Tindakan Ekonomi KAJIAN PUSTAKA

2.2. Tindakan Ekonomi

Tindakan ekonomi adalah suatu bentuk dari tindakan sosial. Menurut Weber, tindakan ekonomi dapat dipandang sebagai suatu tindakan sosial sejauh tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku orang lain. Aktor sebagai pelaku ekonomi akan selalu mengarahkan tindakannya menurut kebiasaan dan adat dari nilai-nilai dan norma yang dimiliki dalam sistem hubungan sosial yang sedang berlangsung. Pada kelompok masyarakat petani, tindakan ekonomi merupakan cerminan langsung dari moral ekonomi sedangkan pada masyarakat pedagang, tindakan ekonomi merupakan kombinasi antara moral ekonomi, kepentingan ekonomi dan dimensi moral mereka yang senantiasa dinamis. Norma-norma moral, adat, hukum dipandang sebagai sesuatu yang mengganjal dalam mencapai kepentingan pribadi. Tetapi sebagai manusia yang kreatif, masyarakat pedagang tetap mencari jalan keluar dengan melakukan proses interaksi antara pedagang dengan pedagang maupun pedagang dengan kelompok masyarakat, Damsar, 2000:92-100. Tindakan ekonomi tidak dapat terlepas dari moral ekonomi dalam ekonomi pasar. Di dalam ekonomi pasar, ditemukan budaya yang mempengaruhi sistem nilai- nilai setiap pelaku ekonomi sesuai dengan yang mereka yakini dan pilihan-pilihan rasional yang menuntun para pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan mereka. Bertolak dari penelitian yang dilakukan oleh James. C.Scott tentang moral ekonomi petani di Asia Tenggara, Robert W. Hefner juga melakukan penelitian tentang Budaya Pasar di Asia Tenggara. Menurut Hefner 1998, kaum pendatang atau migran yang banyak ditemui di Asia Tenggara yakni kaum Tionghoa adalah kelompok yang mampu bersaing dan berkembang dalam melakukan kegiatan Universitas Sumatera Utara ekonomi pasar. Tetapi mereka tidak terlepas dari dilema moral yang dipengaruhi oleh budaya yang mereka yakini. Menurut Jamie Mackie dalam Hefner 1998:197-181 orang Tionghoa di Asia Tenggara lebih berwatak wirausaha dalam kegiatan bisnis dibandingkan penduduk pribumi. Mereka memiliki jaringan ekonomi yang dikenal dengan sistem ekonomi perusahaan keluarga. Sistem-sistem nilai di kalangan orang-orang Thailand, orang Jawa, orang Melayu, orang Burma ataupun orang Vietnam dianggap kurang memiliki orientasi terhadap dagang. Orang Tionghoa yang datang menyebar ke Asia Tenggara, hampir seluruhnya berasal dari kelas-kelas sosial yang telah menyerap budaya Konfusius yakni suatu tradisi yang diteruskan secara turun temurun mengenai apa yang baik, bagaiman perilaku yang baik maupun yang buruk dalam setiap aspek kehidupan khususnya dalam dunia bisnis atau dagang. Dalam kasusnya di Indonesia, Jamie Mackie melihat bahwa pengusaha-pengusaha Tionghoa banyak yang berhasil di bidang dunia bisnis dimana mereka disebut sebagai Cina totok yang dikenal suka bekerja keras, paling berani mengambil resiko dan berhasil. Tindakan ekonomi mereka, prediksi mereka terhadap dunia pasar telah membawa banyak orang Tionghoa untuk berhasil dalam dunia dagang tanpa harus kehilangan hubungan yang baik dengan keluarga mereka. Berbeda negara berbeda juga karakter masyarakatnya. Menurut Michael G. Peletz dalam Hefner 1998:257-258, masyarakat Melayu di Malaysia tidak mengembangkan tradisi Melayu untuk bekerja sama dalam bidang ekonomi diantara semua keluarga. Dikalangan orang Melayu, keluarga dan bisnis tidak dicampurbaurkan. Orang Melayu tidak suka bergabung dalam usaha bisnis patungan Universitas Sumatera Utara dengan para kerabatnya atau bekerja sama dengan mereka dalam jenis-jenis kegiatan bisnis tertentu. Mereka berusaha memisahkan diri dan melindungi hubungan- hubungan keluarga baik dari sifat keuntungan dan kepentingan pribadi dari para pelaku sosial. Menurut Tania Murray Hefner, 1998:223 melalui penelitian yang dilakukan di Penang Malaysia, para pedagang Melayu telah mengalami kesulitan berbisnis ketika mereka berdagang di wilayah kediaman mereka sehingga lebih banyak terjerat dalam kewajiban-kewajiban pribadi dan sosial kepada para pelanggannya yang adalah orang Melayu. Para pedagang secara terpaksa untuk memberi kredit bagi pelanggannya. Hal yang seperti inilah dilihat oleh Evers sehingga memberikan solusi terhadap dilema yang dialami pedagang salah satunya dengan melakukan imigrasi pedagang minoritas seperti yang dilakukan oleh pedagang Minangkabau di Indonesia Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN