era Perempuan Pengrajin Bambu Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Memanfaatkan Potensi Sumber Daya Alam Lokal

(1)

PERAN PEREMPUAN PENGRAJIN BAMBU DALAM

MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DENGAN

MEMANFAATKAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM

LOKAL

(Studi deskriptif di Desa Timbang Lawan, Kec. Bahorok, Kab Langkat)

Diajukan oleh:

NARI ROLINON B MANALU

080901009

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul ’Peran Perempuan Pengrajin Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Memanfaatkan Potensi Sumber Daya Alam Lokal, yang berada di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Dalam hal ini penulis ingin melihat faktor–faktor yang menjadi alasan keikutsertaan perempuan dalam melakukan kegiatan pengrajin baik dari aspek ekonomi dan non ekonomi. Para perempuan di desa tersebut beraktifitas mulai pagi hari hingga sore hari bahkan sampai malam hari, namun bukan berarti mereka mengabaikan tugas mereka sebagai Ibu Rumah Tangga (peran domestik). Disektor publik mereka melakukan pekerjaan sebagai pekerja industri rumah tangga yaitu sebagai pengrajin bambu. Walaupun mereka bekerja sepanjang hari, namun itu bukanlah unsur keterpaksaan dari suami, tetapi dengan kesadaran mereka ingin membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga sehari – hari.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif dengan penelitian kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah para Ibu Rumah Tangga yang merupakan warga desa Timbang Lawan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri rumah tangga yang dilakukan di Desa Timbang Lawan menjadikan perubahan peningkatan di sektor ekonomi dan hubungan soaial sesama pengrajin, hal ini dapat dilihat dari kekompakan mereka saat melakukan kerajinan di halaman rumah masing – masing. Kerajinan ini merupakan pekerjaan yang sudah menjadi turun temurun dari orang tua mereka guna untuk penambahan pendapatan suami. Harga bahan baku bambu tidak terlalu mahal, dan pengelolannya tidak begitu terlalu sulit dikerjakan, dan hanya menggunakan alat yang sederhana yaitu pisau,pisau tokokan, meja tokokan dan gergaji. Hal itulah yang mendorong mereka untuk bekerja sebagai pengrajin bambu. Walaupun mereka mempunyai kendala yaitu penyempitan lahan bambu, karena adanya alih fungsi lahan dari tanaman bambu menjadi lahan perkebunan kelapa sawit di Desa Timbang Lawan.


(3)

Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugrahNya yang di berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pera Perempuan Pengrajin Bambu Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Memanfaatkan Potensi Sumber daya Alam Lokal” (Studi di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat) disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan tantangan dan hambatan akan tetapi berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa maka skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak lupa penulis haturkan terima kasih kepada orang – orang yang luar biasa yang selalu memberikan motivasi serta semangat dikala penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih dan limpahan doa selalu menyertai kedua orangtua yang saya sayangi, ayah saya Alber Boang Manalu dan ibunda tercinta Niring Padang yang mengingatkan penulis dikala penulis bermalas – malasan dalam menyelesaikan skripsi, dan semua kakak abang yang selalu memberikan saya semangat. Penulis secara khusus mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dra. Linda Elida, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan waktu, nasehat untuk membimbing penulis sehingga selesainya skripsi ini dengan baik.


(4)

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Bapak prof. DR. dr. Syahril pasaribu, DTM&, M.Sc.(CTM)Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan fakultas ilmu soaial dan ilmu politik dan para pembantu dekan serta seluruh staf pegawai dan administrasi.

3. Ibu Drs. Lina Sudarwati, M. Si selaku ketua departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik.

4. Bapak Drs. T. Ilham saladin selaku sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Bapak Drs. Sismudjito, M. Si selaku dosen wali penulis.

6. Bapak/ Ibu dosen dan staf pengajar Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, semoga ilmu yang disampaikan kepada penulis dapat menjadikan bekal nantinya dapat penulis terapkan ditengah – tengah masyarakat.

7. Kawan – kawan seperjuangan Angkatan 2008.

Riama,okta virna, Desie, Lenie, Richat, Hendra, Amos, Heberlin, Raja, Arman, Sahrul, Bresman, Robby, Yola, Fitri, Ratih, Grace, Ruth, shanty, vanny, Reza, Rudi, Dicky Handika, dicky Eko, Okta Dedi, Jhon, Poibe, Zulfikar, Eninta, salmen, irma, salmen, lia, frisilia, Anggre, Burhan, Ririn, Sugi, Lucie, Yudis, Khodijah, Yuacep, Gusnimar, Roinal, Vera, Dhani, Sri Putri, Belman, Dian, Evlin, Wistin, silky, silvia, frina, Roy. Reni, Gio, Rijal, Judika, Mitha, Esty, Satya mitra, Alfat andri, Ayu, Imay, Rhina,


(5)

Nanda, kharisma. Serta seluruh kawan – kawan yang tidak tersebut namanya disini.

8. Kawan – kawan kos lama sejajaran Jalan Pembangunan USU. Maurin, Kak Esra, Kak Evy, Headhi, Agus, Yuni, Tien, Eva Zuupe, Friska.

9. Kawan – kawan mahasiswa Departemen Sosiologi serta seluruh kawan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

10.Bang Hendrik di Bukit Lawang yang selalu memberikan dukungan. Mudah – mudahan semua motivasi semangat yang diberikan kapada penulis, menjadi pahala yang selalu dilipat gandakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dikemuduan hari. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan September 2013 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….. i

ABSTRAKS.………..v

DAFTAR ISI………..………..vi

DAFTAR TABEL……….………viii

BAB I PENDAHULUAN……….1

I.I. Latar Belakang………..………..1

1.2. Perumusan Masalah……….……….………6

1.3. Tujuan Penulisan………..……….6

1.4. Manfaat Penelitian……….………...6

1.5. Defenisi Konsep………..…………..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….………..…….9

2.1. Teori Stuktural Fungsional...9

2.2. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan………...……….11

2.3. Peran Perempuan Dalam Pemanfaatan Lingkungan………..…....……….12

2.4. Peran Perempuan Dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga……….13

2.5. Pengaruh Pengelolaan Alam Terhadap Mutu Lingkungan...14

BAB III METODE PENELITIAN....………...20


(7)

3.2 Lokasi Penelitian……..………...………...20

3.3 Unit Analisis dan Informan...21

3.4 Tehnik Pengumpulan Data...21

3.5 Interpretasi Data...23

3.6 JadwalPelaksanaan………....………..24

3.7. Keterbatasan Penelitian………..31

BAB IV Deskripsi Lokasi Penelitian...………...…....……...…...25

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian……….………..25

4.1.1. Keadaan Geografis Desa……….…………..…………...25

4.1.2. Penduduk...………...……….25

4.1.3. Sarana dan Prasarana………...………...30

4.1.4.AsetPerumahan…………...………...30

4.2. Profil Informan………...………...………...32

BAB 5. Temuan dan Interpretasi Data…………...…...45

5.1. Gambaran Umum Peran Perempuan...45

5.2 Peran Perempuan Pengrajin Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga....50

5.3 Bentuk Peran Perempuan Dalam Peningkatan Ekonomi Keluarganya...56

5.4 Pembagian Kerja Pada Rumah Tangga Pengrajin Bambu…...62

5.5Beban Ganda Perempuan Pengrajin Bambu……...………...65

5.6.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perempuan Pengrajin Bamb...68

5.7. Menjadi Pengrajin Tidak Membutuhkan Keahlian...……71

5.8. Kondisi Ekonomi Keluarga Pengraji...……72

5.9. Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dalam Produksi dan Pendistribusian Hasi SDA ...75 5.10. Hambatan-Hambatan yang Dialami


(8)

5.11. Sistem Patriarki Pada Perempuan Pengrajin Bambu...79

5.12. Pemanfaatan Bambu...79

BAB V PENUTUP………...……….………81

1.1.Kesimpulan……….………...81

1.2.Saran……….……….…………...…...81

DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN ………...………... DAFTAR TABEL Tabel 3.1.Jadwal Pelaksanaan Penelitian………...………...24

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Timbang Lawan …………...26

Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama …….…………...27

Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku…….………...28

Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………...29

Tabel 4.5. Jumlah Rumah Berdasarkan Kategori Jenis Dingding Rumah ...32


(9)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul ’Peran Perempuan Pengrajin Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Memanfaatkan Potensi Sumber Daya Alam Lokal, yang berada di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Dalam hal ini penulis ingin melihat faktor–faktor yang menjadi alasan keikutsertaan perempuan dalam melakukan kegiatan pengrajin baik dari aspek ekonomi dan non ekonomi. Para perempuan di desa tersebut beraktifitas mulai pagi hari hingga sore hari bahkan sampai malam hari, namun bukan berarti mereka mengabaikan tugas mereka sebagai Ibu Rumah Tangga (peran domestik). Disektor publik mereka melakukan pekerjaan sebagai pekerja industri rumah tangga yaitu sebagai pengrajin bambu. Walaupun mereka bekerja sepanjang hari, namun itu bukanlah unsur keterpaksaan dari suami, tetapi dengan kesadaran mereka ingin membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga sehari – hari.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif dengan penelitian kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah para Ibu Rumah Tangga yang merupakan warga desa Timbang Lawan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri rumah tangga yang dilakukan di Desa Timbang Lawan menjadikan perubahan peningkatan di sektor ekonomi dan hubungan soaial sesama pengrajin, hal ini dapat dilihat dari kekompakan mereka saat melakukan kerajinan di halaman rumah masing – masing. Kerajinan ini merupakan pekerjaan yang sudah menjadi turun temurun dari orang tua mereka guna untuk penambahan pendapatan suami. Harga bahan baku bambu tidak terlalu mahal, dan pengelolannya tidak begitu terlalu sulit dikerjakan, dan hanya menggunakan alat yang sederhana yaitu pisau,pisau tokokan, meja tokokan dan gergaji. Hal itulah yang mendorong mereka untuk bekerja sebagai pengrajin bambu. Walaupun mereka mempunyai kendala yaitu penyempitan lahan bambu, karena adanya alih fungsi lahan dari tanaman bambu menjadi lahan perkebunan kelapa sawit di Desa Timbang Lawan.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat perempuan di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Kreatifitas pengrajin bambu ini sangat identikdengan masalah-masalah sosial terutama di bidang sosial ekonomi. Kehidupan sosial ekonomi yang sulit dialami masyarakat tani di desa ini mendorong kaum perempuan menjadi pengrajin bambu untuk menopang kehidupan perekonomian keluarga mereka. Dengan posisi perempuan menjadi pengrajin bambu, maka diharapkan pendapatan perekonomian keluarga mereka akan bertambah.

Pada umumnya pekerjaan masyarakat Desa Timbang Lawan adalah bertani, tetapi dengan kurangnya pendapatan dari usaha tani, sehingga para perempuan berpikir untuk membuat suatu kreatifitas yang dapat membantu ekonomi keluarga mereka yang lemah. Hal ini juga merupakan faktor yang mempengaruhi keterlibatan perempuan untuk membantu pendapatan ekonomi rumah tangga. Para perempuan ini lebih memposisikan dirinya sebagai pengrajin bambu ketimbang bekerja di pertanian dan lain-lain, karena pekerjaan pengrajin ini dikerjakan di rumah-rumah (home industri), sehingga tidak meninggalkan pekerjaan yang domestik. Keterlibatan perempuan dalam produksi bambu ini menggunakan curahan waktu, nilai baik (upah) produksi dan kapabilitas diri terhadap jenis pekerjaan.


(11)

Desa Timbang Lawan merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani,dan sebagian besar perempuannya bekerja sebagai pengrajin bambu yang sering disebut masyarakat dengan industri rumah tangga gunauntuk menambah penghasilan keluarga mereka. Mereka memposisikan dirinya menjadi pengrajin bambu karena bambu mudah diolah. Bambu tersebut merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya yang memiliki banyak jenis dan sangat gampang didapatkan dari tempat tinggal mereka, bahkan diantara mereka ada yang menanam bambu karena pertumbuhan yang sangat cepat.

Keunggulan desa ini dibanding desa lain ialah, sebagian besarkaum perempuannya berperan dalam menambah penghasilan setiap keluarga. Namun secara sosial, mereka (pengrajin bambu) yang menggeluti profesi ini ialah masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah. Ada perempuan yang lebih memilih profesi pengrajin ini menjadi penghasilan utamanya dan ada juga perempuan yang menjalankan profesi ini sebagai penghasilan sampingan karena adanya lahan yang ia jadikan sebagai penghasilan utamanya. Pendidikan masyarakat didesa ini masih tergolong rendah yaitu, SMA, SMP, SD.

Dalam kehidupanmasyarakat pedesaan di Timbang Lawan, bambu memegang peranan sangat penting. Bahan bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar


(12)

pemukiman pedesaan. Bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan. Di Desa Timbang Lawan muncul suatu komunitas perempuan dalam membangun perekonomian, ini merupakan fenomena yang sangat menarik untuk dicermati. Komunitas perempuan ini melihat bahwa mereka dapat terlibat dalam melakukan suatu aktifitas-aktifitas yang terkait dengan masalah-masalah sosial ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan bambu untuk diolah menjadi suatu kerajinan dan menghasilkan nilai ekonomi. Sedangkan alasan pilihan untuk memanfaatkan bambu adalah karena bambu merupakan hasil potensi alam yang dapat diperoleh dan dekat dari lingkungan tempat tinggal mereka. Sebagian besar masyarakat Desa Timbang Lawan tersebut mayoritasnya adalah bertani, beternak dan sebagian perempuan atau kaum wanita mempunyai kesibukan tersendiri, yaitu sebagai pengrajin bambu guna untuk meningkatkan ekonomi bagi keluarga mereka. Itu merupakan warisan dari orangtua mereka yang sejak dahulu digeluti, dan mereka jadikan hasil pengrajin tersebut sebagai penghasilan sampingan mereka, sementara penghasilan utama ialah hasil dari pertanian suami mereka.

Kehidupan pengrajin perempuan di Desa Timbang Lawan tidak hanya sebagai pekerjaan yang menopang perekonomian keluarga tetapi juga ikut langsung terlibat dalam proses produksi pemanfaatan potensi sumber daya alam. Pekerjaan pengrajin bambu ini sudah menjadi budaya atau kebiasaan turun temurun bagi masyarakat Desa Timbang lawan. Hal ini disebabkan karena kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sehingga sampai saat ini mereka masih melakukan kegiatan mereka setiap hari. Keikutsertaan perempuan dalam sektor publik dengan bekerja sebagai pengrajin bambu di Desa Timbang lawan, menjadikan perempuan memiliki strategi membangun ekonomi rumah tangga.


(13)

Perempuan di Desa Timbang Lawan yang bekerja menempatkan kaum perempuan ini untuk mempunyai peran yang seimbang dengan laki-laki dalam membangun kehidupan rumah tangga. Ini membuat nilai kemampuan seorang perempuan tidak hanya tinggi di mata keluarga akan tetapi, juga di mata masyarakat.

Industri rumah tangga dapat dianggap sebagai respon terhadap berbagai perubahan struktur pendapatan pedesaan. Pada umumnya saat penyempitan lahan terjadi dimana-mana dan kesempatan kerja menjadi semakin terbatas, industri rumah tangga dalam berbagai bentuknya merupakan reaksi langsung terhadap kemunduran itu. Industri rumah tangga kemudian memberikan alternatif pekerjaan dan pendapatan sebagai tambahan yang diperoleh dari sektor pertanian. Para pekerja industri kerajinan pada umumnya masih terkait dengan sektor pertanian. Dalam hal tertentu, kegiatan industri rumah tangga lebih bersifat diverfikasi kegiatan yang fungsional bagi ekonomi rumah tangga secara langsung. Industri rumah tangga ini sebagai industri kecil dipedesaan, dapat dilihat dari tiga perspektif. Pertama, industri rumah tangga dapat dilihat sebagai ciri khusus dari suatu kegiatan ekonomi, yang memiliki sistem kerja yang khusus, terutama menggunakan rumah tangga sebagai bisnis produksi. Hal ini tidak hanya mengandung pengertian bahwa segala aktifitas berlangsung dirumah atau disekitar rumah, tetapi juga melibatkan tenaga kerja rumah tangga didalam operasinya. Industri rumah tangga sebagai industri kecil berkaitan dengan ciri usaha yang tidak terorganisir dengan baik, dilakukan tanpa pembukuan yang baik dan dikerjakan secara tidak efisien. Kedua, industri rumah tangga pula dipandang sebagai bibit dari tumbuhnya kegiatan ekonomi pedesaan yang merupakan basis bagi perkembangan ekonomi secara meluas. Implikasinya dari keberadaan industri


(14)

rumah tangga tidak hanya terlihat pada sumbangan ekonomi yang diberikan oleh kegiatan ini, tetapi juga berkaitan dengan peran industri rumah tangga dalam menumbuhkan kegiatan pasar dan peredaran barang dipedesaan. Industri rumah tangga yang demikian merupakan pemicu didalam memunculkan berbagai bentuk kegiatan ekonomi. Ketiga, industri rumah tangga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur ekonomi pedesaan dimana keberadaannya memiliki hubungan fungsional didalam peningkatan kesejahteraan penduduk desa dalam keutuhan sistem ekonomi pedesaan. Oleh karena itu industri rumah tangga merupakan indikator penting dalam melihat kesejahteraan masyarakat desa. Keberadaan industri rumah tangga disini dapat dilihat sebagai kegiatan alternatif

dalam usaha masyarakat dalam upaya memaksimalkam kesejahteraan (Suratiyah, 1996: 6 ).

Alasan yang yang melatar belakangi perempuan bekerja menjadi pengrajin, yaitu kebiasaan atau budaya masyarakat daerah, yang bermayoriras suku melayu tersebut, pengetahuan dan keahlian yang rendah dan keterbatasan lapangan pekerjaan formal bagi kalangan perempuan. Peran dan partisipasi perempuan dalam menopang kegiatan ekonomi terlihat dari aktifitas perempuan yang bekerja sebagai pengrajin bambu dengan melakukan produksi dan distribusi yang memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang peran perempuan pengrajin bambu dalam meningkatkan ekonomi keluarga dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat.


(15)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimana peran perempuan pengrajin bambu dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Timbang Lawan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui peran perempuan pengrajin bambu dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Timbang Lawan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1.4.1. Manfaat teoritis

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu sosiologi, seperti sosiologi gender dan sosiologi pedesaan.

2. Untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Menjadi sumbangan pemikiran untuk para pekerja perempuan.

2. Meningkatkan kemampuan maupun pengetahuan penulis dalam membuat karya tulis .


(16)

1.5. Defenisi Konsep 1.5.1. Peran

Peran ialah bagian yang kita mainkan pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri kita dengan keadaan.

1.5.2. Peran Perempuan

Peran perempuan dalam banyak komunitas adat di Indonesia sangat penting. Mereka melahirkan dan turut membesarkan generasi, menanamkan nilai-nilai, sampai berkontribusi dalam perekonomian keluarga. Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau "peran" dikaitkan dengan "apa yang dimainkan" oleh. Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

1.5.3. Sumber Daya Alam Lokal

Sumber daya alam merupakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya.


(17)

1.5.4. Peran Publik Perempuan.

Suatu peran yang dikonstruksiksan secara sosial terhadap perempuan yang memilikiperan dalam sektor formal, yang terkait dengan kerja produksi. Dimana perempuan juga memiliki peran dalam membantu suami mencari nafkah.

1.5.5. Peran Domestik Perempuan.

Suatu peran yang dikonstruksikan secara sosial terhadap perempuan yang memiliki peran dalam mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan rumah tangga, yang dianggab sebagai kodrat perempuan.

1.5.6. Ekonomi Keluarga.

Ekonomi keluarga adalah penghasilan yang didapat oleh anggota keluarga guna untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.

1.5.7. Penghasilan Utama.

Penghasilan utama merupakan pendapatan yang paling di nomor satukan dan diandalkan oleh keluarga

1.5.8. Penghasilan Sampingan.

Penghasilan sampingan yaitu pendapatan yang yang dikelola oleh masyarakat sebagai hasil tambahan.


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori struktural fungsional

Peran perempuan pengrajin dalam meningkatkan ekonomi keluarga dengan memanfatkan sumber daya alam lokal. Aliran fungsionalisme struktural atau sering disebut aliran fungsionalise, adalah mazhab arus utama (mainstream ) dalam ilmu sosial yang dikembangkan oleh Robert K. Merton dan Talcot Parsons.Teori ini sesungguhnya sangat sederhana, yakni bagaimana memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri atas bagian yang berkaitan (agama, pendidikan, struktur publik, sampai rumah tangga). Masing-masing bagian secara terus-menerus mencari keseimbangan (equilibrium) dan harmoni. Adapun interelasi terjadi karena adanya konsensus. Pola yang non-normatif dianggap akan melahirkan gejolak (Fakih, 2004:80).

Bentuk keseimbangan yang dibahas pada teori di atas yang ada pada masyarakat perempuan pengrajin Desa Timbang Lawan,dimana perempuan dan laki-laki memiliki perannya masing-masing di setiap kehidupan sehari-hari.Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.


(19)

Terwujudnya kesetaran gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya alam tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.

Teori struktural fungsional pada dasarnya mempelajari masyarakat dengan memperhatikan truktur fungsinya (Ritzer 2008:118). Salah satu tokoh yang menganalisis teori fungsionalisme atau struktural fungsional adalah parsons dengan konsep AGIL. Parsons yang dimulai dengan empat fungsi enting untuk semua sistem”tindakan”, terkenal dengan skema AGIL, suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditunjukkan kearah pemenuh kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Menurut Parson ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem (A) adaption,(G) Goal attainment, (I) Integration, (L) Latensi atau pemeliharaan pola. Secara bersama – sama, keempat imperatif fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan, suatu sistem harus memiliki empat fungsi yaitu:

a. Adaption (adaptasi), sebuah sistem yang harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyas yang dapat disesuaikan iri dengan lingkungan dan kebutuhan. Dimana sumber alam diubah menjadi


(20)

fasilitas yang dapat digunakan dan bermanfaat untuk berbagai tujuan individu.

b. Goal attainment (pencapaian tujuan), sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubunganan ketiga fungsi penting lainnya.

c. Integration (interaksi) adalalah merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia, dimana mereka bekerja sama untuk menghindari konflik dan merupakan persyaratan fungsional yang mengatur hubungan – hubungan antar komponen dalam masyarakat. Dalam integrasi ini dapat tumbuh ikatan yang bersifat emosional dan solidaritas.

d. Latency (latency atau pemeliharaan pola), peningkatan dan penegasan komitmen terhadap nilai – nilai moral.

Sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki,baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Parsons mendesain skema AGIL untuk digunakan ke semua tingkatan dalam sistem teoritisnya. Dalam bahasan tentang empat sistem tindakan, akan dicontohkan bagaimana cara parsons menggunakan skema AGIL.


(21)

2.2. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan

Dalam tahapan hubungan manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Dalam kehidupan kelompok misalnya, Ibnu Khaldun menyatakan bahwa bentuk-bentuk persekutuan hidup manusia muncul sebagai akibat interaksi iklim, geografi dan ekonomi. Ketiga bagian dari lingkungan itu juga bersifat sangat menentukan corak temperamen manusia (Rachmad K 2008: 30 ).

Jumlah manusia di muka bumi terus meningkat setiap tahunnya sehingga tidak mengherankan bila terjadi peningkatan sumber daya alam yang dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan hidup manusia.

2.3. Peran Perempuan Dalam Pemanfaatan Lingkungan.

Sumber daya alam adalah sumber kehidupan, tanpa itu manusia tidak bisa hidup. Karena itu pula sumber daya alam hampir selalu menjadi pusat perebutan kepentingan antar manusia yang seringkali menimbulkan ketidakadilan. Gender sangat berhubungan dengan penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam, karena didalamnya terkait persoalan hubungan kuasa dan peran antara laki-laki dan perempuan dalam menjadikan alam sebagai sumber kehidupan. Pola hubungan kuasa dan pembedaan peran dalam masyarakat dapat berhubungan dengan alam ini, tidak hanya saling berhubungan dalam satu komunitas dalam satu wilayah hidup. (Meentje, 2001: 9).


(22)

Kerusakan lingkungan adalah perbuatan manusia yang sadar atau tidak sadar, langsung maupun tidak langsung mengakibatkan rusaknya suatu lingkurngan. Ilmu lingkungan bisa secara obyektif dan subyektif untuk kepentingan manusia. Tidak dapat disangkal bahwa manusia berperan sebagai obyek tetapi pada waktu yang sama bisa juga berperan sebagai subjek. Sebenarnya jika sumber daya alam dimanfaatkan kalau hanya mengikuti kebutuhan masing-masing secara individu, ia akan memiliki kemampuan meregenerasi dengan sendirinya. Hanya yang terjadi, penggunaan sumber daya alam tidak memerhatikan daya dukung lingkungan, akibatnya lingkungan rusak dimana-mana dan besar kemungkinan tidak terselamatkan. Persoalan ini logis terjadi. Jumlah populasi manusia yang meningkat,jelas akan diikuti meningkatnya konsumsi atas sumber daya alam manusia. Memang tidak mudah untuk menyatakan siapa sebenarnya yang pertama-tama dan utama harus bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan lingkungan yang sekarang ini bisa dinyatakan telah masuk ke area krisis.

2.4. Peran Perempuan dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga

Ketika perempuan memutuskan untuk bekerja, setidaknya tedapat tiga alasan yaitu sebagai bentuk aktualitas diri, sebagai pengisi waktu dan upaya keluar dari rutinitas rumah tangga, dan sebagai upaya mencari nafkah. Kesulitan hidup yang dialami sering kali memaksa perempuan mencari altenatif pekerjaan. Sedangkan konsep lain menyatakan bahwa gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya, perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik,


(23)

emosional,dan keibuan. Sementara laki-laki dianggab kuat, rasional, jantan, perkasa. Dan masing-masing ciri dari sifat-sifat tersebut dapat dipertukarkan.

Pada masyarakat yang ada di negara berkembang, dalam kenyataannya tidak hanya laki-laki dan tidak dapat menggandalkan laki-laki sepenuhnya yang menjadi pencari nafkah. Ketika negara semakin miskin, tekanan terhadap perempuan untuk turut dalam mencari uang semakin intensif. Namun, pada kondisi seperti itu pula kaum perempuan dipaksa menyiapkan dirinya untuk memperoleh upah yang murah, baik dalam pertanian, pabrik, atau sebagai pekerja rumah tangga. Hal ini karena adanyapembagian kerja secara seksual yang mengandung makna bahwa perempuan kerap dipandang sebagai pencari nafkah sekunder dalam keluarga, sedangkan laki-laki penafkah utama tanpa memandang fakta apakah memang begitu kenyataannya. Dalam kenyataannya, di negara-negara selatan kerja yang dilakukan oleh sebagian besar perempuan miskinlah yang memungkinkan keluarga mereka dapat tetap bertahan hidup: semakin miskin suatu keluarga semakin bergantung pada produktifitas ekonomi seorang perempuan (Mosse, 2002: 46).

Pada umumnya yang mendorong perempuan terdorong untuk mencari nafkah memang adalah karena persoalan ekonomi rumah tangga. Dimana bila hanya mengandalkan penghasilan suami saja belum dapat mencukupi kebutuhan keluarga yang senantiasa meningkat. Turut sertanya perempuan dalam mencari nafkah ini memperlihatkan bahwa penghasilan rumah tangga meningkat sehingga pemenuhan kebutuhan keluarga dapat terpenuhi (Suratiyah, 1996: 16-18).


(24)

2.5. Pengaruh Pengelolaan Alam Terhadap Mutu Lingkungan.

Ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kesetabilan sosial tertentu disebut daya dukung lingkungan. Singkatnya, daya dukung lingkungan ialah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup. Penyebaran sumber daya alam di bumi ini tidaklah merata letaknya. misalnya ada bagian bagian bumi yang sangat kaya akan mineral, ada pula yang tidak. Ada yang baik untuk pertanian ada pula yang tidak baik. Oleh karena itu, agar pemanfaatannya dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus disertai dengan tindakan perlindungan. Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai berikut :

1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien, misalnya: air, tanah, dan udara.

2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).

3. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien, serta pendaurulangan (recycling).

4. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam.

Perempuan dan alam seringkali diartikan sebagai dua hal yang sangat erat dan dekat permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini tidak netral. Karena ketika terjadi kerusakan alam perempuan menjadi pihak yang sangat beresiko. Ekofeminisme berakar dari gerakan feminisme multikultural dan global. Berusaha menunjukkan hubungan antara semua bentuk opresi manusia. Ekofeminisme


(25)

melihat semua manusia dan segala aktifitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam lokal dan global. Artinya terdapat dialektis antara penindasan terhadap perempuan dan penindasan terhadap alam. Terdapat beberapa aliran dan organisasi yang melandasi gerakan ekofeminisme, secara umum ekofeminis sepakat bahwa kerusakan alam semesta ini akibat dari apresi yang dilakukan manusia yang berpaham androsentrisme atau patriarkhi.

Terlepas dari banyaknya ragam, argumentasi dan aliran ekofeminisme secara umum semua ekofeminisme yakin bahwa manusia saling berhubungan satu sama lain, dan berhubungan juga dengan yang selain manusia, seperti alam. Namun sayangnya tidak setiap manusia menyadari keterhubungan itu, ada ego dan kepentingan diri yang lebih didahulukan, akibat manusia kerap melakukan kekerasan terhadap satu sama lainnya dan juga terhadap alam. Akibatnya banyak terjadi tragedi kemanusiaan dan juga krisis ekologi.

Tantangan sumber daya alam terus terjadi dan menjadi lebih rumit setelah desentralisasi. Misalnya, sektor kehutanan telah lama memainkan peranan yang sangat penting dalam mendukung pembangunan perekonomian dan mata pencaharian masyarakat pedesaan dan dalam menyediakan pelayanan lingkungan. Tetapi, sumber daya ini belum dikelola secara berkelanjutan atau adil. Untuk memperbaiki situasi ini, diperlukan sebuah visi baru yang dipimpin oleh Pemerintah mengenai seperti apa sektor kesehatan yang layak dan sehatdari segi lingkungan itu. Kerangka administratif dan peraturan di Indonesia belum dapat memenuhi tuntutan akan adanya pembangunan yang berkelanjutan meskipun adanya dukungan kebijakan dan pengembangan kapasitas dari pemerintah sendiri maupundukungan dari donor internasional. Kementerian-kementerian Indonesia


(26)

yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam telah memperoleh manfaat dari kepemimpinan yang baik di tingkat nasional danjuga dari jaringan organisasi masyarakat sipil yang aktif di seluruh nusantara yang difokuskan pada masalah-masalah lingkungan, dengan pengalaman advokasi yang signifikan. Namun, memperbaiki pendekatan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam di Indonesia tidaklah mudah.

Di Indonesia, kebijakan energi, praktek sektor kehutanan dan masalah perubahan iklim saling berhubungan erat. Bahan bakar fosil mendominasi konsumsi energi di Indonesia, di daerah pedesaan maupun perkotaan, dan Indonesia secara bertahap sedang meningkatkan penggunaan energi yang dihasilkan oleh batu bara ( sekitar 40% pada tahun 2002). Indonesia juga merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia, yang memproduksi 80% gas rumah kaca dari perubahan penggunaan lahan selain penebangan hutan dan kebakaran hutan/gambut.Kebijakan energinasional mendorong peningkatan pemanfaatan sumber energi yang dapat diperbaharui termasuk biomassa, panas bumi dan tenaga air. Pada saat yang sama, Pemerintah merencanakan pemanfaatan batu bara berskala besaruntuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak. Peningkatan pemanfaatan batu bara dapat menimbulkan dampak lingkungan negatif yang signifikan terkait dengan kandungan sulfur yang tinggi dan dampak potensial terhadap hutan akibat pembukaan lahan. Solusi energi alternatif diperlukan bagi daerah-daerah yang lebih terpencil dengan harga yang sesuai dan dukungan sektor publik.


(27)

Macam-macam sumber Daya Alam:

Sumber daya alam dapat dibedakan berdasarkan sifat, potensi, dan jenisnya. a. Berdasarkan sifat

Menurut sifatnya, sumber daya alam dapat dibagi 3, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber daya alam yang terbarukan (renewable), misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba, air, dan tanah, karena dapat melakukan reproduksi dan memiliki daya regenerasi (pulih kembali).

2. Sumber daya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), misalnya: minyak tanah, gas bumi, batu tiara, dan bahan tambang lainnya.

3. Sumber daya alam yang tidak habis, misalnya, udara, matahari, energi pasang surut, dan energi laut.

b. Berdasarkan potensi

Menurut potensi penggunaannya, sumber daya alam dibagi beberapa macam, antara lain sebagai berikut.

1. Sumber daya alam materi: merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan dalam bentuk fisiknya. Misalnya, batu, besi, emas, kayu, serat kapas, rosela, dan sebagainya.

2. Sumber daya alam energi: merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan energinya. Misalnya batu bara, minyak bumi, gas bumi, air terjun, sinar matahari, energi pasang surut laut, kincir angin, dan lain-lain.

3. Sumber daya alam ruang; merupakan sumber daya alam yang berupa ruang atau tempat hidup, misalnya area tanah (daratan) dan angkasa.


(28)

c. Berdasarkan jenis

Menurut jenisnya, sumber daya alam dibagi dua sebagai berikut :

1. Sumber daya alam nonhayati (abiotik); disebut juga sumber daya alam fisik, yaitu sumber daya alam yang berupa benda-benda mati. Misalnya : bahan tambang, tanah, air.

2. Sumber daya alam hayati (biotik); merupakan sumber daya alam yang berupa makhluk hidup. Misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba, dan manusia.Pandangan orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memang berbeda-beda karena antara lain dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pertimbangan kebutuhan, sosial budaya, dan waktu.Semakin tinggi tingkat pemenuhan kebutuhan untuk kelangsungan hidup, maka semakin baik pula mutuhidup.

.http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam. Diakses 4 juli 2012 pukul 22.00


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriprtif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, tindakan dan lain-lain serta holistik dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Meleong, 2006:6). Dengan menggunakan metode kualitatif maka peneliti akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi dan data yang jelas serta terperinci mengenai peran perempuan pengrajin bambu dalam meningkatkan ekonomi keluarga dengan memanfaatkan hasil potensi alam lokal di desa Timbang Lawan,kec Bahorok.Kab Langkat, serta melihat kendala-kendala apa saja yang ditemui perempuan pengrajin bambu dalam pemanfaatan potensi alam lokal tersebut.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Timbang Lawan,Kec.Bahorok,Kab. Langkat.Dimana perempuan di Desa tersebut berperan aktif dalam peningkatan ekonomi keluarga yang memanfaatkan potensi alam lokal.Oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk memilih Desa Timbang Lawan, Kec.Bahorok, Kab. Langkat ini sebagai lokasi penelitian.


(30)

3.3. Unit Analisis dan Informan 1. Unit Analisis

Sasaran penelitian tidak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret menggambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun oranglain yang memahami objek penelitian (Bungin,2007:76). Yang menjadi unit analisis pada penelitian ini adalah seluruh perempuan pengrajin bambu di di Desa timbang Lawan,serta beberapa informan tambahan untuk memperkuat data tambahan untuk penelitian seperti suami dan sanak saudara perempuan pengrajin bambu di Timbang Lawan.

2. Informan

Adapun informan yang menjadi sumber informasi bagi peneliti adalah sebagai berikut:

Perempuan pengrajin bambu di dedesa Timbang Lawan ( perempuan yang sudah menikah. Yang dilakukan dengan cara snowball (bola salju). Teknik ini merupakan teknik penentuan sample terhadap penelitian dengan mengikuti informasi-informasi dari sample sebelumnya.

3.4. Teknik pengumpulan data

Dalam proses penumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan observasi,wawancara serta mencatat dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun tekhnik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:


(31)

a. Data primer

1. Observasi atau pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera matayang dibantu dengan panca indera lainnya. Metode observasi adalah metode pngumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pegamatan dan penginderaan (Bungin,2007:117). Proses pengamatan ini dilakukan kepada hak-hal yang berhubungan dengan objek penelitian. Dengan melalui observasi peneliti dapat melihat bagaimana peran perempuan pengrajin bambu dilapangan.

2. Wawancara mendalam.

Secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan infoman terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.(Bungin,2007:108).

Dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada responden terkait dengan peran perempuan pengrajin bambu di Desa Timbang Lawan.

b. Data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian

kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku refrensi,dokumen,majalah, jurnal dan bahan


(32)

dari website internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini tentunya terkait dengan peran perempuan pengrajin bambu yang memanfaatkan hasil potensi alam lokal.

4. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data. Setelah data terkumpul dalam catatan lapangan, dokumentasi resmi, gambar, foto dan sebagainya. Maka akan dilakukan pengolahan, analisis dan penafsiran. Data yang diperoleh dari lapangan tadi berupa hasil observasi dan wawancara. Kemudia peneliti akan menyederhanakan serta mengedit data tersebut agar lebih mudah dipahami. Data yang telah dikumpulkan kemudian akan disusun sedemikian rupa. Kemudian data tersebut akan diinterpretasikan secara kualitatif.

Hal ini dilakukan agar peneliti dapat memperoleh makna yang lebih jelas dan mendalam serta luas dan kritis dan sesuai dengan teori yang relevan. Pada akhirnya peneliti akan menyusunnya sebagai laporan akhir dari penelitian ini. Proses ini sudah dilakukan sejak proposal penelitian dibuat, hingga pada akhir penelitian ini akan menjadi sebuah laporan yang memiliki ciri analisis kualitatif.


(33)

4.1. Jadwal kegiatan

No Kegiatan

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pra observasi

2 Acc penelitian

3 Penyusunan proposal penelitian

4 Seminar desain penelitian

5 Revisi proposal penelititn

6 Penelitian lapangan dan interprestasi Data

7 Penulisan laporan akhir

8 Bimbingan


(34)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL INFORMAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Wilayah Desa.

Desa Timbang Lawan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Dengan luas desa 4.233 Ha. Ketinggian Desa Timbang Lawan adalah 75 - 125 m di atas permukaan laut. Secara umum Desa Timbang Lawan berbatasan dengan Desa Perkebunan Bukit Lawang (desa wisata). Untuk mencapai Desa Timbang Lawan jarak yang harus ditempuh adalah 10km dari ibukota kecamatan atau 25 menit perjalanan. Sedangkan, dari Medan menuju Desa Timbang Lawan waktu perjalanan adalah sekitar ± 3 jam.

Desa Timbang Lawan masuk dalam wilayah Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Perkebunan Bungara Estate. Sebelah Selatan : Desa Laudamak.

Sebelah Timur : Kelurahan pekan bahorok. Sebelah Barat : Desa Timbang Lawan.

4.1.2 Penduduk.

Desa Timbang Lawanberdasarkan data kependudukan tahun 2011 memiliki 1.093 kepala keluarga (kk). Jumlah penduduk yang terdata adalah 4.233 orang, terdiri dari 2.068 orang laki-laki dan 2.163 orang perempuan. Desa Timbang Lawan terdiri dari 9 dusun, perincian jumlah penduduk di tujuh dusun tersebut adalah sebagai berikut:


(35)

Tabel 1

Komposisi Penduduk Timbang Lawan

Desa Timbang Lawan memiliki 9 dusun, namun pengrajin bambu hanya ditemukan di dusun tujuh.

DUSUN JLH KK L P JLH JIWA

Dusun 1 176 orang 312 orang 339 orang 652 orang Dusun 11 104 orang 186 orang 178 orang 364 orang Dusun 111 72 orang 167 orang 166 orang 333 orang Dusun 1V 61 orang 137 orang 132 orang 269 orang

Dusun V 32 orang 82 orang 75 orang 157 orang

Dusun V1 192 orang 314 orang 334 orang 648 orang Dusun V11 178 orang 384 orang 383 orang 767 orang Dusun V111 215 orang 489 orang 449 orang 938 orang Dusun 1X 63 orang 142 orang 144 orang 286 orang JUMLAH 1. 093 orang 2.068 orang 2.163 orang 4.233 orang Sumber: Data Kependudukan Desa Timbang Lawan Thn 2011


(36)

Komposisi penduduk Bukit Lawang dapat dibagi berdasarkan beberapa aspek sebagai berikut:

a. Komposisi penduduk berdasarkan agama.

Tabel 2

Komposi.si Penduduk Berdasarkan Agama

NO. Agama Jumlah

1. Islam 4.105 orang

2. Kristen 128 orang

Jumlah total 4233 orang

Sumber: Data Kependudukan desa Timbang lawan Thn 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Timbang Lawan Lawan adalah beragama Islam yaitu dengan jumlah 4.105 orang. Meskipun demikian kerukunan umat beragama di desa Timbang Lawan sangatlah baik. Hal ini karena tidak adanya permasalahan maupun pertengkaran di masyarakat Timbang Lawan yang disebabkan perbedaan agama. Penduduk Timbang lawan menjalani kehidupan dengan saling menghargai dan menghormati perbedaan agama dan kepercayaan setiap orang.


(37)

b. Komposisi penduduk berdasarkan suku Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

Sumber: Data Kependudukan Desa Timbang lawan 2011

Dari data di atas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang bersuku melayu merupakan kelompok suku mayoritas dengan jumlah 2.021 orang, kemudian suku jawa sebanyak 1.735 orang, suku karo sebanyak 251 orang, suku Minang sebanyak 101 orang, suku Aceh 61, Suku Batak 42 0rang dan suku Banjar sebanyak 22 orang. Perbedaan suku yang ada pada masyarakat Timbang Lawan menjadikan Timbang Lawan semakin kaya dengan keberagaman budaya.

NO SUKU JUMLAH

1 Melayu 2.021 orang

2 Jawa 1.735 orang

3 Karo 251 orang

4 Minang 101 orang

5 Aceh 61 orang

6 Batak 42 orang

7 Banjar 22 orang


(38)

c. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian Tabel 4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1. Petani 977 orang

2. Buruh tani 564 orang

3. Pegawai Negeri Sipil 25 orang 4. Pengrajin Industri Rumah Tangga 365 orang 5. Pedagang Keliling 85 orang

6. Peternak 3 orang

7. Montir 10 orang

8. Perawat swasta 2 orang

9. Bidan swasta 1 orang

10. Pembantu rumah tangga 26 orang

11. TNI 3 orang

12. POLRI 1 orang

13. Pensiun PNS/TNI/POLRI 16 orang 14. Pengusaha kecil dan menengah 160 orang 15. Dukun kampung terlatih 4 orang 16. Jasa pengobatan alternative 25 orang 17. Karyawan perusahaan swasta 105 orang

JUMLAH 2354

Sumber: Data Kependudukan Desa Timbang Lawan 2011

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Timbang Lawan adalah bermatapencaharian sebagai Petani,


(39)

peternak, dukun kampung terlatih, bidan, perawat, pembantu Rumah Tangga, pengusaha kecil dan menengah, jasa pengobatan alternatif dan karyawan perusahan swasta.

4.1.3. Sarana dan Prasarana a. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang paling banyak digunakan masyarakat Timbang Lawan adalah sepeda motor. Selain itu, di desa ini juga telah tersedia prasarana transportasi yakni becak motor, mini bus, bus dan jalan yang beraspal sehingga untuk mencapai desa ini dapat ditempuh dengan mobil maupun sarana transportasi umum seperti bus atau mikrolet. Sarana transportasi yang dapat digunakan untuk mencapai desa ini dari Medan adalah dengan menggunakan bus “Pembangunan semesta” karena searah dengan wisata bukit Lawang, naik dari terminal pinang baris atau dapat pula dengan menggunakan mini bus L300 yang juga berada di terminal pinang baris. Tarif untuk jasa transportasi ini sangat terjangkau yaitu untuk bus besar Rp.12.000,- perorang.

b. Sarana Penerangan

Jaringan listrik dari PLN sudah tersedia di Timbang Lawan sehingga hampir semua rumah tangga telah menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya.


(40)

c. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Timbang Lawan belum memadai, namun di Timbang Lawan telah tersedia 1 unit TK (Taman Kanak-kanak), 1 unit SD (Sekolah Dasar), 2 unit MIS, 1 unit SMP( sekolah Menengah Pertama ) dan MTs.S.

d. Sarana Peribadatan

e. Untuk sarana tempat ibadah, masyarakat desa timbang Lawan yang beragama islam dapat memenuhi sholat mereka di masjid. Terdapat 5 unit masjid, 6 unit Musholla dan 1 unit Gereja di Timbang Lawan.

f. Sarana Kesehatan

Desa Perkebunan Bukit Lawang memiliki fasilitas kesehatan, walaupun jumlahnya tidak banyak. Untuk sarana kesehatan, desa memiliki , 1 unit Puskesmas, 4 unit tempat persalinan rumah praktek bidan, 1 unit toko obat, 1 orang bidan, 2 orang perawat.. Selain itu, masyarakat juga memiliki 1 tempat dukun terlatih atau lebih dikenal dengan dukun patah.

g. Sarana komunikasi

Sarana komunikasiSarana komunikasi yang dapat digunakan di Timbang lawan adalah telepon genggam. Hal ini karena telah masuknya sinyal untuk telepon genggam yang disediakan oleh beberapa provider kartu telepon. Meskipun begitu hanya beberapa sinyal provider tertentu yang cukup baik, seperti Telkomsel dan Indosat.

4.1.4 Aset perumahan

Pada umumnya dinding perumahan Desa Timbang Lawan adalah tembok, kayu dan bambu ( tepas ).


(41)

Tabel 5

Jumlah Rumah Berdasarkan Kategori Jenis Dinding Rumah Dinding Rumah Jumlah rumah

Tembok 265 unit

Kayu 430 unit

Bambu 250 unit

JUMLAH 945 unit

Sumber: Data Kependudukan Desa Timbang Lawan 2011

Berdasarkan tabel diatas jumlah masyarakat yang rumahnya berdinding kayu dan bambu lebih banyak dengan tebok, dimana yang berdinding tembok sebanyak 265 unit, sedangkan yang berdindingkan kayu sebanyak 430 unit, dan yang berdindingkan bambu sebanyak 250 unit.

4.2. Profil Informan

1. Nama : Mahzarani Umur : 28 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

Ibu Mahzarani merupakan penduduk yang sudah lama menetap tinggal di desa timbang lawan sejak beliau dilahirkan sampai sekarang dan mempunyai anak 1 orang, beliau mempunyai kebun bambu sendiri, sehingga dengan mudah beliau mendapatkan bambu tanpa harus mengeluarkan biaya lagi untuk membeli bahan mentah. Namun bambu tersebut tidak gampang untuk dijangkau karena jarak


(42)

tempuh yang sangat jauh, sehingga ia harus membutuhkan bantuan suaminya untuk pengangkutan bambu dari hutan sampai rumah, pengangkutan bambu tersebut menggunakan sepeda motor. Penebangan bambu dari hutan dilakukan dengan sistem tebang pilih, karena bambu yang mereka gunakan biasanya bambu yang sudah tua.

Beliau menggeluti pekerjaan ini sekitar 10 tahun yang lalu , alat yang digunakan ialah pisau dan pisau tokokan. Suami beliau bekerja sebagai petani (deres), peranan beliau sebagai pengrajin bambu karena ini merupakan hobinya yang dapat dikembangkan dan menambah pendapatan rumah tangga dan membantu suami dalam memenuhi ekonomi. Pengrajin ini beliau ketahui dari orang tuanya, sehingga dengan gampang beliau mengerjakannya tanpa ada pelatihan khusus dari pemerintah. Beliau memilih pekerjaan ini karena tidak merasa terganggu dengan pekerjaan rumah tangga, dan dapat ia kerjakan kapan saja dia mau, tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Keuntungan yang diperoleh bekiau dari bambu tersebut sekitar Rp 20.000 dari setiap batang bambu.

2. Nama : Ela Umur : 37 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Karo

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

Ibu Ela adalah seorang ibu yang tinggal di Dusun tujuh Desa Timbang Lawan, beliau merupakan seorang ibu yang baik dan ramah sehingga membuat peneliti tidak canggung untuk menanyakan segala sesuatunya yang berkaitan


(43)

dengan penelitian, beliau mempunyai 1 orang anak yang sudah duduk dibangku SD. Alasan beliau memnpunyai anak hanya satu orang karena beliau mengikuti program pemerintah yang disebut dengan KB ( keluarga berencana) Suami beliau bekerja disalah satu bengkel di desa timbang lawan, sedangkan beliau bekerja sebagai pengrajin bambu. Semenjak beliau menikah dengan salah seorang penduduk desa timbang lawan maka beliau memposisikan dirinya sebagai pengrajin bambu karena ingin membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, bagi beliau pekerjaan pengrajin ini merupakan pekerjaan utama baginya selain gampang dikerjakan juga tidak mengganggu pekerjaan rumah lainnya bahkan malam hari pun bisa dikerjakan. Dengan gampang beliau dulunya langsung mengerti dan paham dengan pekerjaan ini karena melihat tetangganya yang baru sedang mengerjakan kerajinan bambu tersebut. Beliau sangat bersyukur karena adanya kerajinan ini karena dikerjakan dengan tanpa unsur keterpaksaan sehingga beliau dapat membagi waktunya dengan baik.

Beliau tidak mempunyai lahan bambu dihutan, sehingga ibu ini harus membeli bambu dari masyarakat desa untuk diolah, bambu dibeli perbatang, yang besar harganya Rp. 6000 perbatang sedangkan yang kecil dengan harga Rp. 5000 perbatang. Nama alat yang digunakan ialah pisau dan pisau sorong.


(44)

3. Nama : Anizar Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

Ibu Anizar dimasa gadisnya tinggal di brandan, kemudian beliau menikah dengan pemuda Desa Timbang Lawan. Beliau mempunyai 3 orang anak yang masih dalam tanggungan. Ibu ini mulai dari awal berumah tangga sudah menjadi pengrajin bambu. Pekerjaan menjadi pengrajin sudah menjadi kebiasaan nya sehari-hari. Sudah 20 tahun ibu ini menjadi pengrajin.Alasannya bekerja menjadi pengrajinkarena faktor ingin membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga, Suami beliau bekerja sebagai supir. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga mereka,beliau bercerita banyak tentang pekerjaan yang sudah dilaluinya mulai dari penjual es, buruh PPLH ( pusat pendidikan lingkungan hidup ) tukang masak para Guide, hingga mengantarkan makanan setiap hari ke Bukit Lawang untuk makanan para guide. Tetapi sekarang ini beliau lebih memilih menjadi pengrajin bambu karena mudah dikerjakan dan bekerjanya tidak ada semacam unsur pemaksaan dari siapapun. Ibu Anizar menjual kerajinannya tidak jauh dari sekitar rumahnya, karena toke langganannya adalah tetangganya, dijual sekali dalam satu minggu tepatnya pada hari sabtu, keuntungan yang beliau dapat sekitar Rp 15.000. dari setiap 1 bambu.


(45)

4. Nama : As Umur : 32

Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

Ibu As merupakan salah satu perempuan pengrajin bambu yang mempunyai dua orang anak. Suami Beliau bekerja sebagai buruh tani. Keikutsertaan ibu ini menjadi pengrajin bambu karena ini merupakan pekerjaan yang sudah menjadi turun temurun. Bekerja sebagai perempuan pengrajin bambu sejak usia 12 tahun beliau ikut mengerjakan bambu tersebut. Selain itu, karena keterbatasan pendidikan yang hanya tamatan sekolah menengah pertama, maka dengan pertimbangan itu beliau memutuskan dirinya untuk menjadi pengrajin bambu. Setelah menikah Ibu As tetap melanjutkan kegiatannya senagai pengrajin bambu, suaminya juga mendukung pekerjaannya tersebut. Ibu As melakukan kegiatan tersebut setiap hari, bahkan malam hari, selagi stok bambu masih ada hingga bisa menghasilkan Rp 300.000 setiap minggu. Tetapi dengan pekerjaan tersebut beliau bukan berarti meninggalkan pekerjaan rumah seperti memasak, membersihkan rumah dan mengurus anak.

Suami beliau juga tutut berperan dalam kerajinan tersebut, dan selalu meluangkan waktunya untuk pengambilan bambu ke hutan, karena pengambilan bambu sangat jauh, sehingga bapak tersebut tidak mengizinkan istrinya untuk ikut mengambil bambu ke hutan. Bambu tersebut dibeli dari pemilik kebun bambu sekitar Rp. 5000/ batang. Setelah penebangan, kemudian bambu dihanyutkan


(46)

melalui sungai, dari sungai diangkut dengan menggunakan sepeda motor sampai kerumah.

5. Nama : Arlianti Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

Ibu Arlianti merupakan salah satu perempuan pengrajin bambu yang mempunyai satu orang anak. Walaupun hanya mempunyai satu orang anak namun tanggungannya tetap saja b banyak karena Ayah dan Ibunya yang sudah tua memilih tinggal bersamanya, sementara suami beliau hanya bekerja sebagai petani. Beliau menjadi pengrajin sekitar 30 tahun yang lalu sampai sekarang. Beliau mengetahui pekerjaan pengrajin bambu ini sejak beliau kecil, karena sering melihat orang tuanya yang sedang bekerja sebagai pengrajin bambu juga,dan bagi keluarganya ini merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun, selain itu, gampang dikerjakan, tidak terlalu melelahkan, dan bisa dikerjakan setiaap saat, tergantung dengan stok bambu yang tersedia, karena mudah untuk dikerjakan maka beliau juga mengharapkan bantuan dari anak beliau yang masih berumur 12 tahun.

Dalam kerajinan tersebut alat yang digunakan sangat sederhana,seperti pisau, pisau sorong, dan pisau tokokan. Bambu yang digunakan merupakan bambu yang ditanam di kebun bambu beliau yang berada didekat sekitar aliran


(47)

sungai, namun jarak tempuh dari rumah cukup lama yang bahkan masyarakat tetangga juga sering membeli bambu dari beliau.

6. Nama : Fatmawati Umur : 58

Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SD.

Ibu Fatmawati merupakan warga desa Timbang Lawan.Ia mempunyai 7 orang anak diantaranya 5 orang yang sudah berumah tangga dan 2 orang yang baru tamat SMA. Suaminya bekierja sebagai pedagang pekanan, beliau mengerjakan kerajinan tersebut dibantu dengan anak – anak beliau. Walaupun suami beliau mempunyai waktu luang beliau tidak mengharapkan bantuan dari suaminya, seperti perempuan pengrajin lainnya yang bisa mengharapkan suaminya untuk membelah bambu, dikarenakan suami beliau tidak mahir dalam pemotongan dan pembelahan bambu. Sehingga beliau mengerjakannya dengan mandiri.

Bambu beliau beli dari masyarakat desa yang mempunyai kebun bambu sendiri dibeli dengan harga Rp. 6000/ batang, bambu tersebut diambil dari pemilik bambu didekat sungai yang tidak jauh jaraknya dari perumahan penduduk desa timbang lawan, beliau memikul bambu tersebut hingga sampai dirumah, walaupun beliau mengerjakan pekerjaan ini namun beliau tidak pernah untuk meninggalkan pekerjaan rumah, biasanya beliau terlebih dahulu mengerjakan


(48)

pekerjaan rumah, setelah selesai mengurus rumah dan anak maka beliau melanjutkan kegiatannya dengan kegiatan menokok bambu, beliau menggeluti pekerjaan ini sudah lebih dari 20 tahun, kerajinan ini sangat beliau nikmati karena menghasilkan uang yang jumlahnya lumayan banyak menurutnya.beliau bisa mendapat keuntungan Rp. 200.000 setiap minggu.

7. Nama : Ilah Umur : 33

Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

Ibu Ilah adalah salah seorang Perempuan yang berdomisili di Desa timbang lawan beliau mempunyai 2 orang anak dan sedang mengandung anak ke 3, suami beliai bekerja sebagai petani, beliau bekerja sebagai pengrajin sejak beliau masih anak – anak, karena orangtua beliau juga dulunya bekrrja sebagai pengrajin bambu, dengan kondisi yang hamil tua, beliau tidak membuang-buang waktu yang hanya bermalas-malasan dirumah. Beliau bekerja sebagai pengrajin bambu bukan hanya karena faktor ekonomi dengan alasan beliau ingin membantu suami untuk mendapatkan uang, tetapi juga ini merupakan hobby beliau, agar tidak suntuk dirumah setiap hari, sehingga beliau lebih memilih menjadi pengrajin bambu dan tidak melupakan pekerjaan rumah lainnya. Beliau mendapat dukungan dari suami dan suami juga turut membantu pengambilan bambu dari hutan, bambu tersebut dibeli sekitar Rp 5000/ batang, setelah diolah dijual dalam1 ikatan sekitar


(49)

500 biji dengan harga Rp 6000/ikat. Beliau menjual kerajinannnya setiap hari sabtu, namun uang yang diterima sebagai hasil dari toke diserahkan pada hari minggu karena didesa ini ada sistem saling percaya antara pengrajin dan langganan.

Selama beliau bekerja sebagai pengrajin bambu beliau tidak pernah mendapat kendala-kendala dalam mengerjakan kegiatannya hanya saja bambu sangat sulit ditemukan dengan kaitan banjir bandang yang pernah melanda sungai sehingga harga bambu naik dari Rp 2000 menjadi Rp 6000/ batang. Padahal sebelum banjir bandang, beliau dengan gampang mendapatkan bambu karena disepanjang sungai bambu tumbuh dengan suburnya.

8. Nama : Ayu Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SD

Ibu Ayu adalah seorang Perempuan pengrajin yang tinggal di Desa Timbang Lawan, beliau memiliki 1 orang anak. Sejak menikah beliau menjadi pengrajin bambu, karena mudah dikerjakan, tanpa ada pelatihan beliau bisa mengerjakan kegiatannya, awalnya beliau hanya melihat tetangganya yang lagi menokok-nokokbambu, tapi lama kelamaan beliau juga mahir dalam mengerjakan kerajinan. Alasan beliau memilih bekerja sebagai perempuan pengrajin bambu karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi, beliau bekerja mulai dari hari selasa sampai hari jumat, sementara hari senin pengambilan bambu dari hutan


(50)

dibantu oleh suaminya dan hari sabtu adalah hari penjualan hasil kerajinan kepada toke yang datang ke desa Timbang Lawan. Beliau mengumpulkan hasil kerajinannya setiap minggunya sekitar Rp 400.000 sehingga beliau merasa kebutuhan rumah tangganya tercukupi. Beliau mendapati kendala yang dirasakan pada saat pencarian bambu karena saat ini sudah banyak lahan yang di alihfungsikan dari tanaman bambu sekarang sudah ditanami kelapa sawit, beliau juga berharap agar pembudidayaan bambu segera dilakukan oleh pemerintah, jangan sempat bambu nantinya menjadi musnah dikawasan daerah desa timbang lawan tersebut.

9. Nama : Nurmalawati Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Aceh

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

Ibu Nurmalawati adalah seorang perempuan pengrajin bambu yang mempunyai 2 orang anak. Beliau merupakan seorang ibu yang sangat ramah, sehingga beliau sendirilah yang menawarkan dirinya untuk diwawancara pada saat peneliti hendak mewawancarai tetangga beliau. Suami beliau bekerja sebagai petani, tetapi suami beliau selalu meluangkan waktunya untuk membantu Ibu Nurmalawati, beliau bekerja sebagai pengraajin bambu sekitar lebih dari 10 tahun yang lalu, beliau sangat bersyukur karena adanya kerajinan ini kondisi ekonomi keluarganya sangat tertolong, hasil yang didapat beliau sangat memuaskan bagi beliau, karena ia bekerja sebagai pengrajin sangat bersungguh- sungguh bahkan


(51)

malam hari pun beliau selalu memberi waktunya untuk mengolah bambu tersebut, sebelum melakukan pekerjaan kerajinan tersebut, beliau terlebih dahulu untuk mengurusi anak dan pekerjaan rumah, usaha beliau untuk mendapatkan uang tidak sia – sia, beliau bisa mengumpulkan hasil kerajinannya sekitar Rp 1000.000 lebih setiap minggunya, dan hasil kerajinannya bisa beliau tabung untuk biaya anak saat sekolah nanti, maka pekerjaan pengrajin ini merupakan pekerjaan utama bagi keluarganya, dan penghasilan tambahannya ialah usaha tani suami beliau.

Beliau mendapat keuntungan sekitar Rp 30.000/ tiap batang bambu, namun alat yang digunakan sangatlah sederhana, alat yang digunakan beliau ialah untuk memotong bambu digunakan gergaji, untuk membelah bambu digunakan pisau, untuk menghaluskan bambu disebut dengan nama pisau tokokan. Untuk saat ini beliau belum ada menghadapi kendala-kendala. Beliau menjual hasil kerajinannya kepada toke yang datang ke Desa Timbang Lawan tersebut. Ukuran bambu yang beliau kerjakan bermacam-macam, masing – masing ukurannya ialah 13 cm, 43 cm, dan 48 cm.

10. Nama : Yus Umur : 30 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

Ibu Yus beralamat di desa Timbang Lawan yang mempunyai 2 orang anak. Suami beliau bekerja sebagai petani, pengrajin bambu merupakan pekerjaan


(52)

utama bagi keluarga beliau. Beliau memilih pekerjaan ini karena awalnya beliau ingin membantu suami, selain itu beliau tidak mau tinggal diam dirumah hanya bermalas – malasan saja. Tetapi seiring berjalannya waktu pekerjaan tersebut menjadi hoby bagi beliau, dan sulit untuk ditinggalkan karena pengerjaannya tidak ada ikatan dan aturan dari siapapun, tergantung pekerjanya, jika banyak dikerjakan, maka banyak pula penghasilan yang didapat dan sebaliknya jika sedikit bambu yang diproduksi maka sedikit pula penghasilan yang didapat setiap minggunya.

Untuk mendapatkan bambu, beliau membeli bambu dari pemilik kebun bambu didaerah sungai, bambu tersebut ditebang dengan sistem pilih dengan bantuan suami beliau, bahkan suami beliau juga sangat berperan mulai dari pemotongan bambu, penghanyutan bambu sampai pengangkutan bambu hingga sesampainya di Rumah.


(53)

Matriks Data Informan

Informan Suku Keterampilan Pendidikan Cara Mendapatkan Bambu 1. Mahzarani Melayu Pengrajin bambu SMP Memunyai kebun bambu sendiri 2. Ela Karo Pengrajin bambu SMP Membeli bambu

3. Anizar Melayu Pengrajin bambu SMP Membeli bambu 4. As Melayu Pengrajin bambu SMP Membeli bambu

5. Arlianti Melayu Pengrajin bambu SMP Mempunyai kebun bambu sendiri 6. Fatmawati Melayu Pengrajin bambu SD Membeli bambu

7. Ilah Melayu Pengrajin bambu SMP Membeli bambu 8. Ayu Melayu Pengrajin bambu SD Membeli bambu 9. Nurmalawati Aceh Pengrajin bambu SMP Membeli bambu 10. Yus Melayu Pengrajin bambu SMP Membeli bambu


(54)

BAB V

TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

5.1. Gambaran Umum Peran Perempuan Pengrajin Bambu

Berdasarkan data di lapangan yang didapatkan dari hasil wawancara dengan para informan, perempuan pengrajin bambu di desa Timbang Lawan ialah para ibu – ibu rumah tangga yang tidak tinggal diam dan tidak hanya mengharapkan penghasilan dari suami mereka, namun bukan berarti mereka lalai dan meninggalkan tugas domestik mereka sebagai orang tua dari anak – anaknya. Peran domestik mereka harus tetap diutamakan seperti mengurus anak dan mengurus rumah, setelah semua selesai barulah mereka melanjutkan kegiatan mereka sebagai pengrajin bambu. Begitulah kegiatan mereka untuk setiap harinya. Berikut ini ada beberapa contoh nyatanya dikehidupan perempuan pengrajin desa Timbang Lawan.

5.1.1 Dalam Lingkungan Keluarga (Rumah Tangga)

Pengaturan atau pengelolaan rumah tangga merupakan tugas utama para perempuan pengrajin, khususnya para ibu rumah tangga. Kegiatan ini seolah-olah tidak mengenal waktu dalam pelaksanaannya. Tugas ini antara lain berkaitan dengan penyiapan makan dan minum bagi segenap anggota keluarga seperti mengasuh, mendidik, menjaga, dan mengarahkan anak-anak terutama bagi yang belum dewasa mengurus, membersihkan dan membereskan rumah termasuk perabot rumah tangga dan menjaga kebersihan dan kerapian pakaian segenap anggota keluarga. Melihat tugas kerumah tanggaan yang harus dipikul oleh seorang ibu rumah tangga tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.


(55)

Begitu bangun dari tidur mereka telah dihadapkan dengan setumpuk tugas yang harus dilakukan.

Aliran fungsionalisme yang berkaitan dengan penelitian ini sesungguhnya sangat sederhana, yakni bagaimana memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri atas bagian yang berkaitan dengan agama, pendidikan, struktur publik, sampai kepada pengurusan rumah tangga. Seperti hasil wawancara berikut :

“Pada umumnya ibu-ibu yang ada di desa ini dek biasanya memulai kegiatan rumah tangga sekitar pukul 05.00 WIB. Mulai dari menyiapkan makanan untuk semua anggota keluarga, termasuk bekal suami di ladang, perlengkapan sekolah anak, dan bersih-bersih rumah, ini semua merupakan tugas yang pertama kali dikerjakan. Memasak atau mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap dihidangkan untuk dimakan anggota keluarga merupakan tugas kedua yang harus dikerjakan. Tugas ini dikerjakan sebelum anak anak pergi kesekolah.” ( As )

Memasak atau mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap dihidangkan untuk dimakan segenap anggota keluarga merupakan keterampilan tersendiri dalam rumah tangga, khususnya ibu-ibu nelayan kecil, perempuan pengrajin, yang ada di Desa Timbang lawan. Seorang istri atau ibu rumah tangga yang baik sering dinilai dari keterampilan memasak yang ia miliki. Kegiatan memasak para ibu rumah tangga sering dibantu oleh anak-anak perempuan mereka. Biasanya yang berbelanja untuk keperluan dapur tersebut adalah kaum ibu atau anak perempuannya. Namun, anak laki-laki hanya ikut berbelanja. Oleh sebab itu, Anak laki-laki sangat kecil perannya dalam menyiapkan makanan


(56)

karena keterlibatan mereka biasanya hanya terbatas bila kebetulan si Ibu membutuhkan sejumlah bahan yang perlu dibeli di warung atau di pasar.

Membersihkan peralatan dapur dan peralatan makan yang kotor setelah dipergunakan juga merupakan tugas utama para wanita terutama para ibu rumah tangga. Pencucian biasanya cukup dilakukan secara sederhana pula yang dilalukan disumur luar rumah masing - masing,. Seperti hasil wawancara berikut :

“Pekerjaan rumah tangga yang cukup berat dilakukan oleh kebanyakan para perempuan Desa Timbang itu dek mencuci pakaian anggota rumah tangga termasuk pakaian sendiri. Kalau kita mau bandingkan antara pekerjaan yang lain dengan pekerjaan mencuci pakaian, pekerjaan inilah yang termasuk paling berat karena banyak menguras tenaga yang cukup besar juga dek.” ( Fatmawati )

Dari hasil wawancara terhadap beliau, memang sangat nyata bahwa pekerjaan rumah tangga yang memerlukan tenaga yang lebih itu adalah mencuci pakaian, tahap-tahap dalam pencucian baju seperti menyikat, membilas, memeras dan menjemur pakaian membutuhkan energi yang cukup banyak terlebih lagi dikarenakan oleh pakaian dari para suami sehabis pergi menderes sangatlah kotor sehingga diperlukan tambahan tenaga untuk mencucinya hingga bersih. Oleh sebab itu, biasanya para suami memiliki pakaian khusus yang hanya digunakan untuk melaut agar memudahkan para istri dalam proses pencucian baju. Saat pencucian pakaian tidak ada pola yang tetap. Tergantung pada waktu luang yang dipunyai para ibu rumah tangga.


(57)

Pekerjaan mengasuh anak-anak pada dasarnya tidaklah mempunyai batas akhir. Tetapi pekerjaan ini mulai berkurang setelah anak-anak mulai berkeluarga. Akan tetapi, pada banyak keluarga di masyarakat Timbang lawan tidaklah demikian, karena banyak diantara anak-anak yang telah berkeluarga ternyata belum mampu membangun rumah tangganya sendiri. Masih banyak diantara keluarga baru yang masih menjadi satu rumah dengan orang tuanya. Pada kondisi seperti ini, selain harus mengurus anak-anaknya sendiri, para ibu rumah tangga terkadang juga harus mengurus cucunya bila kebetulan anaknya sedang bekerja. Menjaga kebersihan dan keteraturan rumah juga merupakan pekerjaan yang sebagian besar harus dilakukan oleh ibu rumah tangga. Salah satu cara menjaga kebersihan rumah adalah dengan menyapu lantai. Bentuk kotoran umum berada dilantai debu bambu yang mengakibatkan gatal bila terkena dengan kulit, seperti hasil wawancara berikut ini:

“Bila memiliki waktu senggang lantai rumah biasanya disapu dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Pekerjaan tugas-tugas rumah tangga biasanya ibu dibantu oleh anak-anak terutama anak-anak perempuan, setelah pulang sekolah.”(Arlianti)

5.1.2 Dalam Lingkungan Masyarakat

Perempuan pengrajin bambu selain melaksanakan tugas kerumahtanggaan dan membantu mencari penghasilan tambahan bagi kebutuhan hidup keluarganya, mereka juga masih aktif dalam kegiatan-kegaiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan tersebut berupa

perwiritan dan arisan ibu – ibu. Secara umum pelaksanaan dari kegiatan tersebut terkoordinir secara baik. Antusiasme dari kaum ibu pun cukup baik, ini


(58)

terlihat dari jumlah peserta yang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Rata-rata ibu-ibu di Desa Timbang lawan menilai bahwa kegiatan-kegiatan diatas memiliki kontribusi yang tidak dapat diremehkan bagi peningkatan kesejahteraan keluarga pengrajin.

Kegiatan perwiritan kontribusinya lebih bersifat spiritual seperti pemenuhan kebutuhan siraman rohani, peningkatan pengetahuan agama dan ketenangan jiwa. Kegiatan arisan yang dilaksanakan oleh ibu-ibu di desa Timbang lawan biasanya bertujuan untuk memberikan keterampilan tambahan bagi ibu-ibu di desa sehingga dapat mereka manfaatkan untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:

“Di desa ini kebetulan ada arisan keluarga dilakukan sekali dalam satu, ibu senang apabila mengikuti arisan yang berupa uang karena kalau uang dapat digunakan untuk menambah kebutuhan sehari-hari ibu, mulai dari biaya sekolah anak sampai kepada kebutuhan makan untuk keluarga ibu, maka dari itu dek ibu berinisiatif untuk mencari kegiatan yang mampu membantu perekonomian keluarga ibu.”(Ela)

Berdasarkan penjelasan diatas, alasan para ibu sangat sederhana rata - rata menggemari arisan uang tetapi. Penuturan ibu Ela memperlihatkan bahwa dengan ia mengikuti arisan uang tersebut lebih kepada menambah pemasukan keluarga, sebab apabila hanya mengandalkan upah dari suami yang bekerja sebagai buruh tani tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari.


(59)

5.2. Peran Perempuan Pengrajin Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Peran yang tertuju pada perempuan dan alokasi ekonomi mengarah adanya peran yang lebih besar atau menyeluruh dari perempuan adalah pekerjaan rumah tangga (reproduksi). Pekerjaan laki-laki adalah pekerjaan produktif yang langsung menghasilkan atau pekerjaan mencari nafkah. Namun dalam kenyataannya tidak sedikit perempuan yang juga mempunyai peran dalam pekerjaan yang memberi nafkah itu, seperti bidang pertanian, perikanan, perdagangan kecil, industri kecil. Dalam bidang industri kecil, khususnya pada keluarga pengrajin bambu, pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga pengrajin terbagi menjadi dua sektor: dalam sektor produksi dan pemasaran, pria dominan pada pengambilan bahan mentah.

Keterlibatan perempuan dalam kegiatan produksi dari proses pemotongan bambu dan proses distribusinya ke toke merupakan salah satu bentuk penguasaan proses mata rantai ekonomi. Ketertarikan perempuan untuk terlibat dalam kerajinan bambu juga merupakan salah satu bentuk peran produksi yang dilakukan perempuan dalam proses penguasaan sumber daya alam lokal berupa bambu juga merupakan salah satu hal yang menarik untuk diteliti. Seperti hasil dari wawancara berikut ini:

Rasanya punya kesenangan sendiri kalau mengerjkan kerajinan ini,

apalagi menjualnya pun tidak capek, toke yang datang untuk membeli kerajinan kami. tapi tergantung tenaga juga, kalau sanggup mengerjakan

banyak, banyak hasil uangnya.” ( Ilah )


(60)

walaupun kami merasa capek, tetapi itu bukan hambatan kepada kami, karena capeknya setimpal dengan hasil yang kami peroleh, lumayan hasilnya. gelar saja kami tidak ada, tapi kalo pendapatan kami melebihi

gaji PNS.” (Nurmalawati)

Perempuan yang bekerja dalam sektor domestik juga harus melakukan peran transisi dalam menopang kegiatan ekonomi keluarga. Dalam hal ini peneliti ingin melihat faktor–faktor yang menjadi alasan keikutsertaan perempuan dalam melakukan kegiatan pengrajin baik dari aspek ekonomi dan non ekonomi. Dengan adanya perubahan peran perempuan dari peran tradisional menjadi peran transisi dalam keluarga juga peneliti ingin melihat peran perempuan pengrajin dalam produksi dan bambu berupa dengan tetap menjaga peran tradisional dari perempuan tersebut sebagai ibu rumah tangga. Faktor ekonomi yang merupakan salah satu pendorong keterlibatan perempuan sebagai pengrajin. Seperti hasil wawancara berikut ini:

Banyak atau sedikitnya hasil yang didapat itu merupakan hasil kerja

saya, kalau rutin dikerjakan hasilnya lumayan tetapi kalau mengerjakannya tidak serius, hasilnya sedikit juga, lumayanlah untuk menambah penghasilan keluarga saya.”( Yus ).

Pada umumnya kedudukan dan peranan perempuan pada zaman dahulu menduduki tempat kedua dalam masyarakat. Kedudukan perempuan lebih rendah bila dibandingkan dengan laki-laki. Hal seperti ini hanya ditemukan dikalangan masyarakat biasa tapi banyak juga ditemukan pada masyarakat kalangan atas. Kadang-kadang dibedakan antara pengertian-pengertian kedudukan dengan


(61)

kedudukan sosial, untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan bahwa kedudukan diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan, adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya juga demikian, tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat merupakan unsur yang statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Kaum perempuan memiliki kodrat kehidupan yang berupa: kodrat perempuan sebagai ibu, sebagai istri, sebagai individu perempuan, dan sebagai anggota masyarakat. Setiap unsur kodrat yang dimiliki memerlukan tanggung jawab yang berbeda dengan peran dirinya sebagai anggota masyarakat, dan akan berbeda pula dengan peran dirinya sebagai individu. Meskipun demikian masing-masing unsur tersebut tidak boleh saling bertentangan.


(62)

1. Peran Tradisional

Peran ini merupakan semua pekerjaan rumah, dari membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengasuh anak serta segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga. Bila ditinjau secara luas tentang peranan perempuan sebagai ibu rumah tangga, perempuan telah memberikan peranannya yang sungguh mahal dan penting artinya dalam pembentukan keluarga sejahtera. Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dan lebih rendah antara ibu dengan ayah. Pekerjaan-pekerjaan ibu rumah tangga dalam mengatur rumah, memasak, mencuci, serta membimbing dan mengasuh anak tidak dapat diukur dengan nilai uang. Ibu merupakan figur yang paling menentukan dalam membentuk pribadi anak. Hal ini disebabkan keterikatan anak terhadap ibunya sudah berawal sejak anak masih dalam kandungan. Di dalam rumah tangga pengrajin juga masih terdapat sangat dominan peran perempuan yang tetap menjalankan tanggung jawab mengurus keperluan rumah tangganya. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut :

Biasanya setiap pagi sebelum memulai pekerjaan mengolah bambu,

terlebih dahulu ibu memasak untuk sarapan anak – anak dan suami ibu. Setelah anak – anak pergi ke sekolah, baru ibu mulai mengerjakan pekerjaan ibu, biasanya ibu memulainya dari jam 8 pagi kemudian istirahat jam 12 siang, setelah itu ibu lanjut lagi mengerjakan kerajinan jam 2 sampai malam hari.”(Ayu)

2. Peran Transisi

Peran transisi ini merupakan peran perempuan yang juga mengarah atau terbiasa bekerja untuk mencari nafkah. Partisipasi tenaga kerja perempuan atau ibu-ibu disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya bidang pertanian dalam


(63)

memenuhi kebutuhan pokoknya tenaga kerja. Perempuan dibutuhkan untuk menambah tenaga yang ada. Sedangkan dibidang industri yang membuka peluang bagi para perempuan untuk bekerja karena dengan berkembangnya industri berarti tersedianya pekerjaan yang cocok bagi perempuan sehingga terbukalah kesempatan kerja bagi perempuan. Dalam penelitian ini dapat dilihat alasan keterlibatan perempuan dalam masalah ekonomi dan ketersediaan sumber daya alam yang ada di sekitar tempat tinggal mereka mendorong lebih banyak perempuan untuk bekerja mencari nafkah sebagai pengrajin bambu. Hal ini terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut :

“Bila saya tidak bekerja sebagai pengrajin, rasanya waktu itu sayang sekali, terbuang begitu saja, jadi lebih baik ibu mengambil kesibukan sendiri, dimana kesibukan tersebut sangat bermanfaat bagi keluarga saya, lumayanlah untuk biaya anak sekolah.”(Ilah)

Hal ini juga diperkuat oleh penuturan informan berikut ini:

Ibu sangat bersyukur dengan adanya kerjaan ini, karena tidak

menghalangi pekerjaan rumah, seperti mengurus anak, memasak dan lain sebagainya. Kerajinan tersebut bisa dikerjakan sembari melakukan pekerjaan rumah.”(Ayu).

Kegiatan perempuan pengrajin dalam peningkatan ekonomi banyak terkonsentrasi pada sektor informal. Mereka memiliki cara-cara atau terobosan-terobosan yang sangat berarti dalam membantu suami untuk menunjang kelangsungan ekonomi keluarga mereka. Bias jender dalam kehidupan ekonomi keluarga sudah tampak kabur karena para istri juga dituntut untuk ikut berperan dalam mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,


(64)

sehingga mereka tidak hanya tinggal diam di rumah untuk menanti dan membelanjakan penghasilan suami mereka dari hasil tani, namun mereka juga ikut terlibat dalam kegiatan mencari nafkah.

Ini tergambar sangat jelas pada masyarakat yang ada di Desa Timbang lawan, dimana beberapa perempuan memiliki penghasilan yang berbeda-beda. dapat dilihat dari hasil wawancara berikut

Begini dek kalau bicara soal kenapa ibu ikut berperan sebagai pencari

nafkah itu lebih disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga ibu yang menurun, terlebih lagi untuk biaya anak-anak sekolah dan juga keperluan rumah tangga lainnya. Ibu rasa dengan hanya mengandalkan penghasilan dari suamiitu tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga ibu, makanya ibu memilih jalan jadi pengrajin bambu.”(Nurmalawati)

Kesetaraan gender yang terjadi pada masyarakat desa Timbang lawan dimana adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.

Adapun yang menjadi motivasi para pengrajin untuk ikut terjun melakukan kegiatan ekonomi yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan rumah tangga. 2. Memanfatkan keterampilan yang ia miliki. 3. Merasa bertanggung jawab terhadap keluarga.


(1)

Gbr 3. Proses penokokan bambu dilakukan oleh anggota keluarga.


(2)

Gbr 5. Hasil kerajinan siap untuk dijual


(3)

Gbr 7. Belahan bambu yang akan dijadikan kerajinan tangan tampi


(4)

Gbr 9. Sisa- sisa potongan bambu yang tidak dipakai


(5)

Gbr 11. Alat yang dipakai untuk membelah bambu


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita Raharjo. 2006. Pembangunan pedesaan dan perkotaan. Graha ilmu: Yogyakarta. Amsyari, Fuad. 1995. Dasar-Dasar dan Metoda Perencanaan Lingkungan Dalam

Pembangunan Nasional. Jakarta: Widya Medika.

Bungin, Burhan.2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Damsar, 2002. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Daulay, Harmona. 2007. Perempuan Dalam Kemelut Gender. Medan: USU Press.

Dwidjoseputro, D. 1991. Ekologi Manusia Dengan Lingkungannya. Jakarta: P.T. Gelota Aksara Pratama.

Fakih Mansour.2004.Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mosse, julia cleves.2002. Gender dan pembangunan. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Meleong, Lexy J. 2006. Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

Meentje, Simatauw, dkk. 2001. Gender Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Yogyakarta: Galang printika.

Susilo, Rachmad K. Dwi. 2008. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suratiyah, Ken, dkk.1996. Dilema Wanita Antara Industri Rumah tangga dan Aktivitas

Domestik. Yogyakarta: Aditya Media.

SUMBER LAIN.