Pada mulanya pintu muka dibuka lebar lalu, tiga batang hio dinyalakan. Dengan ketiga batang hio tersebut, dilakukan soja di depan
pintu menghadap ke luar sambil memanjatkan doa kepada Tuhan meminta izin untuk mengundang leluhur agar datang kerumah tersebut dan mencicipi
hidangan yang disediakan. Ketiga batang hio tersebut ditaruh pada sebuah tempat kecih khusus yang ditempelkan pada dinding di muka pintu luar.
Selanjutnya dinyalakan hio untuk leluhur. Hio yang ditujukan bagi leluhur berjumlah dua batang. Dihadapan meja abu, dilakukan soja dengan
hio sambil memanjatkan doa bagi leluhur berisi puji syukur dan hormat serta harapan agar para leluhur berkenan menerima persembahan yang
diberikan. Kemudian hio ditancapkan pada hio lou. Selanjutnya upacara selesai.
Persembahan yang diberikan seperti teh dan kue setiap kali diganti pada waktu sembahyang dilakukan kecuali buah-buahan. Lilin dan hio yang
telah habis juga diganti dengan yang baru pada saat sembahyang. Persembahan yang diletakkan pada sore hari tanggal 15 Imlek diangkat
pagi-pagi pada keesokan harinya.
5.4 Sembahyang Tahun Baru
Perayaan Tahun Baru China merupakan suatu perayaan yang diadakan sehubungan dengan kedatangan musim semi didaratan China,
Universitas Sumatera Utara
dihitung sesuai dengan perhitungan lunar yang dianut masyarakat Tionghoa, yang jatuh tepat pada tanggal 1 bulan 1 Imlek. Dalam penanggalan Masehi,
Tahun Baru Imlek biasanya dirayakan setiap tanggal 28 atau 29 januari. Menjelang Tahun Baru, setiap keluarga sibuk mengatur persediaan
untuk menyambut pergantian tahun. Satu hari sebelum Tahun Baru, yaitu pada tanggal 29 bulan 12 Imlek dilakukan upacara sembahyang khusus
ditujukan bagi leluhur. Sembahyang ini biasanya disebut juga sembahyang Tahun Baru – da nian ye 大 年 夜 . Tidak semua keluarga Tionghoa
melakukan sembahyang leluhur atau sembahyang Tahun Baru itu pada “hari sembahyang” atau oleh orang Tionghoa disebut hari Ji kao kao tersebut.
Ada juga yang menyelenggarakannya beberapa hari dimuka Tahun Baru dengan maksud agar segala sesuatu yang bertalian dengan tahun baru cepat
selesai. Lagipula harga barang-barang keperluan untuk itu belum meningkat setinggi harga-harga pada waktu satu hari dimuka Tahun Baru.
Keluarga yang menjadi obyek penelitian penulis pada sembahyang Tahun Baru ini telah tinggal di Indonesia. Hampir semua anggota keluarga
yang hadir pada saat itu mengakui tidak mengerti dan memahami seluk beluk mengenai upacara penghormatan leluhur ini. Mereka hanya mengikuti
apa yang diajarkan dan dicontohkan orang tua mereka tanpa mengetahu arti yang tersirat dalam upacara ritual tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5.4.1 Tempat Upacara
Sembahyang Tahun Baru dilakukan disetiap tempat tinggal keluarga dan upacara ini berlangsung di hadapan meja abu dan abu leluhur. Biasanya
meja abu leluhur diletakkan di ruang tengah, ruangan yang agak luas tempat berkumpulnya seluruh keluarga. Bagi keluarga yang tidak memiliki meja
abu, sajian persembahan biasanya diletakkan diatas meja di ruang makan bersama-sama dengan potret leluhur.
5.4.2 Peralatan Upacara
Keluarga yang menjadi obyek penelitian penulis tidak memiliki meja abu leluhur. Oleh karena itu mereka meletakkan sajian pada sebuah meja
panjang di ruang makan. Selain sesajian, diatas meja diletakkan potret orang tua yang telah meninggal. Lilin berwarnah merah yang melambangkan
kebahagiaan, gelas berisi beras untuk tempat menancapkan hio, poci-poci teh. Selain itu juga digunakan hio berwarna merah, tempat pembakaran
kemenyaan berkaki empat, dua buah uang logam kuno, uang-uang kertas emas dan perak tiruan, serta kertas-kertas bergambarkan kebutuhan rumah
tangga seperti baju, celana, panci, teko, dan sebagainya. Saji-sajian ini dihidangkan lebih istimewa daripada hari-hari biasa.
Sajian berupa buah-buahan, kue-kue kecil, kue keranjang, minuman serta
Universitas Sumatera Utara
makanan kesukaan leluhur. Ada jenis makanan yang harus selalu disajikan berupa: binatang berkaki empat misalnya babi yang mewakili tanah; burung
atau ayam yang mewakili udara dan ikan yang mewakili air. Ketiganya disebut sam seng.
Keluarga-keluarga tertentu mempunyai kebiasaan bersantap bersamaan dengan arwah atau roh leluhur. Ketika upacara sembahyang
selesai, mereka langsung bersantap mengambil makanan yang telah disembahyangi.
5.4.3 Jalannya Upacara
Pada Imlek malam, dilakukan upacara sembahyang kepada Tuhan – Tian oleh kepala keluarga, meminta izin untuk mengundang arwah leluhur
agar dapat datang ke tempat tinggal mereka dan dapat bersama-sama merayakan kedatangan hari raya Tahun Baru. Segala persiapan dilakukan
pada pagi harinya. Setelah makanan selesai dimasak, diletakkan diatas meja bersama-sama dengan segala peralatan sembahyang oleh ibu rumah tangga
dibantu anak-anak perempuannya. Setelah semua dianggap lengkap, ia memanggil suaminya untuk memulai upacara.
Pada mulanya kepala keluarga melakukan pemasangan dua batang lilin berwarna merah. Kemenyan dibakar pada suatu tempat kemudian
dibawa berkeliling meja sesaji serta seluruh rumah sebanyak dua kali.
Universitas Sumatera Utara
Menurut kepercayaan mereka, asap dari kemenyan ini dianggap penting untuk memanggil roh agar cepat datang. Sebelum sembahyang kepada
leluhur terlebih dahulu bersembahyang kepada Tuhan menghadap keluar. Tiga batang hio berwarna merah dibakar. Dengan ketiga batang hio ditangan
dilakukan soja pai – bai 拜, kemudian hio ditancapkan dimuka pintu. Selanjutnya kembali dilakukan soja sambil mengucapkan doa agar
diperkenankan melakukan sujud kepada leluhur. Setelah selesai pengucapan doa, bersoja kemudian masuk menuju meja abu. Dua batang hio kemudian
kembali dibakar. Setelah bersoja, hio kemudian ditancapkan pada tempat hio lalu mengucapkan doa kepada leluhur yang berisi rasa hormat, cinta
serta puji-pujian akan teladan yang telah diberikan dan berjanji akan menjunjung serta melanjutkan bakti mereka. Setelah berdoa, sikap ini
dilanjutkan dengan bersujud kui pai dimuka meja abu. Sikap doa yang dilakukan oleh ayah sebagai kepala keluarga diikuti
oleh anggota keluarga lainnya yaitu anak laki-laki, istri, anak perempuan. Cucu-cucu menyusul kemudian. Namun urutan ini tidak terlalu diperhatikan
lagi pada saat sekarang. Wanita tidak diharuskan bersujud, mereka hanya bersembahyang dengan hio.
Anak-anak kecil berusia sekitar 4-5 tahun dibimbing oleh ayah mereka membakar hio serta mengucapkan doa. Dimuka pintu, dengan
menghadap keluar mereka memegang hio sambil bersoja sebanyak dua kali
Universitas Sumatera Utara
sambil memohon kepada kakek-nenek serta para leluhur supaya datang dan bersama-sama merayakan Tahun Baru. Selanjutnya mereka memasuki
ruangan meja abu, bersoja tiga kali lalu berdoa sejenak mengucapkan selamat Tahun Baru kepada kakek-nenek. Kemudian hio ditancapkan.
Setelah semua mendapat gilirannya, ssegala macam santapan makanan dibiarkan selama 1-2 jam, tindakan ini memiliki maksud tertentu
yaitu membiarkan para roh leluhur bersantap sejenak. Sementara itu, seorang anggota keluarga menyalakan rokok kesukaan leluhur.
Untuk mengetahui kapan para roh selesai bersantap dilakukan popoi – xiao pei 笑配 yaitu melemparkan dua buah uang logam. Jika kedua
muka uang logam tersebut menampakkan gambar yang sama berarti roh belum selesai bersantap, maka harus menunggu lagi sejenak baru diulangi
lagi popoi sampai kedua muka uang logam menampakkan dua sisi yang berbeda.
Setelah acara santap para roh leluhur selesai, kepala keluarga diikuti oleh anggota keluarga yang lain membakar uang kertas emas atau kim cua
dan uang kertas perak atau gin cua hanya bersifat simbolis yang melambangkan uang sesungguhnya yang telah dilipat. Bakaran uang kertas
diletakkan dimuka pintu halaman muka. Setelah itu diambil sedikit makanan dari sesajian yang diletakkan pada tempat pembakaran uang kertas. Setiap
minuman yang disediakan juga ditaburkan berputar ditempat yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Bersamaan dengan maksud yang diinginkan yaitu sebagai bekal bagi roh leluhur yang akan kembali ke tempat asalnya semula. Akhir daripada
upacara leluhur ini adalah makan bersama seluruh keluarga.
5.4.4 Pelaku Upacara
Pada saat upacara ini berlangsung, hampir semua anggota keluarga berusaha hadir kecuali memang benar-benar berhalangan. Upacara dipimpin
oleh ayah, anak-anak yang telah menetap sendiri bersama keluarga masing- masing datang berkunjung ke rumah orang tua mereka. Pertemuan-
pertemuan semacam ini memiliki fungsi sosial yaitu tetap menjaga eratnya hubungan setiap anggotanya juga menjaga solidaritas keluarga.
5.5 Sembahyang Ceng Beng