel sebanyak 89 orang dengan pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling. Analisis data menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMA Negeri 2 Medan memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar 100%, sikap baik yaitu sebesar 98,9% dan tindakan merokok sebesar 57,3%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara media luar ruang yang meliputi jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan. Dan efektifitas media luar ruang memiliki hubungan paling dominan terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan (Exp (B) = 7,561).

Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak sekolah untuk menghentikan iklan rokok disekolah. Bagi pihak dinas terkait untuk terus melakukan advokasi kepada legislatif agar membuat rancangan tentang kawasan tanpa rokok diseluruh sekolah.


(17)

ABSTRACT

Smoking (behavior) in students is increasing even though the regulations regarding tobacco advertising in tightened.However tobacco companies take advantage of the other media to market cigarette that is outdoor media. It can take a look at increasing number of cigarette advertisement on the outdoor media such as a billboard, banners, neon sign and etc.

This study uses a cross sectional study design that aims to analyze the relationship between outdoor media which includes; The types of outdoor media, effect of outdoor media and effectiveness of outdoor media with student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012 which amounted to 783 people. Sample size of 89 people selected by proportional random sampling technique. Analysis of data using multivariate analysis with multiple logistic regression test.

The results of this study indicate that the student in SMA Negeri 2 Medan have a good knowledge in the amount of 100%, good attitude the amount of 98.9% and 57.3% for act of smoking. There is a statistically significant relationship between outdoor media which includes; the types of outdoor media, effect of outdoor media and effectiveness of outdoor media with student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012. And the effectiveness of outdoor media has the most dominant relationship against the student smoking act in SMA Negeri 2 Medan (Exp (B) = 7,561).

From the results of the study recommended the school to stopped tobacco advertising in school. to the relevant agencies to strongly advocate to the legislature in order to make the draft of No smoking area throughout the school.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap perilaku merokok telah menjadi masalah yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu bentuk nyatanya adalah WHO (World Health Organization) menetapkan tanggal 31 Mei 1988 sebagai hari tanpa tembakau sedunia dan untuk seterusnya diperingati setiap tahun ditanggal 31 Mei (Rafei dalam Rochadi, 2004). Menurut deHaan dalam Tarigan (2007), saat ini diperkirakan jumlah perokok di dunia sebesar 1, 3 milyar orang dan kematian yang diakibatkan olehnya mencapai 4, 9 juta orang per tahun.

Kebiasaan merokok akan menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan bahkan kematian. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2008) melaporkan bahwa adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit sistem saluran pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Risiko berbagai penyakit tersebut disebabkan pada setiap batang rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik).

Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok tetapi juga orang di sekitarnya yang terkena asap rokok. Menurut Sarifuddin (2010), asap rokok sangat berbahaya karena semakin besar terpapar asap rokok semakin besar pula peluang kerusakan DNA. Semakin besar kerusakan DNA, maka semakin besar pula risiko terkena penyakit kanker dan serangan jantung.

Menurut Soamole (2004), setiap tahun ada empat juta orang yang meninggal akibat kebiasaan merokok. Dikhawatirkan, apabila penanganan yang tidak memadai maka di tahun 2030 diperkirakan proporsi perokok sebesar 1,6 miliar perokok, diantaranya sekitar 770 juta anak


(19)

yang menjadi perokok pasif dan 85% terdapat di negara berkembang. Diperkirakan juga proporsi kematian akibat merokok sebesar 10 juta kematian yang mana 70% di antaranya terjadi di negara berkembang.

Konsumsi rokok rata-rata 2,7% per tahun di negara berkembang, sedangkan di negara maju menurun, yaitu 1,8% per tahun (Hudoyo, 2000). Ironisnya, prevalensi perokok di negara maju telah banyak berkurang, sedangkan perokok di negara berkembang justru makin banyak. Di negara berkembang, prevalensi perokok makin meningkat, yaitu 2,1% per tahun (Fajriwan, 1999).

Indonesia menduduki peringkat ke 5 dalam konsumsi rokok di dunia. Dari tiga tahun (2001-2004) jumlah perokok naik dari 31, 3 persen ke angka 34, 4 persen atau bisa dikatakan lebih dari 50 juta orang dewasa adalah perokok. Data Survei Nasional Tahun 2004 menyebutkan bahwa 63, 2 % laki-laki dan 4, 4 % perempuan Indonesia adalah perokok (Aditama, 2006). Penurunan jumlah perokok terjadi, hal ini dapat dilihat berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 yang menunjukkan proporsi perokok sebanyak 29%. Jumlah ini semakin meningkat seperti yang tertera pada data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan jumlah perokok di Indonesia menjadi 34,7%. ( Riskesdas 2010)

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki angka perokok tertinggi di Indonesia. Menurut data Riskesdas 2007, proporsi perokok di Provinsi Sumatera Utara sebesar 28%. Angka ini mengalami lonjakan yang drastis karena menurut data Riskesdas 2010 proporsi perokok melonjak menjadi 35,7% kondisi tersebut menjadikan provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah perokok terbesar di Indonesia setelah Provinsi Kalimantan Tengah (43,2%) dan disusul Nusa Tenggara Timur (41,2%).


(20)

Menurut Smet (1994) usia pertama sekali merokok pada umumnya terjadi berkisar pada umur 11-13 tahun. Perry dkk dalam Rochadi (2004) juga berpendapat bahwa perilaku merokok terbesar berawal pada masa remaja dan meningkat menjadi perokok tetap dalam kurun waktu beberapa tahun. Hal yang sama juga disampaikan Mayasari (2007) bahwa para perokok mulai merokok pada umur 11 dan 13 tahun serta 85-90% mulai merokok sebelum usia 18 tahun. Perilaku merokok pada usia remaja semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok (Amelia, 2009).

Riskesdas tahun 2010 melaporkan bahwa rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun dengan persentase penduduk yang mulai merokok tiap hari terbanyak pada umur 15-19 tahun. Mayoritas prevalensi penduduk yang merokok adalah perokok yang memiliki umur 15 tahun ke atas yang merokok tiap hari secara nasional adalah 28,2 persen. Sebagaimana perokok setiap hari, prevalensi perokok kadang-kadang tertinggi pada kelompok umur 15-24 tahun (8,1%) dan cenderung menurun dengan bertambahnya umur (Riskesdas, 2010). Dari berbagai data di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya usia memulai merokok diawali pada masa remaja.

Masa remaja identik dengan usia sekolah sehingga perilaku merokok remaja identik dengan perilaku merokok anak sekolah. Penelitian yang dilakukan Purnamasari, dkk (2005) yang dilakukan terhadap siswa SMP di Surakarta menunjukkan siswa yang merokok setiap hari sebesar 9,8% yang didominasi siswa laki-laki sebesar 95,6% dan sisanya 4,4% adalah siswa perempuan. Bayu (2008) menyatakan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku merokok pada siswa SMP antara lain adalah iklan rokok.


(21)

juga penuh dengan berbagai masalah (Hurlock, 2001). Pada fase ini seorang individu dalam perkembangan psikologisnya sangat labil dan cenderung mudah terpengaruh pengaruh dari luar. Salah satu pengaruh luar yang datang kepada remaja adalah perilaku merokok yang datang dari teman dan termasuk iklan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 46,3% remaja berpendapat iklan rokok memiliki pengaruh besar untuk memulai merokok dan 41,5% remaja berpendapat keterlibatan dalam kegiatan yang disponsori industri rokok memiliki pengaruh untuk mulai merokok. Diketahui sebanyak 9% remaja perokok menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok pada saat tidak merokok dan 8% remaja perokok menyatakan mereka kembali merokok setelah berhenti merokok karena mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok.

Data di atas sejalan dengan hasil penelitian Muntaha (2011) menunjukkan bahwa remaja dengan rentang usia 9-12 tahun melakukan keputusan merokok dikarenakan karena iklan rokok yang menarik dan keluarga yang perokok. Widiono (2010) juga menyatakan bahwa iklan rokok adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan merokok siswa SMP. Budiarty dan Yunni (2008), menegaskan bahwa iklan rokok memiliki keeratan hubungan dengan keputusan membeli rokok oleh para remaja.

Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang memberikan informasi kepada khalayak mengenai suatu produk,baik barang atau jasa, sehingga mampu menarik hati calon pembeli hingga akhirnya melakukan tindakan pembelian atas barang atau jasa yang diiklankan tersebut (Tambun, 2010). Menurut Rezeki (2008) faktor psikologis yang dapat memengaruhi seseorang dalam memilih produk suatu iklan ditentukan oleh persepsi, pengetahuan, keyakinan dan sikap. Iklan rokok yang sangat atraktif dan kreatif dapat menyentuh sisi psikologis yang menunjukan berbagai citra seperti berani, macho, trendi, keren,


(22)

kebersamaan, santai, optimis, jantan, penuh petualangan, kreatif, kritis, perubahan, eksklusif, kemewahan serta berbagai hal lain yang membanggakan dan mewakili suara hati anak muda dan remaja. Hal ini sudah tentu membuat remaja menjadi tertarik dan simpatik terhadap iklan rokok tersebut.

Subanada (2007) berpendapat bahwa perilaku remaja untuk merokok tidak terlepas dari peran media yang digunakan oleh industri rokok dengan berbagai macam trik periklanan dan pemasaran produk. Laporan Koalisi Indonesia Sehat (2008) menunjukkan 70% remaja memiliki kesan positif terhadap iklan rokok. Sebanyak 50% remaja perokok merasa dirinya lebih percaya diri seperti yang dicitrakan iklan rokok dan 37% remaja perokok merasa dirinya keren seperti yang dicitrakan iklan rokok. Pada remaja putri terdapat persepsi pula bahwa perokok cenderung memiliki banyak teman (Koalisi Indonesia Sehat, 2008).

Semakin ketatnya peratuan mengenai iklan rokok membuat industri rokok berinovasi untuk memasarkan produknya dengan memanfaatkan berbagai media. Media memiliki peran yang sangat penting dan strategis bagi kegiatan periklanan. Media yang digunakan di dalam periklanan terdiri dari beragam jenis. Iklan dapat disampaikan di antaranya melalui media cetak (surat kabar, majalah, brosur, leaflet, poster dan sebagainya), media elektronik baik media audio maupun audio visual (radio, televisi, film, video dan sebagainya), media luar ruang (billboard, spanduk, neon sign, dan sebagainya). Media dapat memengaruhi persepsi dan pandangan konsumen terhadap suatu produk.

Media elektronik menjadi ujung tombak pemasaran iklan rokok dalam beberapa tahun yang lalu. Namun saat ini iklan rokok di media elektronik seperti televisi dan radio memang telah dibatasi penayangannya yaitu pada larut malam (Shimp, 2003). Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003 Pasal 16 ayat 3 disebutkan bahwa penayangan iklan rokok di media elektronik hanya


(23)

dibatasi antara jam 21.30 hingga jam 05.00. Hal tersebut sepertinya tidak memberi dampak besar dalam mengurangi paparan iklan pada remaja. Industri rokok memiliki cara lain untuk memperkenalkan produk mereka dengan beralih dari media elektronik menjadi menggunakan iklan melalui media luar ruang.

Media luar ruang di Indonesia semakin marak. dan telah berkembang dengan berbagai bentuk media luar ruang yang atraktif, dengan dukungan teknologi yang semakin canggih. Kendati media luar ruang sebagai medium periklanan masih lebih dianggap sebagai media pendukung, tetapi semakin banyak pengiklan yang memanfaatkannya. Industri rokok menjadi salah satu industri yang telah memanfaatkan iklan dengan media luar ruang. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya baliho, poster, spanduk yang digunakan berbagai merek rokok untuk memasarkan produknya. Industri rokok juga menjadikan tokoh panutan remaja seperti atlit-atlit atau artis menjadi bintang iklan rokok untuk memengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat rokok (Ayuningtyas, 2011).

Penelitian yang dilakukan The Jakarta Global Youth Survey di Indonesia tahun 2006 menunjukkan 93% anak usia 13-15 tahun melihat iklan rokok di billboard, 83% melihat di majalah dan koran. Sebanyak 81% remaja pernah mengikuti kegiatan yang disponsori rokok. Hal ini didukung oleh pernyataan Komnas anak (2007) bahwa 92,9% pelajar terpapar iklan rokok di billboards dan 82,8% pelajar terpapar iklan rokok di koran dan majalah. Temuan tersebut mengasumsikan bahwa iklan rokok di media luar ruang lebih efektif di bandingkan di media elektronik.

Cara lain yang digunakan oleh industri rokok untuk memasarkan produk mereka adalah dengan melakukan berbagai kegiatan di lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari banyak kegiatan remaja di lingkungan sekolah seperti konser musik, pentas seni, seminar remaja dan


(24)

lain-lain yang disponsori oleh rokok. Industri rokok bahkan berani melakukan promosi rokok secara langsung dengan membagikan rokok gratis pada remaja dan membagikan hadiah berupa pemantik dan merchandise mereka sebagai bentuk kerjasama sponsor. Hal ini terlihat saat menjadi sponsor diberbagai acara yang berhubungan dengan remaja seperti menjadi sponsor olahraga maupun konser yang kebanyakan penontonnya adalah remaja (Crofton, 2009).

Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota nomer 3 terbesar di Indonesia. Sebagai ibu kota Provinsi, maka sudah tentulah proporsi perokok remaja di Kota Medan juga cukup besar. Seluruh sekolah SMA di Kota Medan memiliki kebijakan tidak memperbolehkan siswa-siswinya merokok di lingkungan sekolah, SMA Negeri 2 Medan merupakan salah satu sekolah yang memberlakukan larangan merokok bagi siswa dan siswinya, bahkan SMA Negeri 2 Medan sering melakukan razia rutin rokok pada siswa-siswinya sebagai upaya untuk menghindarkan siswa dan siswinya merokok di lingkungan sekolah. Mengingat ketatnya kebijakan yang dibuat, seharusnya konsumsi rokok pada siswa dan siswi SMA Negeri 2 berkurang, tetapi tidak begitu pada kenyataanya. Dalam kondisi di lapangan masih sering dijumpai siswa- siswi SMA Negeri 2 Medan yang merokok baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah pada jam sekolah.

SMA Negeri 2 Medan merupakan salah satu sekolah yang terletak di tengah Kota Medan cukup aktif melakukan berbagai kegiatan seperti pentas seni, pertandingan olahraga dan berbagai kegiatan lainnya. Industri rokok juga turut mendukung acara tersebut dengan kerap memasang spanduk, baliho, poster bahkan membagikan dan menjual rokok mereka baik didalam maupun diluar lingkungan sekolah. Disamping itu, letak sekolah yang berada di tengah Kota Medan yang strategis membuat siswa banyak melewati berbagai iklan rokok yang menarik perhatian pada baliho, spanduk dan berbagai media luar ruang lainnya. Hal ini yang membuat peneliti


(25)

berasumsi bahwa adanya kemungkinan siswa SMA Negeri 2 Medan telah terpapar informasi mengenai iklan rokok khususnya iklan rokok di media luar ruang.

Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitan tentang Pengaruh Iklan Media Luar Ruang Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012. 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh iklan media luar ruang terhadap perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap pengetahuan siswa di SMA Negeri 2 Medan tentang merokok.

2. Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap sikap siswa di SMA Negeri 2 Medan tentang merokok.

3. Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap tindakan siswa di SMA Negeri 2 Medan tentang merokok.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak SMA Negeri 2 Medan tentang pengaruh iklan media luar ruang terhadap perilaku merokok siswa.

2. Sebagai masukan bagi pihak- pihak terkait khususnya dinas pertamanan, dinas pendidikan dan dinas kesehatan yang berkompeten dalam mengurusi masalah merokok pada siswa .


(26)

3. Menambah pengetahuan penulis dalam penelitian lapangan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Iklan

2.1.1. Pengertian Iklan

Berbagai defenisi tentang iklan antara lain dikemukakan oleh :

1. “Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat” (Niken, 2007).

2. Menurut Liliweri (2011) iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mempersuasi para pendengar, pemirsa dan pembaca agar mereka memutuskan untuk melakukan tindakan tertentu.

3. Iklan didefenisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media (Kasali, 1995).

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, iklan adalah suatu bentuk pesan yang disampaikan kepada masyarakat luas dengan menggunakan suatu media. Istilah periklanan merujuk kepada pemahaman keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian pesan.

Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan kesuatu khalayak, target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, pengeksposan langsung, reklame luar ruang, atau kendaraan umum (Lee, 2007).

Alat dalam komunikasi periklanan selain bahasa, terdapat alat komunikasi lainnya yang sering dipergunakan yaitu gambar, warna, dan bunyi. Iklan merupakan sistem yang


(28)

menggunakan tanda yang terdiri atas lambang baik verbal maupun ikon. Pada dasarnya lambang yang digunakan dalam iklan terdiri dari dua jenis yaitu verbal dan non verbal. Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal, lambang non verbal adalah bentuk dan warna yang disajikan yang tidak secara meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan warna serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya, seperti gambar benda, orang atau binatang (Sobur, 2003).

2.1.2. Fungsi Iklan

Ibrahim dalam Rina (2008) menyatakan iklan memiliki sejumlah fungsi sesuai dengan yang dimaksudkan oleh perancang atau pengiklannya.secara garis besar, fungsi iklan bias dilihat dari dua sisi, yaitu funsi nyata dan funsi tersembunyi.

Iklan bisa menampilkan beraneka fungsi yang terlihat secara nyata (manifest), dalam hal ini iklan berfungsi untuk :

1. Menginformasikan suatu produk ke public.

2. Menarik perhatian konsumen terhadap suatu produk.

3. Memotivasi konsumen untuk bertindak atau melakukan sesuatu. 4. Menstimulus pasar.

5. Mendukung komunitas bisnis.

6. Membangun dan memelihara hubungan yang abadi antara konsumen dan perusahaan. Menurut Liliweri (2008), iklan berfungsi sebagai :

1. Mengirimkan informasi.

2. Memanfaatkan jasa non personal, karena iklan memindahkan informasi tidak melalui manusia, individu atau kelompok, melainkan melalui media bukan manusia.


(29)

3. Memanfaatkan media massa, karena iklan memindahkan informasi melalui media massa, baik cetak maupun elektronik.

4. Persuasif, karena iklan pada umumnya berisi bujukan terhadap individu atau kelompok sasaran agar mereka memiliki informasi yang lengkap mengenai produk barang dan jasa. 5. Sponsor, karena iklan yang dimuat dalam media dibayar oleh pihak tertentu yang disebut

sponsor.

6. Tujuan, karena iklan mempunyai tujuan tertentu, misalnya untuk mengubah sikap dan sasaran terhadap produk barang dan jasa.

2.1.3. Strategi Iklan

Strategi komunikasi adalah siasat, cara dan jembatan yang dipakai kreator iklan dalam mengkomunikasikan suatu pesan agar berbeda dari kompetitornya. Orang-orang kreatif harus mendapatkkan gaya, nada, kata-kata, dan bentuk untuk melaksanakan pesan. Semua unsur ini harus dapat menyampaikan citra dan pesan yang terpadu. Karena hanya sedikit orang yang membaca beritanya, gambar dan kepala berita harus mengikhtisarkan usulan penjualan. Pesan apapun dapat disajikan dalam berbagai gaya pelaksanaan seperti potongan kehidupan, gaya hidup, fantasi, suasana atau citra, musik, simbol kepribadian, keahlian teknis, bukti ilmiah, atau bukti kesaksian (Kotler, 2001).

Penyampaian pesan juga harus memilih nada yang tepat untuk iklan tersebut. Harus diperoleh kata-kata yang mudah diingat dan menarik perhatian. Unsur bentuk seperti ukuran, warna dan ilustrasi iklan memberikan perbedaan baik terhadap pengaruh iklan dapat meningkatkan kemampuan menarik perhatiannya. Iklan ukuran besar menarik lebih banyak perhatian, walau tidak sebesar perbedaan biayanya. Ilustrasi empat warna dan bukannya hitam putih akan meningkatkan efektifitas dan biaya iklan.


(30)

Sejumlah periset mengenai iklan cetakan melaporkan bahwa gambar, kepala berita, dan berita penting, sesuai urutan tersebut. Pembaca pertama memperhatikan gambar, dan gambar harus cukup menarik untuk menarik perhatian. Kemudian kepala berita harus efektif dalam mendorong orang tersebut untuk membaca beritanya. Berita itu sendiri harus disusun dengan baik. Bahkan setelah itupun, suatu iklan yang betul-betul bagus akan diperhatikan oleh kurang dari 50% audiensnya, sekitar 30% dari audiensnya itu mungkin ingat maksud kepala beritanya, sekitar 25% mungkin ingat nama pengiklan, dan kurang dari 10% telah membaca sebagian besar beritanya. Sayangnya iklan-iklan biasanya tidak mencapai hasil seperti itu (Kotler, 2001).

Agar seluruh elemen iklan dapat disampaikan secara tuntas kepada audiens hendaknya dapat memenuhi ketentuan AIDA yaitu getting attention (menarik perhatian audience), holding interest (menarik minat audience membaca, mendengarkan atau melihat pesan sampai selesai), arousing desire (menimbulkan keinginan audiens memiliki atau mempergunakan barang atau jasa yang diiklankan) dan obtaining action (menyakinkan audiens melakukan sesuatu yang bersifat positif), misalnya membeli produk atau bersikap baik terhadap merek dagang atau perusahaan pemasang iklan (Kleinsteuber, 2002).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Djayakusumah (1982), agar iklan berhasil merangsang tindakan pembeli harus memenuhi kriteria aidcda yaitu attention (mengandung daya tarik), interest (mengandung perhatian dan minat), desire (memunculkan keinginan untuk mencoba atau memiliki), conviction (menimbulkan keyakinan terhadap produk), decision

(menghasilkan kepuasan terhadap produk), dan action (mengarah tindakan untuk membeli) (Nirmana, 2003).


(31)

2.1.4. Iklan Media Luar Ruang

Media luar ruang atau yang sering disebut dengan papan reklame atau billboard adalah poster dalam ukuran besar dan didesain untuk dilihat oleh orang yang melakukan perjalanan dengan tingkat mobilitas cukup tinggi. Menurut KBBI, papan reklame adalah papan untuk iklan yang dipasang di tempat terbuka dan mudah terlihat. Papan reklame atau billboard adalah salah satu media reklame yang banyak digunakan untuk menyampaikan pesan iklan produk atau jasa oleh perusahaan kepada pelanggan mereka, pemerintah untuk menyampaikan pesan himbauan kepada masyarakat dan yang lainnya.

Syarat pemasangan media luar ruang juga mencantumkan standar ukuran reklame, tingginya dari permukaan tanah atau dari atas atap gedung bertingkat, pemakaian stempel khusus dan tidak memasang di tempat-tempat seperti jalan protocol, di sekitar pusat keramaian dan lokasi peribadatan dan sekolah (Kasali, 1995). Pendirian papan reklame juga dipengaruhi oleh sosio-kultur masyarakat setempat misalnya di Jogjakarta papan reklame pernah diharuskan tidak boleh dekat dengan Kraton Jogja apalagi sampai tingginya menutupi Kraton, tetapi sekarang aturan inipun agak diperlunak oleh pihak Pemda DI Jogjakarta.

Papan reklame atau billboard mempunyai jenis-jenis yang biasa dipakai dalam kampanye periklanan, yaitu:

1. Poster Panels.

Lembaran kertas besar yang dicetak sesuai dengan keinginan pemesan. Dicetak dalam jumlah yang banyak untuk menghemat biaya kemudian ditempelkan pada panel besar yang dilengkapi kerangka dan bantuan cahaya lampu. Lembaran kertas ini tahan dengan perubahan cuaca dan gangguan cuaca, misalnya hujan. Jenis ini sekarang popular dengan bantuan digital printing.


(32)

2. Painted Bulletins

Langsung didesain dan digambar oleh artist dari agency di atas panel yang telah disediakan. Bisa juga dikerjakan terlebih dahulu di studio kemudian dipindahkan ke panel tersebut. Butuh kejelian mata seorang seniman lukis untuk menimbulkan detail sehingga benar-benar artistic. Jenis ini masih tetap bertahan di bioskop-bioskop untuk mempromosikan film yang sedang diputar.

2.1.5. Efek-efek dalam iklan luar ruang 1. Tata Cahaya

Dibutuhkan pencahayaan yang cukup atraktif untuk menimbulkan minat orang memperhatikan pesan dalam media ini.

2. Lampu Latar

Beberapa pengiklan melakukan eksperimen dengan holografi yang dapat memproyeksikan efek tiga dimensi dari suatu panel atau pada panel yang lain.

3. Bentuk

Perlu eksperimen untuk memecahkan keterikatan pada sudut-sudut segi empat yang membuat penampilan media ini menjadi kaku. Dewasa ini ada yang menggunakan efek tiga dimensi dan beberapa teknik yang lain, misalnya cutting. 4. Inflatables

Menggunakan benda-benda yang digantungkan dan ditampilkan pada papan reklame sehingga efek tiga dimensi lebih terasa.

5. Gerakan

Panel-panel yang bergerak disebut kinetic board, digunakan untuk menyajikan pesan-pesan yang berbeda-beda. Satu panel yang terdiri dari dua atau tiga sisi dapat digunakan untuk


(33)

menyampaikan pesan yang berubah-ubah sesuai dengan bergesernya khalayak sasaran yang lalu lalang di jalan raya.

2.1.6. Efektifitas Media Luar Ruang 1. Jangkauan

Kemampuan media menjangkau khalayak sasaran. Pada media luar ruang, faktor ini bersifat local, artinya hanya mampu menjangkau daerah di sekitarnya saja. Hal ini terjadi karena dalam hal bepergian, ternayata manusia sering hanya menggunakan satu jalan dan tidak pernah berganti rute kecuali jika ada gangguan.

2. Frekuensi

Kemampuan media mengulang pesan iklan yang sama terhadap khalayak sasaran saat mulai dilupakan.

3. Kontiniuitas

Kesinambungan media menyampaikan pesan iklan sesuai dengan tuntutan strategi periklanan.

4. Ukuran

Kemampuan media memberikan ukuran yang dituntut oleh pesan iklannya. Memiliki kemampuan tampil dengan mencolok dan tiba-tiba.

5. Warna

Kemampuan media menyajikan tata warna yang dituntut oleh suasana yang dikehendaki pada saat pesan iklan disampaikan.

6. Pengaruh

Kekuatan pesan iklan yang kreatif dengan tata letak yang fungsional dalam hal menjual dirinya kepada khalayak sasaran. Pesan harus singkat dan ditampilkan secara jelas. Harus dapat


(34)

dibaca setidaknya dalam tujuh detik. Menggunakan huruf yang mudah terbaca dari jarak relative jauh. Menggunakan warna yang tepat sebagai pembantu.

Beberapa kendala sebagai kelemahan :

1. Papan reklame efektif bagi pengendara sepeda motor.

2. Papan reklame efektif bagi mereka yang duduk di jok depan kendaraan roda empat.

3. Papan reklame menjadi sangat efektif di negara maju, karena semakin banyak orang yang mengemudikan sendiri kendaraannya.

4. Di Indonesia, sopir terekspose oleh papan reklame sedangkan si boss asyik baca Koran. 5. Bis dan kendaraan umum lainnya tidak memberikan ruang pandang yang cukup bagi

penumpangnya. 2.2. Perilaku

Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut elicting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian di ikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini di sebut reinforcing stimulation

atau reinforce, karena memperkuat respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di bedakan menjadi dua, yaitu:


(35)

1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert) respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan bel0um dapat di amati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau unobservable behavior. 2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat di amati atau di lihat. Oleh sebab itu disebut overt behavior.

Menurut teori Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam Notoatmodjo (2005), perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni Cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain. Ketiga Domain tersebut diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practise).

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Sagala (2010), segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas otak termasuk ke dalam dimensi kognitif. Tujuan belajar pada dimensi kognitif lebih mengarah pada perilaku dalam aspek berfikir atau kemampuan intelektual. Dimensi kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom oleh Anderson et al. (Widodo, 2003) mencakup dimensi pengetahuan


(36)

dan dimensi proses kognitif yang terpisah satu sama lain. Dimensi pengetahuan hanya memuat jenis – jenis pengetahuan sedangkan proses kognitif memuat macam – macam proses kognitif.

1. Dimensi pengetahuan

Dimensi pengetahuan pada taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson et al.

(widodo, 2003) dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu : a. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual meliputi unsur – unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu yang biasa digunakan oleh ahli di bidang tersebut. Pengetahuan ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Pengetahuan tentang terminologi : mencakup pengetahuan tentang label atau symbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal (Widodo,2003). 2. Pengetahuan tentang bagian detail dari unsur – unsur : mencakup pengetahuan

tentang kejadian tertentu, tempat, orang, waktu dan sebagainya (Widodo, 2003). b. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan tentang saling keterkaitan antara unsur – unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi secara bersama-sama. Pengetahuan konseptual terdiri dalam tiga bentuk yaitu :

1. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori : mencakup pengetahuan tentang kategori, kelas, bagian atau susunan yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu. 2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi : mencakup abstraksi dari hasil


(37)

3. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur : pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi seta saling keterkaitan antara keduanya yang menghasilkan kejelasan terhadap suatu fenomena yang kompleks.

c. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan procedural merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan cara untuk melakukan sesuatau. Pengetahuan prosedural berisi tentang langkah – langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan sesuatu.

d. Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Pengetahuan metakognitif terdiri dari pengetahuan strategik, pengetahuan tentang tugas kognitif dan pengetahuan tentang diri sendiri.

2. Dimensi proses kognitif

Proses kognitif pada taksonomi yang baru dari Bloom tetap menunjukkan proses perjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke proses kognitif yang lebih kompleks. Dimensi proses kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom menurut Anderson et al. (Widodo, 2003) terdiri dari proses kognitif mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate) dan beraksi (create).

a. Mengingat (Remember)

Dimensi proses kgnitif mengingat merupakan proses menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang lebih rendah tingkatannya


(38)

b. Memahami (Understand)

Dimensi proses kognitif memahami merupakan proses mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengeintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.

c. Menerapkan (Apply)

Dimensi proses kognitif mengaplikasikan mencakup penggunaan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah atau tugas.

d. Menganalisis (Analyze)

Dimensi proses kognitif menganalisis adalah proses menguraikan suatau permasalahan atau objek menjadi unsur – unsur dan menentukan proses saling keterkaitan unsur – unsur tersebut.

e. Mengevaluasi (Evaluate)

Dimensi proses kognitif mengevaluasi merupakan proses membuat sesuatu atau pertimbangan berdasarkan criteria dan standar yang ada.

f. Membuat (Create)

Dimensi proses kognitif membuat merupakan proses menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.

2.2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmojo, 1993).


(39)

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Allport (1954) dalam Soekijo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (kenyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.


(40)

Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.

4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.


(41)

5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto, 1999).

Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni :

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable

artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.


(42)

4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999).

2.2.3. Tindakan

Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungki nkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007).

Adapun tingkatan dari tindakan adalah :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek yang pertama.

2. Respon Terpimpin (Guide Response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga.


(43)

Tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip dalam Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Didalam melakukan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut. 2.3.1. Teori Stimulus Organisme (S - O – R)

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources) sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hosland, et al (1953) dalam buku Soekidjo (2007) mengatakan perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:


(44)

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organism dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organism berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan ke proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini faktor reinforcement memegang peranan penting.

Proses perubahan perilaku berdasarkan S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Teori S - O - R

Organisme - Perhatian - Pengertian - penerimaan

Reaksi

(perubahan sikap) Stimulus


(45)

2.4. Pengertian Perilaku Merokok

Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang di terimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok dan Romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Bustan, 2007).

Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh di mana pun juga. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990). Dannusantoso (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang lain yang berada disekitarnya. Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya (Levy,1994).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok yang dihisap, tempat merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari- hari.


(46)

Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan karena ada beberapa tahap yang dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap rokok telah menjadi bagian dari hidupnya (Feldman, 1989). Menurut Leventhal dan Cleary (1980) ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu :

1. Tahap persiapan

Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Di tahap ini terjadi pembentukkan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan yang berkaitan dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal sebagai model, sehingga rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga anggapan merokok berkaitan dengan bentuk kedewasaan dikalangan remaja sehingga diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga dianggap sebagai sesuatu yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya menenangkan diri dalam situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok.

2. Tahap inisiasi

Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-coba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Menurut Salber, et.al., dalam Feldman (1990), apabila seorang remaja mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka


(47)

besar kemudian tidak akan menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10 batang atau lebih, maka ia memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok sebesar 80%. Leventhal dan Cleary (1980) juga berpendapat seseorang yang telah merokok empat batang rokok pada awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler. Seperti dikatakan Ary dan Biglan (1988) bahwa menjadi perokok reguler seringkali terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.

3. Tahapan menjadi seorang perokok

Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep, belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya (Laventhal dan Evehant dalam Oskamp, 1984).

4. Tahapan tetap menjadi perokok

Ditahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis yang memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok, yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah (Leventhal dan Avis, 1976).


(48)

Menurut Trim (2006), ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah :

1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari. 2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari 3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat – tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mu'tadi (2002), menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi 2 yaitu:

1. Merokok di tempat-tempat umum/ruang public

a. Kelompok homogeny (sama-sama perokok) secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah-tengah orang lain yang tidak merokok , anak kecil, orang jompo , orang sakit dll).

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.

a. Kantor atau di luar kamar pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.

b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

Menurut Silvan dan Tomkins (Mu’tadin, 2002) ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :

2.4.2. Alasan Merokok


(49)

- Mereka benar-benar menikmatinya sewaktu merokok. Mereka bahkan tidak dapat menahan diri meskipun menyadari bahwa kesehatannya dipertaruhkan untuk kesenangan tersebut. - Mereka menjadi ketagihan terhadap nikotin dan tanpa nikotin hidup terasa hampa. - Mereka menjadi terbiasa menghisap rokok agar dapat merasa santai.

- Tindakan mengambil sebatang rokok, menyulutnya dengan pemantik api, memandangi asap dan memegang sesuatu dalam tangannya telah menjadi bagian dari perilaku sosial mereka dan tanpa itu mereka akan merasa hampa. Dengan kata lain, merokok telah menjadi suatu kebiasaan.

- Merokok adalah ”penopang” bermasyarakat. Mereka mungkin seorang pemalu yang perlu mengambil tindakan tertentu untuk menutupi perasaan malunya terhadap orang lain.

Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Conrad and Miller menyatakan bahwa seseorang akan menjadi perokok melalui:

a. Dorongan Psikologis, merokok rasanya seperti rangsangan seksual, sebagai suatu ritual, menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan, dan menunjukkan kedewasaan.

b. Dorongan Fisiologis, adanya nikotin yang dapat mengakibatkan ketagihan (adiksi) sehingga ingin terus merokok.

Menurut Silvan Tomkins yang dikutip oleh Rochadi ada 4 alasan psikologis orang menjadi perokok ke empat alasan tersebut adalah:

1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam Psychological Factor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 sub tipe ini:


(50)

- Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

- Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

- Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai psychological Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupka n api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.


(51)

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:

1. Merokok di tempat-tempat Umum/ Ruang Publik

Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lainnya). Mereka yang berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar "racun" kepada orang lain yang tidak bersalah.

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.

Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam. Di toilet, perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Masyarakat belakangan ini telah banyak menyadari bahwa merokok memberi dampak lebih merugikan daripada menguntungkan terutama bila dikautkan dengan aspek kesehatan dan kebersihan lingkungan. Mungkin karena merokok dapat memberi kenikmatan kepada manusia, maka tidak ayal lagi bahwa meskipun rokok secara nyata mengancam kesehatan, ternyata masih banyak orang bersikap acuh tak acuh dan megabaikan ancaman tersebut. Oleh karena itu pulalah merokok merupakan kegiatan yang sulit untuk dihentikan.


(52)

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merokok. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :

1. Tekanan kelompok sebaya

Seorang remaja cenderung merokok apabila ia berada pada kelompok yang merokok dibandingkan saat ia berada pada kelompok yang tidak merokok (Ary dan Biglan, 1988). Keinginan ini sangat kuat walaupun akan berakibat menjadi sesuatu yang tidak mengenakkan seperti rasa mual, muntah, sakit kepala dan memberi rasa yang tidak enak lainnya pada mereka yang baru pertama kali merokok (Hardinge dan Shryock, 2001)

2. Orang tua

Orang tua yang perokok memberikan pengaruh kepada anak-anaknya untuk merokok (Hughes, 1986; Mittlemark, et.al., 1987). Leventhal, et.al., (1988) mengatakan bahwa dalam suatu studi di Amerika Serikat ditemukan sekitar 14% anak-anak yang merokok memiliki orang tua yang juga perokok.

3. Saudara Kandung

Menurut Eggmose (1985) perilaku merokok itu menular , yaitu bila salah satu anggota keluarga ada yang merokok, maka anggota keluarga yang lain akan ikut merokok. Suatu studi menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai orang tua tidak perokok akan menjadi perokok apabila saudara-saudara kandung yang lebih tua merokok (Leventhal, et.al., 1988).

4. Iklan rokok

Iklan mempunyai peranan dalam menentukan kebiasaan merokok seseorang dan satu masyarakat (Aditama, 2001). Di Amerika Serikat, 86% para remajanya menghisap


(53)

tiga jenis rokok yang paling sering diiklankan sementara hanya 30% dari orang dewasa yang menghisap rokok tersebut. Para remaja beranggapan bahwa dengan melalui iklan yang dilihatnya menimbulkan persepsi dalam benaknya bahwa merokok itu identik dengan maskulinitas, kebebasan, berjiwa muda, kecerdasan dan gaya hidup yang enak (Rice, 2002).

Banyak juga alasan yang dikemukakan oleh perokok yang menyebabkan mereka terus merokok. Alasan tersebut dikemukakan oleh Hardinge dan Shryock dalam Rochadi, 2004 yaitu: 1. Kesenangan atau kenikmatan yang diberikan rokok.

2. Menghilangkan stres dan depresi.

3. Takut gejala-gejala yang timbul waktu berhenti merokok. 4. Membantu santai

5. Memberikan rasa aman. 6. Memberikan rasa percaya diri. 7. Takut bertambah gemuk

2.4.4. Definisi dan Kalisifikasi Perilaku Merokok

Dijelaskan Sweeting (1990) bahwa seseorang yang disebut perokok adalah orang yang telah merokok setidaknya 100 batang rokok atau lebih selama hidupnya.Secara ekstrim Hoepoedio (1980) menegaskan bahwa perilaku merokok adalah suatu kebiasaan tanpa tujuan positif bagi kesehatan manusia yang pada hakekatnya berwujud suatu proses pembakaran massal yang menimbulkan polusi udara yang padat yang terkosentrasi dan secara langsung serta sadar dihirup dan di serap oleh tubuh manusia yang akan menyebabkan cidera bagi tubuh manusia itu sendiri.


(54)

Safarino (1994) menyatakan disaat seseorang mulai mencoba merokok, maka ia akan mengalami batuk-batuk dan perasaan tidak nyaman di tenggorokan serta efek negatif lainnya. Namun pengalaman yang tidak menyenangkan saat berkenalan dengan rokok ternyata tidak membuat orang meninggalkan rokok.

Gilchrist, et.al., dalam Sweeting (1990) membagi perokok atas tiga kategori, yaitu: (i) bukan perokok (non smokers), adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali; (ii) perokok eksperimen (experimental smokers), adalah seseorang yang telah mencoba merokok tapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan; dan (iii) perokok tetap atau perokok reguler (regular smokers), adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi.

Chasin, et.al., dalam Sweeting (1990) mangklasifikasikan perokok atas empat kategori, yaitu: (i) tidak pernah merokok sama sekali; (ii) mencoba merokok tetapi tidak dalam beberapa bulan terakhir; (iii) merokok secara tetap tetapi sudah berhenti; dan (iv) saat ini merokok.

Bonaguro dan Bonaguro dalam Sweeting (1990) membedakan perokok dalam lima kategori, yaitu: (i) tidak pernah merokok sama sekali; (ii) pernah mencoba merokok; (iii) mantan perokok; (iv) merokok pada kesempatan tertentu; dan (v) merokok setiap hari.

Turner (1967) menjelaskan Yayasan Kanker Amerika menggolongkan perokok ke dalam empat golongan, yaitu: (i) perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok kurang dari setengah bungkus perhari; (ii) perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara setengah hingga satu bungkus perhari; (iii) perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara satu hingga dua bungkus perhari; dan (iv) perokok berat sekali, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari dua bungkus perhari.


(55)

Sitepoe (2000) membagi perokok atas empat bagian, yaitu: (i) perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-10 batang perhari; (ii) perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang perhari; (iii) perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari; dan (iv) perokok yang menghisap rokok dalam-dalam.

2.4.5. Bahaya Merokok

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia ( Yoga Aditama, 1992). Penyakit yang ada hubungannya dengan merokok adalah penyakit yang diakibatkan langsung oleh merokok atau diperburuk keadaannya karena orang itu merokok (Sue Armstrong, 1992). Penyakit-penyakit yang terpicu karena merokok dan dapat meningkatkan sebab kematian (Sitepoe, 2000) adalah:

1. Penyakit Kardiovaskuler

Pada SKRT 1993 angka kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler menduduki urutan pertama dan bertahan hingga tahun 1998 dan merokok merupakan faktor resiko yang memicu penyakit kardiovaskuler.

2. Penyakit Kanker Paru

Karena penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru, maka kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum disebabkan merokok. Tar tembakau dapat menyebabkan kanker bilamana ia merangsang tubuh untuk waktu yang cukup lama (Sue Armstrong, 1992). 3. Penyakit Saluran Pernafasan

Merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru bersifat kronis dan obstruktif misalnya bronchitis dan emfisema. Sekitar 85% dari penderita penyakit ini disebabkan oleh


(1)

4 Menurut anda pesan kesehatan di media luar kesehatan pada iklan rokok poster, neon box, billboard dapat di baca dengan jelas

5 Menurut anda pesan tentang rokok di media luar kesehatan pada iklan rokok poster, neon box, billboard dapat di baca dengan jelas

Efek didalam media luar ruang

1 Apakah menurut anda bentuk iklan papan reklame, poster, baliho rokok yang ada di jalanan membuat anda tertarik melihat

2 Apakah menurut anda cahaya dan lampu latar iklan papan reklame, poster, baliho rokok yang ada di jalanan membuat anda lebih tertarik dalam mengkonsumsi rokok

3 Menurut anda iklan rokok yang bergerak di jalanan membuat anda tertarik memperhatikan iklan tersebut

4 Menurut anda iklan rokok yang bergerak di jalanan membuat anda tertarik memperhatikan pesan pada iklan tersebut

5 Gambar dalam di papan reklame,poster rokok jelas dan mudah diingat

Efektifitas Media luar ruang

1 Menurut anda pesan iklan papan reklame, poster, baliho rokok yang ada di jalanan dapat membuat anda lebih tertarik untuk rokok

2 Menurut anda warna iklan papan reklame, poster, baliho rokok membuat anda lebih tertarik dalam melihat iklan rokok

3 Menurut anda jumlah menjumpai iklan papan reklame, poster, baliho rokok membuat anda tertarik konsumsi rokok

4 Menurut anda kesinambungan iklan di papan reklame,poster rokok yang anda lihat membuat anda tertarik konsumsi rokok


(2)

5 Menurut anda ukuran iklan di papan

reklame,poster rokok membuat anda lebih jelas membaca bahaya rokok

6 Menurut anda iklan di papan reklame,poster rokok dapat sering anda jumpai

III.Pengetahuan

Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan dibawah ini yang dianggap paling sesuai.

1)

Apa yang menjadi bahan utama rokok

a) Kertas (0)

b) Tembakau (2)

c) Rempah-rempah (1)

2)

Salah satu zat yang terdapat pada rokok adalah

a) Karbon dioksida (0)

b) Kafein (1)

c) Nikotin (2)

3)

Kandungan rokok yang dapat menyebabkan kecanduan adalah

a) Tar (1)

b) Nikotin (2)

c) Karbon monoksida (0)

4) Menurut Anda, zat apakah yang terkandung pada rokok yang dapat menyebabkan kanker? a) Nikotin (1)

b) Tar (2) c) Karbon monoksida (0)

5) Menurut Anda, zat apakah yang terkandung dalam rokok yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah?

a) Nikotin (1) b) Tar (2)

c) Karbon monoksida (0)

6)

Sewaktu anda melihat iklan media luar ruang tentang rokok, pesan apa yang anda

dapatkan?

a) Bahaya merokok (2)

b) Larangan merokok (1)

c) Manfaat merokok (0)


(3)

7)

Sewaktu anda melihat media luar ruang tentang rokok, apakah dampak rokok bagi kesehatan

diberitahukan?

a) Ya (2)

c) Tidak (0)

8)

Apa dampak rokok yang diberitahukan pada iklan media luar ruang tersebut?

a) menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin(2)

b) Menyebabkan ketergantungan (1)

c) Gangguan pencernaan (0)

9)

Apa dampak merokok pada wanita hamil

a) Pertumbuhan janin terganggu (2)

b) Mengurangi mual dan muntah (1) c) Tidak berpengaruh kepada janin (0)

10)

Manakah yang lebih berbahaya, merokok secara langsung atau terhirup asap rokok?

a) Merokok secara langsung (1)

b) Terhirup asap rokok (2) c) Sama saja (0)

11)Faktor risiko utama terjadinya kanker paru adalah

a)

Merokok (2)

b)

Narkotika (1)

c)

Alkohol (0)

12)

Rokok juga dapat menyebabkan gangguan pada

a)

Wanita hamil dan janinnya (2)

b)

Anak-anak (1)

c)

Tidak ada gangguan (0)

13)

Seorang yang merokok disebut dengan

a)

Perokok pasif (1)

b)

Perokok Aktif (2)

c)

Perokok pasif aktif (0)

14)

Seorang yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok disebut dengan

a)

Perokok pasif (2)

b)

Perokok Aktif (1)

c)

Perokok aktif pasif (0)


(4)

IV.

Sikap Responden dalam merokok

Pilihlah jawaban

Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju

atau

Tidak Setuju

dengan cara

menceklis/contreng (

√) pada kolom yang telah disediakan.

Sikap

NO Pernyataan

SS

S

KS

TS

1 Anda akan menghindari asap rokok dimana pun berada 2 Ketika anda mencium asap rokok anda akan

menutup hidung

3 Anda akan menerima rokok jika diberikan oleh teman anda 4 Di tempat-tempat umum seperti restoran, bus

Setiap orang seharusnya tidak boleh merokok 5 Apabila ada seseorang yang merokok di tempat

umum yang telah diberi larangan untuk meroko seperti di bioskop, anda akan diam saja

6 Rokok adalah simbol pergaulan dan kegagahan seorang lelaki

7 Merokok akan memberi dampak positif pada kelakuan remaja

8 Merokok dapat menghilangkan gangguan pemikiran, mengurangi ketegangan, stress

9 Seorang perokok mengeluarkan biaya lebih besar dari seorang yang tidak merokok

10

Seorang yang morokok akan menjadi lebih dewasa,

keren dan berkarakter

11 Merokok merupakan awal dan pintu masuk menuju narkoba 12 Merokok tidak dapat menyebabkan gangguan kehamilan,

janin

13

Rokok dapat memberikan kepuasan kepada setiap

orang


(5)

Keterangan :

SS

= Sangat Setuju

S

= Setuju

KS

= Kurang Setuju

TS

= Tidak Setuju

V.

TINDAKAN

Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan dibawah ini yang dianggap paling sesuai.

1. Apakah anda merokok ? a. Ya

b. Tidak ( jika jawaban tidak, maka jawaban cukup sampai no. 1 ) 2. Berapa batang rokok yang anda habiskan dalam sehari ?

a. 1-10 batang b. 11-20 batang c. Lebih dari 20 batang

3.Apakah orang tua anda mengetahui anda merokok ? a. Ya

b. Tidak

4.Alasan anda membeli dan mengkonsumsi produk rokok yang diiklankan di billboard ? a. Karena ingin membuktikan kebenaran iklan tersebut

b. Ingin menjadi macho, gaul, keren, berani seperti model yang ada di billboard rokok tersebut.

5.Apa efek samping yang anda rasakan dari kegiatan merokok yang anda lakukan ? a. Batuk – batuk

b. Lebih berkonsentrasi

6. Jenis rokok apa yang sering anda hisap ? a. Rokok kretek berfilter

b. Rokok kretek non berfilter c. Rokok putih berfilter d. Rokok putih non berfilter

7.Apakah produk rokok yang diiklankan di billboard sangat bermanfaat bagi anda ? a. Ya

b. Tidak

8. Apakah anda pernah mendapatkan rokok gratis pada kegiatan yang disponsori industry rokok seperti konser musi k?

14 Saya akan ikut dalam mensukseskan program anti tembakau atau anti rokok


(6)

a. Ya b. Tidak

9. Apakah pesan iklan rokok yang terdapat di billboard membuat anda ingin mencoba rokok yang diiklankan ?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah pesan iklan rokok di billboard tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap keseharian anda ?

a. Ya b. Tidak

11. apakah dengan adanya iklan pada media billboard tersebut membuat anda lebih semangat untuk merokok ?

a. Ya b. Tidak


Dokumen yang terkait

Hubungan Iklan Rokok, Uang Saku Dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa Sma Negeri 2 Medan Tahun 2014

1 49 218

Pengaruh Iklan Rokok Di Televisi Terhadap Perilaku Merokok Siswa Smp Di Smp Swasta Dharma Bakti Medan Tahun 2011

1 51 87

Perilaku Orangtua Siswa SMP Santo Thomas 3 Medan Dalam Pemberian Informasi Mengenai Pendidikan Seks Tahun 2013

8 176 133

PENGARUH MEDIA PLACEMENT IKLAN LUARRUANG TERHADAP TINGKAT BRAND AWARENESS PENGARUH MEDIA PLACEMENT IKLAN LUAR RUANG TERHADAP TINGKAT BRAND AWARENESS (Penelitian Eksperimental tentang Pengaruh Media Placement Iklan Luar Ruang di Sepanjang Jalan Gejayan ter

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA KRONOTIPE DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Hubungan Antara Kronotipe Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo.

0 3 13

HUBUNGAN ANTARA KRONOTIPE DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Hubungan Antara Kronotipe Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo.

0 2 17

PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGURANGAN PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 5 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 30

Kuesioner Penelitian HUBUNGAN IKLAN ROKOK, UANG SAKU DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2014

0 0 103

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklan 2.1.1. Pengertian Iklan. - Hubungan Iklan Rokok, Uang Saku Dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa Sma Negeri 2 Medan Tahun 2014

0 0 33

SKRIPSI HUBUNGAN IKLAN ROKOK, UANG SAKU DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2014

0 1 16