BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Telah diuraikan dalam pendahuluan bahwa salah satu aspek dari kebudayaan adalah religi. Khusus dalam skripsi ini peneliti mengetengahkan
tentang religi tradisional masyarakat Tionghoa yaitu penghormatan leluhur yang dilakukan keluarga dihadapan abu leluhur.
Permasalahan yang menjadi perhatian peneliti adalah masihkah penghormatan terhadap leluhur ini memiliki arti dan nilai religius tersendiri
ini bagi setiap orang yang menjadi anggota dalam suatu keluarga dan secara langsung ikut ambil bagian dalam praktek upacara pada saat sekarang ini.
Dari hasil pengamatan, peneliti melihat kecenderungan bergesernya nilai- nilai religius pada generasi muda saat ini. Pengetahuan kaum muda yaitu
anak-anak dari keluarga Tionghoa rata-rata berusia tidak lebih dari 40 tahun yang masih memelihara abu leluhur sangat kurang. Mereka sudah
tidak lagi menaruh perhatian secara khusus terhadap penghormatan leluhur. Upacara-upacara penghormatan mereka lakukan tanpa mengetahui
dan memahaminya secara mendalam. Segala sesuatunya mereka lakukan hanya berdasarkan kebiasaan yang telah diajarkan orang tua dan dilakukan
sejak kecil, dan juga untuk menghargai dan menghormati orangtua mereka.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa mereka tidak akan meneruskan pemeliharaan meja abu leluhur dan bermaksud akan membakar
meja abu keluarga jika orang tua telah tiada, gejala semacam ini akan timbul karena banyak faktor, dan salah satu faktor yang jelas adalah karena
kemajuan tekhnologi dan modernisasi yang menyebabkan orang tidak lagi memperhatikan nilai-nilai tradisi yang diwariskan nenek moyang. Dengan
adanya sikap semacam ini, kemungkinan besar pada suatu hari nanti tradisi religi penghormatan leluhur pada keluarga-keluarga Tionghoa yang tinggal
di Indonesia akan hilang. Di samping Pergeseran nilai religius, peneliti juga melihat
munculnya perubahan-perubahan dan penyederhanaan dalam pelaksanaan ritus keagamaannya. Upacara Ceng Beng pada awalnya dilakukan di
kuburan-kuburan saja, namun sekarang telah banyak keluarga hanya melakukan upacara dirumah atau dirumah abu. Hal tersebut dilakukan
karena jarak lokasi perkuburan yang jauh dari tempat tinggal ataupn juga karena sebagian besar keluarga Tionghoa telah mengangkat jenazah kerabat
mereka dari kuburan setempat lalu kemudian membakarnya kremasi. Pembakaran jenazah tersebut disebabkan karena keluarga almarhum tidak
mau direpotkan lagi oleh hal-hal yang berhubungan dengan perawatan kuburan. Dengan adanya pengangkatan jenazah tersebut menyebabkan
tradisi upacara yang sedianya dilakukan dipekuburan ini semakin lama
Universitas Sumatera Utara
semakin berkurang pengikutnya, dan bukannya tidak mungkin suatu waktu kelak akan habis.
Kesimpulan lain yang didapatkan dari pengamatan yaitu mengenai peran penghormatan leluhur ini dalam keluarga. Secara keseluruhan upacara
religi ini mepunyai fungsi sosial mengintensifikasikan dan mendorong solidaritas di antara para anggota suatu keluarga atau Klen yang
mengingatkan mereka bahwa mereka sebenarnya adalah kerabat yang berasal dari leluhur yang sama. Keluarga-keluarga yang berasal dari leluhur
dan marga yang sama saling memberikan bantuan dan pertolongan dimana pada umumnya terdiri dari tiga cara yang berbeda, yaitu: 1 bantuan
material; 2 bantuan non material; dan 3 pekerjaan, beasiswa dan lain- lain. Jadi disini upacara religi bisa dianggap sebagai salah satu alat atau
sarana untuk tercapainya solidaritas di antara para anggotanya.
6.2 Saran