82
sektor produksi, pria dominan pada kegiatan pengambilan bambu dari hutan, sedangkan perempuan dominan pada kegiatan pengolahan bambu dan juga pemasaran. Sejalan dengan
semakin kompleksnya kehidupan dan semakin beratnya beban ekonomi keluarga, tugas dan peranan perempuan dalam keluarga serta masyarakat semakin diperlukan. Hal ini semakin
terasa sekali baik di perkotaan maupun di pedesaan. Perempuan pada saat ini tidak saja berkegiatan di dalam lingkup keluarga, tetapi banyak di antara bidang-bidang kehidupan di
masyarakat membutuhkan sentuhan perempuan dalam penanganannya. Peran perempuan dalam meningkatkan perekonomian keluarga telah berlangsung sejak munculnya institusi
keluarga itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari wawancara berikut ini: “Pekerjaan rumah bagi saya bukan merupakan suatu pekerjaan yang membebani
saya untuk beraktifitas yang lain, karena menurut saya pekerjaan rumah itu sudah wajib dilakukan oleh para perempuan. Menurut saya pekerjaan itu apabila
menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya.”As
5.10. Hambatan – Hambatan Yang Dialami Perempuan Pengrajin Bambu
5.10.1 Kelangkaan Sumber Daya Alam Ketersediaan sumber daya alam merupakan salah satu faktor penghambat bagi
perempuan pengrajin, kelangkaan bambu ini diakibatkan karena terjadinya luapan banjir bandang dari bukit lawang pada tahun 2001, dan merusak daerah aliran sungai. Padahal
sebelum banjir bandang terjadi masyarakat sangat gampang menemukan bambu karena tersedianya didaerah aliran sungai, sedangkan saat ini bambu sangat jauh dari jangkauan
masyarakat, butuh waktu dan tenaga ubtuk menebangnya dari hutan. Seperti wawancara berikut ini:
“ kalo ditanya hambatan dek, pasti rata-rata hambatannya di bahan baku, karena bambunya susah didapatkan, harus makan waktu satu hari untuk pengambilan, tempatnya
83
lumayan jauh dari rumah. Dulunya sebelum banjir bandang bambu hanya Rp 2000batang, tapi sekarang karena sulit didapatkan harga bambu juga menjadi naik sekitar RP 5000 –
6000 batangnya.” Ilah
5.10.2 Terjadinya pengalihfungsian lahan. Pengalihfungsian lahan juga sangat berpengaruh bagi masyarakat pengrajin, selain
dikarenakan banjir bandang bambu juga semakin sulit untuk didapat karena lahan bambu yang dulunya tempat penebangan bambu sekarang sudah dijadikan lahan kelapa sawit oleh
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari wawancara berikut ini: “Sekarang ini bambu susah nemuinya, tidak ada lagi bambu didekat pemukiman
kami, sudah banyak mereka yang dulunya punya lahan sekarang sudah ditanami kelapa sawit, mungkin ini juga merupakan alasan mengapa harga bahann baku bambu itu
mahal.”Ayu. 5.10.3 Permodalan.
Modal merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan, dengan kata lain sebuah usaha
tidak dapat dilepaskan dari permodalan. berikut hasil wawancaranya: “jadi pengraji bambu modal cukup sedikit saja dek, tidak seperti
usaha lain yang harus memakan banyak modal, dan modal yang sedikit itu, jadi saya upayakan dengan modal yang sedikit harus bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari”
Mahzarani
Menekuni usaha sebagai pengrajin bambu memang tidak terlalu membutuhkan modal yang besar, hal ini dikarenakan komoditas bambu sebagai kebutuhan bahan baku utama
masih tersedia dan tidak perlu untuk di beli, namun untuk jangka panjang, seiring dengan
84
bertambahnya permintaan pasar ditambah dengan jumlah warga pengrajin bambu semakin meningkat, maka dipastikan komoditas bambu ini lambat laun akan mengalami kelangkaan.
Oleh karena kelangkaan itu, dapat dipredikasi untuk kelangsungan usaha ini akan dihadapkan pada kekurangan bahan baku, dan jika kekurangan ini terjadi maka otomatis
mereka akan mendatangkan bambu dari luar wilayah desa dan sudah barang tentu mereka membeli bahan baku tersebut dengan harga yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
5.10.4 Selera pasar Pada umumnya selera masyarakat sangat berpengaruh pada kegiatan ekonomi. Pada
bagian terdahulu sudah dijelaskan, bahwa permintaan bentuk atau motif-moti kerajinan bambu cenderung akan berubah dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu maka pelatihan
keterampilan perlu dilakukan. Bagi pengrajin bambu di desa tersebut diatas, tidak terlalu memikirkan pentingnya
peningkatan keterampilan, seperti yang diutarakan. “ Bentuk dan variasi kerajinan bambu yang kami hasilkan sangat sederhana, yang
disebut dengan bambu lidi, fungsinya dijadikan masyaralat luas sebagai sumpit, tusuk sate, dan sebagai alat untuk penyembahan bagi etnis cina” Nurmalawati.
Namun jika ini tidak disiatati dan kesadaran pengrajin tidak ada, maka diperkirakan produk kerajinan bambu dengan sendirinya akan kurang diminati pasar, dan jika bentuk dan
motif itu tidak ditingkatkan, maka akan menghambat nilai tambah produk. Oleh karena itu maka pemerintah dan pihak-pihak lain dapat kiranya memberikan
pembinaan dalam hal pengadaan pelatihan keterampilan-keterampilan disebabkan usaha kaum perempuan dalam bidang kerajinan bambu ini dapat dikategorikan sebagai sektor usaha
kecil yang tahan terhadap resistensi ekonomi rumah tangga.
85
5.11. Sistem Patriarkhi Pada Perempuan Pengrajin Bambu