Menjadi Pengrajin Tidak Membutuhkan Keahlian Kondisi Ekonomi Keluarga Pengrajin

78 tidak terlalu sulit untuk didapatkan disebabkan faktor lingkungan yang sangat mendukung, hal ini dapat dikatakan karena desa ini merupakan desa aliran sungai” Ayu . 5.6.3. Pengrajin bambu ditekuni secara turun menurun Salah seorang pengrajin bambu kepada penulis mengaku sudah berpuluh-puluh tahun telah menekuni usaha kerajinan bambu. Berikut hasil wawancaranya: “ Mulai sekolah SD sekolah dasar saya sudah ikut mengerjakannya bersama dengan Ibu saya, jadi pekerjaan ini sudah menjadi pekerjaan yang turun temurun,karena memang hanya ini lah yang gampang untuk dikerjakan, jadi mengerjainya setelah pulang sekolah” Ilah Hal tersebut dapat dikatakan bahwa sebagai pengrajin bambu di Desa Timbang Lawan merupakan suatu pekerjaan secara turun-temurun. Walau dilakukan secara turun- temurun, namun motif-motif atau bentuk-bentuk produk kerajinan bambu dapat dikatakan mengikuti perkembangan permintaan pasar. Setiap permintaan yang menyangkut bentuk-bentuk atau motif-motif, mereka dapat memenuhi, dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa tingkat keterampilan yang berkembang sejalan dengan tingkat kebutuhan motif dari para pembeli. Pada sisi lain keterampilan ini perlu tetap dipertahankan dan dikembangkan sehingga dapat memenuhi permintaan yang diprediksi akan selalu berkembang dari waktu ke waktu.

5.7. Menjadi Pengrajin Tidak Membutuhkan Keahlian

Pekerjaan sebagai pengrajin tidak membutuhkan keahlian serta tingkat pendidikan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Desa yang sebagian besar masih mengenyam pendidikan yang rendah. Dalam hal ini para perempuan yang bekerja sebagai pengrajin tidak memerlukan keahlian. Hal ini dapat dilihat dati hasil wawancara berikut ini: 79 “ kalau jadi pengrajin ini butuh ini butuh tenaga dan ketekunan saja, asal sanggub saja duduk – duduk sambil menokok – nokok bambu, pasti hasilnya memuaskan.”Ela Hal yang sama juga dikatakan oleh informan berikut ini: “ Jadi pengrajin ini enak sekali, siapapun pasti tahu mengerjakannya, bahkan anak saya yang masih kecil pun bisa mengerjakan, karena cara kerjanya sangat gampang, tidak ada tuntutan dari siapapun, kalau mau kerja, ya dikerjai.”Anizar Dari hasil wawancara didapat pada umumnya perempuan yang terdorong untuk mencari nafkah karena tuntutan ekonomi rumah tangga, penghasilan suami tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga yang senantiasa meningkat, sedangkan pendapatan riil tidak selalu meningkat.

5.8. Kondisi Ekonomi Keluarga Pengrajin

Pendapatan seorang pengrajin tidak dapat dipastikan, hal ini disebabkan karena hasil kerajinan mereka tergantung pada kemampuan mereka mengerjakannya. Ada bambu mereka kerja, kalau tidak ada mereka hanya dirumah – rumah saja. Hal ini dapat diliht dari hasil wawancara berikut: “ Penghasilan saya setiap minggunya tidak bisa dipastikan seberapa jumlah nominalnya karena penghasilan tersebut dipengaruhi oleh persediaan stock bambu yangdirumah dan tergantung ketekunan saya dalam mengerjainya”Yus. 5.8.1. Pendapatan Pendapatan merupakan hasil kerja seseorang sebagai imbalan terhadap apa yang yang sudah dikerjakan. Dalam hal ini, pendapatan pengrajin berasal dari hasil bambu kemudian 80 dijual. Besarnya pendapatan yang dihasilkan seorang pengrajin berbeda-beda menurut banyaknya hasil kerajinan. Pendapatan seorang perempuan pengrajin tidak dapat dihitung secara pasti, jika dirata-ratakan dalam sebulan, maka penghasilan yang mereka peroleh setiap harinya dilihat dari pengeluaran mereka yang berkisar Rp.50.000 hari. Mengenai jumlah pendapatan tersebut dapat dilihat dari beberapa ungkapan informan, Hasil wawancara sebagai berikut: “Kalau masalah pendapatan perhari tidak bisa dipastikan, terkadang dapat banyak kalau lagi rajin mengerjaka dan stok bambu lagi banyak dirumah, bisa mendapat hasil Rp 500.000 minggu, tetapi kalau stok bambu kurang dirumah, ibu hanya menghasilkan Rp 200.000 minggu.” Fatmawati , Hal yang sama juga di katakan oleh informan sebagai berikut : “bila berbicara pendapatan Cuma sedikit dek, tapi lumayan jugalah, karena harga bahan mentah bambu juga tidak terlalu mahal, untungnya cukup – cukup makan saja udah bersyukur sekali, karena biaya hidup sekarang kan mahal dek, harga barang semua melonjak tinggi.”As Hal yang sama juga dikatakan oleh informan sebagai berikut: “Cara ibu untuk menambah pendapatan keluarga harus pande – pandelah mengatur uang, sekitar satu juta sampai dua juta jika dihitung setiap bulannya, kalau biaya makan terpenuhilah dari kerajinan ini, dan sisanya biasanya saya buat tabungan, sedangkan biaya anak sekolah biasanya saya menggunakan hasil pendapatan suami.” Yus 81 5.8.2. Pengeluaran Pada dasarnya setiap ada pendapatan, pasti ada pengeluaran, apalagi kebutuhan yang harus dipenuhi tersebut adalah kebutuhan keluarga. Pengeluaran setiap keluarga cukup beragam, sesuai dengan kondisi rumah tangga. Keragaman tersebut dipengaruhi oleh adanya keragaman potensi sumber daya serta faktor-faktor sosial, ekonomis. Tetapi yang menjadi kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi keluarga. Seperti layaknya keluarga lain, pada umumnya keluarga pengrajin juga harus memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya, meliputi biaya, makanan, minuman, pakaian, pendidikan, listrik, kesehatan, dan juga biaya proses pekerjaan sebagai nelayan, seperti membeli bambu, membeli pisau, gergaji, pisau tokokan dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini: “Kalo untuk pengeluaran sehari – hari bisa diperhitungkan sekitar Rp. 50.000 – 60.000 setiap harinya, sudah termasuk biaya bensin motor, dan biaya ongkos anak sekolah.”Ilah Hal yang hampir sama juga diutarakan oleh Ibu Mahzarani : “Kalo ditanya tentang pengeluaran banyak sekali pengluaran dek, membeli sembako, membeli bensin, jajan anak, ongkos anak kesekolah, mahal kali biaya hidup sekarang ini dek. Kemungkinan pengeluaran keluarga saya sekitar Rp. 50.000 hari bahkan pun lebih dari itu.”Mahzarani 5.9. Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Pengrajin Dalam Produksi Dan Pendistribusian Hasil SDA. Dalam bidang perindustrian khususnya pada keluarga pengrajin pembagian kerja antara pria dan perempuan dalam rumah tangga pengrajin terbagi menjadi dua sektor: dalam 82 sektor produksi, pria dominan pada kegiatan pengambilan bambu dari hutan, sedangkan perempuan dominan pada kegiatan pengolahan bambu dan juga pemasaran. Sejalan dengan semakin kompleksnya kehidupan dan semakin beratnya beban ekonomi keluarga, tugas dan peranan perempuan dalam keluarga serta masyarakat semakin diperlukan. Hal ini semakin terasa sekali baik di perkotaan maupun di pedesaan. Perempuan pada saat ini tidak saja berkegiatan di dalam lingkup keluarga, tetapi banyak di antara bidang-bidang kehidupan di masyarakat membutuhkan sentuhan perempuan dalam penanganannya. Peran perempuan dalam meningkatkan perekonomian keluarga telah berlangsung sejak munculnya institusi keluarga itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari wawancara berikut ini: “Pekerjaan rumah bagi saya bukan merupakan suatu pekerjaan yang membebani saya untuk beraktifitas yang lain, karena menurut saya pekerjaan rumah itu sudah wajib dilakukan oleh para perempuan. Menurut saya pekerjaan itu apabila menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya.”As

5.10. Hambatan – Hambatan Yang Dialami Perempuan Pengrajin Bambu