Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Declaration

e. Mendesak agar dilakukan penghapusan semua bentuk diskriminasi terhadap perempuan, baik yang tersembunyi maupun yang terbuka. f. Mengakui pentingnya bagi perempuan untuk dapat menikmati kesehatan fisik dan mental dengan standar tertinggi selama hidup. Ditegaskan kembali, bahwa atas dasar persamaan hak antara perempuan dan laki-laki, perempuan mempunyai hak untuk mendapatkan akses pada perawatan kesehatan yang memadai dan pelayanan keluarga berencana yang seluas- luasnya, dan hak yang sama untuk menikmati pendidikan pada semua tingkat. g. Mendesak pada pemerintah serta organisasi regional maupun Internasional untuk mendukung akses perempuan pada jabatan-jabatan pembuat keputusan dan partisipasi mereka yang lebih besar dalam proses pembuatan keputusan. Sebagai tindak lanjut dari Konfrensi Dunia tentang HAM 1993, maka Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, tanggal 20 Desember 1993. Selain itu dibentuk pula Pelapor Khusus Special Rapporteur tentang kekerasan terhadap perempuan.

4. Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Declaration

on the Elemination of Violence Againts Women diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20 Desember 1993 Dalam mukadimah deklarasi dinyatakan: Universitas Sumatera Utara a. Mendesak pelaksanaan universal hak dan prinsip-prinsip tentang persamaan, keamanan, kebebasan, integritas dan martabat manusia pada perempuan. b. Efektivitas pelaksanaan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan akan mendukung penghapusan kekerasan terhadap perempuan, dan bahwa Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan memperkuat dan melengkapi proses tersebut. c. Kekerasan terhadap perempuan melanggar dan menghalangi atau meniadakan kemungkinan bagi perempuan untuk menikmati hak asasi manusia dan kebebasan pokok, dan prihatin atas kegagalan yang berkepanjangan dalam memberikan perlindungan dan meningkatkan hak dan kebebasan itu dalam hubungannya dengan kekerasan terhadap perempuan. d. Kekerasan terhadap perempuan adalah perwujudan dari ketimpangan hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan sepanjang sejarah, yang mengakibatkan dominasi dan diskriminasi terhadap perempuan oleh laki-laki dan menghambat kemajuan mereka, dan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu mekanisme sosial yang krusial, yang memaksa perempuan ada dalam posisi subordinasi dibandingkan dengan laki-laki. e. Beberapa kelompok perempuan seperti perempuan dalam kelompok minoritas, perempuan masyarakat adat, perempuan pengungsi, perempuan Universitas Sumatera Utara migrant, perempuan yang hidup di pedesaan dan pedalaman, perempuan miskin, perempuan dalam lembaga-lembaga pemasyarakatan atau tahana, anak-anak perempuan, perempuan cacat, perempuan lanjut usia, dan perempuan dalam situasi konflik bersenjata, adalah kelompok yang paling rentan terhadap kekerasan. f. Terbatasnya peluang perempuan untuk mencapai persamaan hukum, sosial, politik dan ekonomi dalam masyarakat antara lain karena berlanjutnya dan endemiknya kekerasan. Dengan adanya pertimbangan seperti yang disebutkan diatas, maka di dalam Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan tahun 1993, mempertimbangkan akan perlunya sebuah defenisi yang jelas mengenai kekerasan mengingat bahwa dalam beberapa Konferensi sebelumnya belum ada dibahas secara tegas dan menyeluruh tentang definisi kekerasan terhadap perempuan. Diperlukan suatu pernyataan yang tegas tentang hak yang harus dipenuhi untuk menjamin penghapusan kekerasan terhadap perempuan dalam segala bentuk, komitmen Negara sehubungan dengan tanggungjawabnya dan komitmen masyarakat Internasional secara luas pada penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Pasal 1 menentukan definisi kekerasan terhadap perempuan adalah: a. Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin, b. yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan dan penderitaan perempuan, c. secara fisik, seksual atau psikologis, Universitas Sumatera Utara d. termasuk ancaman tindakan tertentu, e. pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, f. baik yang terjadi di ranah publik atau dalam kehidupan pribadi.. Dalam pasal 2 Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan ini dikatakan juga bahwa kekerasan terhadap perempuan harus dipahami mencakup, tetapi tidak hanya terbatas pada, hal-hal sebagai berikut: 1. Tindak kekerasan secara fisik, seksual, dan psikologis yang terjadi dalam keluarga, termasuk pemukulan, penyalahgunaan seksual atas atas anak- anak perempuan dalam keluarga. a. Kekerasan yang berhubungan dengan mas kawin, b. Perkosaan dalam perkawinan, c. Perusakan alat kelamin perempuan, d. Dan praktek-praktek kekejaman tradisional terhadap perempuan, e. Kekerasan di luar hubungan suami-istri, f. Dan kekerasan yang berhubungan dengan eksploitasi. 2. Kekerasan secara fisik, seksual dan psikologis yang terjadi dalam masyarakat luas, termasuk: a. Perkosaan, b. Penyalahgunaan seksual, c. Pelecehan dan ancaman seksual di tempat kerja, di lembaga-lembaga pendidikan dan dimana pun, d. Perdagangan perempuan dan pelacuran paksa. Universitas Sumatera Utara 3. Kekerasan secara fisik, seksual dan psikologis yang dilakukan atau diabaikan oleh Negara, dimana pun terjadinya. Selanjutnya dalam pasal 4 Deklarasi penghapusan kekerasan terhadap perempuan dinyatakan bahwa Negara yang meratifikasi Deklarasi ini harus mengutuk kekerasan terhadap perempuan dan tidak berlindung di balik pertimbangan adat, tradisi dan keagamaan untuk menghindari tanggung jawab untuk menghapuskannya. Negara harus meneruskan dengan cara-cara yang tepat dan tidak menunda-nunda kebijakan untuk menghapus kekerasan terhadap perempuan, dan untuk tujuan itu Negara-negara yang telah meratifikasi Deklarasi ini harus: a. Mempertimbangkan, bagi yang belum melakukan, meratifikasi atau aksesi pada Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, atau menarik kembali keberatan-keberatan terhadap konvensi tersebut. b. Menghentikan kebiasaan melakukan kekerasan terhadap perempuan. c. Melakukan usaha-usaha terus menerus untuk mencegah, mengusut, dan sesuai dengan perundang-undangan nasional, menghukum para pelaku kekerasan terhadap perempuan, baik yang dilakukan oleh Negara maupun perorangan. d. Mengembangkan sanksi-sanksi pidana, perdata ketenagakerjaan dan administratif dalam perundang-undangan nasional. Untuk menghukum dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan yang telah menyebabkan perempuan menjadi korban kekerasan. Perempuan yang Universitas Sumatera Utara mengalami kekerasan harus diberi akses kepada mekanisme peradilan dan dijamin oleh perundang-undangan nasional untuk memperoleh kompensasi yang adil dan efektif atas kerugian yang mereka derita. Negara juga harus memberikan informasi kepada perempuan tentang hak mereka dalam rangka memperjuangkan tuntutan melalui mekanisme tersebut. e. Mempertimbangkan untuk mengembangkan rencana aksi nasional untuk meningkatkan perlindungan perempuan dari segala bentuk kekerasan, atau untuk memasukkan hal ini ke dalam rencana-rencana yang telah ada; memperhitungkan sebaik-baiknya kerjasama yang dapat disumbangkan organisasi-organisasi non pemerintah, terutama yang mempunyai kepedulian terhadap masalah ini. f. Mengembangkan secara menyeluruh pendekatan-pendekatan preventif dengan segala perangkat hukum, politik, administratif dan budaya guna meningkatkan perlindungan terhadap perempuan dari segala bentuk kekeresan, dan menjamin tidak terjadinya lagi pengorbanan perempuan akibat hukum yang tidak peka-gender, praktek-praktek pemaksaan atau campur tangan lainnya. g. Berupaya menjamin, semaksimal mungkin sesuai dengan sumber daya yang tersedia, dan bila dipandang perlu memasukkannya ke dalam kerangka kerjasama internasional, sehingga perempuan yang menjadi korban kekerasan dan bila dimungkinkan, anak-anak mereka mendapat bantuan khusus, seperti rehabilitasi, bantuan pengasuhan dan pemeliharaan nak, pengobatan, bimbingan, konseling, pelayanan kesehatan dan sosial, Universitas Sumatera Utara fasilitas dan program-program, termasuk perangkat pendukung dan harus melakukan semua usaha dan upaya yang layak untuk meningkatkan keamanan serta rehabilitasi fisik maupun psikologi mereka. h. Memasukkan dalam anggaran pemerintah sumbar daya yang cukup untuk membiayai kegiatan yang berhubungam dengan penghapusan kekerasan terhadap perempuan. i. Menetapkan perangkat peraturan yang menjamin bahwa para penegak hukum dan pejabat pemerintah yang bertanggungjawab menerapkan kebijakan-kebijakan dalam rangka mencegah, mengusut dan menghukum pelaku kekerasan terhadap perempuan, mendapatpelatihan-pelatihan agar mereka peka tentang arti pentingnya perempuan. j. Mengadopsi perangkat peraturan yang layak, khususnya dalam bidang pendidikan, untuk memodifikasi pola-pola perilaku sosial dan budaya laki- laki dan perempuan, menghilangkan prasangka, paktek-praktek adat dan praktek-praktek lain atas dasar inferioritas dan superioritas dan steriotip peran laki-laki dan perempuan. k. Mengembangkan penelitian, mengumpulkan data dan mengkompilasi statistik, khususnya mengenai kekerasan dalam rumah tangga, sehubungan dengan luasnya perbedaan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan. Mendorong penelitian tentang sebab-sebab, sifat, kegawatan, dan akibat- akibat dari kekerasan terhadap perempuan. Serta efektifitas penerapan langkah-langkah untuk mencegah dan mengatasi kekerasan terhadap perempuan. Universitas Sumatera Utara l. Mengadopsi langkah-tindak yang bertujuan menghapus kekerasan terhadap perempuan, khususnya mereka yang rentan terhadap kekerasan. m. Memasukkan dalam laporan-laporan, sebagaiman ditetapkan oleh perangkat hak asasi manusia yyang relevan yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, informasi yang berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan, dan langkah-langkah yang diambil untuk melaksanakan deklarasi ini. n. Mendorong pengembangan panduan-panduan untuk membantu pelaksanaan prinsip-prinsip yang terkandung dalam deklarasi ini. o. Memperhatikan pentingnya peran gerakan perempuan dan organisasi- organisasi non pemerintah di seluruh dunia dalam rangka meningkatkan kesadaran dan mengurangi kekerasan terhadap perempaun. p. Memfasilitasi dan meningkatkan kinerja gerakan perempuan dan organisasi non-pemerintah serta menjalin kerjasama pada tingkat lokal, nasional, maupun regional. q. Mendorong organisasi-organisasi regional antarpemerintah, dimana mereka menjadi anggota agar benar-benar memasukkan penghapusan kekerasan terhadap perempuan ke dalam program-progaram mereka. Universitas Sumatera Utara BAB III ANALISIS YURIDIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA SEBAGAI WUJUD HUKUM YANG BERKEADILAN GENDER

A. Analisis Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga