Hak-Hak Bagi Perempuan Analisis Yuridis Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Positif Indonesia Sebagai Wujud Hukum Berkeadilan Gender

daya ekonomis yang memungkinkan bisa hidup mandiri, serta perlindungan hukum yang tidak memadai. Dengan situasi sosial seperti itu, perempuan korban kemudian beralih ke sumber daya personalnya sendiri. Untuk dapat bertahan, ia merasionalisasi penganiayaan yang dialaminya sebagai respons alami yang ditampilkan pasangannya dalam menghadapi tekanan. Jadi, perempuan korban kemudian mengadopsi norma-norma budaya yang mengabsahkan kekerasan pasangan laki- laki. Bahkan perempuan, pada akhirnya menginternalisasi pandangan bahwa perempuan bertanggungjawab untuk memastikan keberhasilan perkawinan. Dalam kondisi atau keadaan keterjeratannya, perempuan akan dengan mudah menginternalisasi, menghayati banyak perasaan negatif, seperti rasa malu, bimbang, merasa berdosa, menyalahkan diri sendiri, dan sebagainya. Kondisi keterjebakan seperti ini dan ketidakmampuan mencari jalan alternatif pemecahan, menyebabkan perempuan sulit keluar dari kekerasan yang ada.

B. Hak-Hak Bagi Perempuan

Di dalam konstitusi Republik Indonesia dijelaskan bahwa setiap orang bersamaan kedudukannya dalam hukum. Dalam realita kehidupan sehari-hari, sebagian besar korban kejahatan adalah perempuan. Dalam hal ini diperlukan berbagai perlindungan bagi korban khususnya perempuan sebagai korban kejahatan. Kekerasan terhadap perempuan khususnya dalam lingkup rumah tangga, khususnya terhadap istri merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. Maraknya tindak pidana ini kemudian memunculkan dorongan untuk membuat Universitas Sumatera Utara berbagai peraturan perundang-undangan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Sebelum keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dalam hukum positif Indonesia tidak ada dijumpai secara eksplisit tentang perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga. Dalam penyelesaian kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan, alasan penganiayaan sering dijadikan landasan untuk menjerat pelaku ke ranah hukum. Namun demikian, kasus tentang kekerasan terhadap perempuan di dalam rumah tangga seringkali tidak ditindak lanjuti karena dianggap hanya sebagai persoalan pribadi yang tidak perlu dianggakat ke ranah publik. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP membatasi kekerasan perempuan yang berupa kekerasan fisik. Hal ini terlihat dalam Pasal 89 KUHP yyang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kekerasan adalah membuat orang menjadi pingsan dan tidak berdaya. 45 Bila dilihat dalam KUHP, hanya ada beberapa pasal yang dirancang untuk melindungi perempuan dari tindak kekerasan berkenaan dengan tindak pidana Batasan ini cukup sempit bila dibandingkan dengan Konvensi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan dimana kekerasan itu meliputi tidak hanya kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan seksual dan psikologis. Bahkan beberapa peneliti juga memasukkan kekerasan finansial dan kekerasan agama sebagai suatu bentuk kekerasan terhadap perempuan. 45 R. Soesilo. 1993. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Serta Komentar- komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia. Universitas Sumatera Utara perkosaan Pasal 284, pengguguran kandungan tanpa seizin perempuan yang bersangkutan Pasal 347, perdagangan perempuan Pasal 297, dan melarikan perempuan Pasal 332. Pengakuan hak asasi manusia dituangkan secara khusus dalam Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dan mengenai hak yang dimiliki oleh kaum perempuan diatur secara tegas dalam Bab III bagian kesembilan dari pasal 45 sampai dengan pasal 51. Hak-hak perempuan dalam undang-undang ini adalah: a. Hak Politik Pasal 46 Sistem pemilihan umum, kepartaian, pemilihan anggotan badan legislatif, dan sistem pengangkatan di bidang eksekutif, yudikatif, harus menjamin keterwakilan wanita sesuai persyaratan yang ditentukan harus menjamin keterwakilan wanita sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Artinya bahwa pemberian kesempatan dan kedudukan yang sama bagi wanita untuk melaksanakan peranannya dalam bidang eksekutif, yudikatif, legislatif, kepartaian, dan pemilihan umum menuju keadilan dan kesetaraan gender. 46 b. Hak Kewarganegaraan Pasal 47 Seseorang wanita yang menikah dengan seorang pria berkewarganegaraan asing tidak secara otomatis mengikuti status kewarganegaraan suaminya tetapi mempunyai hak untuk mempertahankan, mengganti, atau memperoleh kembali status kewarganegaraannya. c. Hak Pendidikan Pasal 48 46 Darwin Prints. Lop. Cit, Hal 32-33. Universitas Sumatera Utara Wanita berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam pekerjaan, jabatan, dan profesi sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. d. Hak untuk Memperoleh Pekerjaan Pasal 49 Wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat, dalam pekerjaan, jabatan, dan profesi sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan. Di dalam pekerjannya, wanita juga berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus di dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita. Hak khusus yang melekat pada diri wanita yang dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin, dan dilindungi oleh hukum. e. Hak untuk Memperoleh Kedudukan yang Sama dalam Hukum Pasal 50 Wanita yang telah dewasa dan atau telah menikah berhak untuk melakukan perbuatan hukum sendiri, kecuali ditentukan lain oleh hukum agamanya. f. Hak dalam Perkawinan Pasal 51 Seseorang istri selama dalam ikatan perkawinan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dengan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan kehidupan perkawinannya, hubungan dengan anak-anaknya, dan hak pemilikan serta pengelolaan harta bersama. Setelah putusnya perkawinan pun, seseorang wanita mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dengan anak-anaknya, dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak. Setelah putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak yang sama dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan harta bersama tanpa mengurangi hak anak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, di dalam Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan dinyatakan bahwa kaum perempuan berhak untuk menikamati dan memeperoleh perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan asasi yang sama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau bidang-bidang lainnya. Hak-hak tersebut antara lain : a. Hak atas kehidupan; b. Hak atas persamaan; c. Hak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi; d. Hak atas perlindungan yang sama di muka umum; e. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi; f. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan fisik maupun mental; g. Hak untuk pekerjaan yang layak dan kondisi kerja yang baik; h. Hak untuk tidak mengalami penganiayaan dan kekejaman lain atau perlakuan atu penyiksaan secara tidak manusiawi atau sewenang- wenang. 47 Di dalam undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga mengatur mengenai hak-hak korban dimana kebanyakan atau bahkan sebagian besar korbannya adalah perempuan, yakni yang tercantum dalam pasal 10 UU PKDRT dimana korban berhak mendapatkan: a. perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan; 47 Pasal 3 Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan. Universitas Sumatera Utara b. pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis; c. penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban; d. pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan e. pelayanan bimbingan rohani.

C. Fakta Kekerasan Dalam Rumah Tangga