Sembahyang Ceng Beng Makna Penghormatan Leluhur

Bersamaan dengan maksud yang diinginkan yaitu sebagai bekal bagi roh leluhur yang akan kembali ke tempat asalnya semula. Akhir daripada upacara leluhur ini adalah makan bersama seluruh keluarga.

5.4.4 Pelaku Upacara

Pada saat upacara ini berlangsung, hampir semua anggota keluarga berusaha hadir kecuali memang benar-benar berhalangan. Upacara dipimpin oleh ayah, anak-anak yang telah menetap sendiri bersama keluarga masing- masing datang berkunjung ke rumah orang tua mereka. Pertemuan- pertemuan semacam ini memiliki fungsi sosial yaitu tetap menjaga eratnya hubungan setiap anggotanya juga menjaga solidaritas keluarga.

5.5 Sembahyang Ceng Beng

Hari Raya Ceng Beng merupakan suatu hari besar bagi masyarakat Tionghoa yang dirayakan bersama seluruh keluarga. Menurut kepercayaan, pada saat itu keluarga yang telah meninggal juga ikut berpartisipasi. Hari Raya ini berhubungan dengan keadaan perubahan alam didaratan China yaitu hari dimana telah terjadi pergantian musim, dari musim salju ke musim semi dimana cuacanya bersih dan terang, oleh karena itu dinamakan Qing Ming atau Ceng Beng dalam logat Hokkian yang berarti segar dan terang. Universitas Sumatera Utara Pada hari raya ini, setiap keluarga Tionghoa membersihkan kuburan, ada yang memperjelas kembali nama-nama yang tertulis diatas batu nisan. Setiap keluarga membawa saji-sajian yang diletakkan di atas pelataran kuburan leluhur, serta bersembahyang bagi keluarga mereka yang telah tiada. Keluarga yang berhalangan hadir atau datang kekuburan biasanya melakukan upacara sembahyang di rumah.

5.6 Makna Penghormatan Leluhur

Penghormatan kepada leluhur dalam kebudayaan Tionghoa ini, khususnya dalam studi kasus di Kota Medan, memiliki makna-makna budaya. makna-makna itu mencakup makna aktivitas dan makna benda- benda dan peralatan upacara. makna kegiatan atau aktivitas upacara ini dilatarbelakangi oleh ajaran filsafat khususnya Konfusius dan sistem religi, baik itu Konghucu maupun Buddha. Sedangkan benda-benda upacara memiliki makna-makna khusus, namun intinya semua benda dan peralatan upacara ini adalah sebagai sarana komunikasi dengan leluhur yang dihormati dalam aktivitas pemujaan. Makna-makna budaya yang terkandung di dalam aktivitas penghormatan leluhur jisi zuxian yanjiu adalah seperti uraian berikut ini. Bahwa kegiatan penghormatan leluhur ini memiliki makna integrasi keluarga dan kerabat. Bahwa manusia Tionghoa dalam hidupnya di dunia ini perlu memelihara identitas keluarganya yang ditarik berdasarkan garis Universitas Sumatera Utara keturunan pihak ayah patrilineal. Makna integrasi ini terekspresikan dalam nama keluarga klen. Bahwa seorang Tionghoa perlu menjaga integritas kebersamaan sosial ini. Selain itu, makna aktivitas jisi zuxian yanjiu secara umum adalah sebagai ekspresi kosmologis dalam sistem religi masyarakat Tionghoa, yang di dalamnya terdapat ajaran Konfusius dan Buddhisme. Masyarakat Tionghoa meyakini adanya alam dunia dan alam baka atau akhirat, tempat bersemayamnya para leluhur. Juga adanya unsur-unsur roh dan lain-lainnya. Upacara ini memiliki makna sebagai ketaatan religius dan juga implementasi penghayatan kepercayaannya tersebut. Selanjutnya makna benda dan peralatan upacara, dapat dideskripsikan sebagai berikut. Rumah abu adalah bermakna sebagai wujud kehadiran leluhur yang telah meninggal dalam kehidupan nyata, terutama dalam hidup keturunannya. Rumah abu adalah simbol dari leluhur. Rumah abu ini sebagai simbol leluhur diperkuat pula dengan dipampangkannya foto leluhur di tempat tersebut. Dengan demikian walau leluhur telah meninggal dunia, ia dipandang tetap hidup kekal di alam akhirat dan berkomunikasi dengan keturunannya. Leluhur ini dapat menolong kesejahteraan dan keselamatan keturunannya. Dalam upacara diperlukan dupa atau hio xiang 香, yang memiliki makna sebagai simbol hubungan antara dunia nyata dengan dunia akhirat. Universitas Sumatera Utara Hio ini merupakan sarana penghubung antara alam dunia nyata ini dengan alam gaib dan alam baka. Hio memiliki makna komunikasi kosmologi. Kemudian lilin memiliki makna sebagai penerang dalam kegelapan. Lilin yang dinyalakan ini adalah lambang dari kesucian, ketulusan, dan pengabdian. Bertindaklah sebagai lilin, yaitu rela berkorban untuk menjadi penerang kepada seluruh alam dan manusia. Dalam konteks yang lebih luas, diajarkan kepada orang Tionghoa selalulah berlaku dermawan dan sosial dengan cara menyantuni orang yang kurang mampu dan semoga menjadi penerang kepada semua orang di dunia ini, bukan hanya sekedar berguna kepada sesama agama atau religi tetapi kepada semua makhluk. Selain itu benda upacara adalah berupa papan leluhur atau papan arwah yang disebut sien ci-shen zu 神主 atau shen wei 神位. Papan leluhur ini adalah simbol dari kehadiran leluhur dalam kehidupan keturunannya. Papan leluhur juga mengingatkan bahwa leluhur itu tetap hidup terus di alam baka di depan Tian, dengan harapan keturunan ditempatkan di tempat yang baik. Universitas Sumatera Utara

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Telah diuraikan dalam pendahuluan bahwa salah satu aspek dari kebudayaan adalah religi. Khusus dalam skripsi ini peneliti mengetengahkan tentang religi tradisional masyarakat Tionghoa yaitu penghormatan leluhur yang dilakukan keluarga dihadapan abu leluhur. Permasalahan yang menjadi perhatian peneliti adalah masihkah penghormatan terhadap leluhur ini memiliki arti dan nilai religius tersendiri ini bagi setiap orang yang menjadi anggota dalam suatu keluarga dan secara langsung ikut ambil bagian dalam praktek upacara pada saat sekarang ini. Dari hasil pengamatan, peneliti melihat kecenderungan bergesernya nilai- nilai religius pada generasi muda saat ini. Pengetahuan kaum muda yaitu anak-anak dari keluarga Tionghoa rata-rata berusia tidak lebih dari 40 tahun yang masih memelihara abu leluhur sangat kurang. Mereka sudah tidak lagi menaruh perhatian secara khusus terhadap penghormatan leluhur. Upacara-upacara penghormatan mereka lakukan tanpa mengetahui dan memahaminya secara mendalam. Segala sesuatunya mereka lakukan hanya berdasarkan kebiasaan yang telah diajarkan orang tua dan dilakukan sejak kecil, dan juga untuk menghargai dan menghormati orangtua mereka. Universitas Sumatera Utara