1 Konvensi Perempuan Konvensi Wanita.
30
a. setiap pembedaan, pengucilan dan pembatasan,
Pasal 1 Konvensi Wanita menentukan arti diskriminasi terhadap perempuan sebagai:
b. yang dibuat atas perbedaan jenis kelamin,
c. yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau
menghapuskan, d.
pengakuan, penikamatan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok,
e. di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil, atau apa pun lainnya oleh
wanita, f.
terlepas dari status perkawinan mereka, g.
atas dasar persamaan antara pria dan wanita.
2. Rekomendasi Umum No. 19 tentang Kekerasan terhadap Perempuan
Dalam definisi tersebut belum dicantumkan kata kekerasan, dan arti kekerasan terhadap perempuan. Di dalam Rekomendasi Umum No. 19 tentang
kekerasan terhadap perempuan yang merupakan hasil sidang ke-11 CEDAW
31
30
Semula disebut Konvensi Wanita Women’s Convention, sekarang Konvensi Perempuan. Secara Internasional atau kebanyakan menyebutnya CEDAW. Sebenarnya CEDAW
adalah singkatan dari Committee on the Elemination of Discrimination Againts Women, suatu komite PBB yang mempunyai fungsi memantau pelaksanaan Konvensi di Negara peratifikasi
Konvensi. Komite tersebut juga mempunyai fungsi mengawasi kepatuhan Negara peratifikasi dalam melaksanakan Konvensi. Disebut Konvensi Perempuan dan bukan Konvensi CEDAW,
disebabkan berdasarkan pengalaman dalam seminar-seminar, lokakarya, pelatihan, terdapat resistensi terhadap “Konvensi CEDAW”, dan menganggap bahwa konvensi dengan istilah asing
dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia, sebelum dimulainya penjelasan mengenai arti serta makna konvensi bagi perlindungan dan penegakan hak perempuan serta pemajuan perempuan.
pada tahun 1992.
31
CEDAW adalah singkatan dari Committee on the Elemination of Discrimination Againts Women atau Komite Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan , merupakan Komite
PBB sebagai pelaksanaan dari pasal 17 Konvensi Wanita.
Universitas Sumatera Utara
3. Deklarasi Wina dan Program Aksi The Vienna Declaration And
Programme Of Action
Dalam Mukadimah dari deklarasi tersebut dinyatakan antara lain : “Sangat prihatin akan berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan yang terus menerus
dialami perempuan di seluruh dunia”. Deklarasi Wina dan Program Aksi menyatakan beberapa hal tentang hak asasi perempuan antara lain:
a. Hak asasi perempuan the human rights of women adalah bagian hak asasi
manusia yang tidak dapat dicabut, integral dan tidak dapat dipisahkan. b.
Kejahatan berbasis gender dan semua bentuk pelanggaran dan pelecehan seksual, termasuk yang terjadi karena prasangka budaya dan trafikking
internasional tidak sesuai dengan martabat dan harga diri seorang manusia dan harus dihapuskan.
c. Pentingnya usaha penghapusan kekerasan terhadap perempuan dalam
kehidupan privat dan pnlik, penghapusan semua bentuk pelecehan seksual, eksploitasi, dan trafiking perempuan, penghapusan prasangka atas dasar
jenis kelamin dalam pelaksanaan hukum, serta penghapusan konflik apapun yang dapat terjadi antara hak perempuan dan efek buruk dari
praktek-praktek tardisional atau kebiasaan tertentu, prasangka budaya serta ekstremisme agama.
d. Pelanggaran hak asasi perempuan dalam situasi konflik bersenjata adalahh
pelanggaran prinsip-prinsip fundamental hak asasi manusia Internasional dan hukum kemanusiaan. Semua pelanggaran jenis ini termasuk
pembunuhan, pemerkosaan sistematis, perbudakan seksual dan kehamilan secara paksa, menuntut tanggapan yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
e. Mendesak agar dilakukan penghapusan semua bentuk diskriminasi
terhadap perempuan, baik yang tersembunyi maupun yang terbuka. f.
Mengakui pentingnya bagi perempuan untuk dapat menikmati kesehatan fisik dan mental dengan standar tertinggi selama hidup. Ditegaskan
kembali, bahwa atas dasar persamaan hak antara perempuan dan laki-laki, perempuan mempunyai hak untuk mendapatkan akses pada perawatan
kesehatan yang memadai dan pelayanan keluarga berencana yang seluas- luasnya, dan hak yang sama untuk menikmati pendidikan pada semua
tingkat. g.
Mendesak pada pemerintah serta organisasi regional maupun Internasional untuk mendukung akses perempuan pada jabatan-jabatan pembuat
keputusan dan partisipasi mereka yang lebih besar dalam proses pembuatan keputusan.
Sebagai tindak lanjut dari Konfrensi Dunia tentang HAM 1993, maka Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap
Perempuan, tanggal 20 Desember 1993. Selain itu dibentuk pula Pelapor Khusus Special Rapporteur tentang kekerasan terhadap perempuan.
4. Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Declaration