Persaingan dan Adaptasi Para Pedagang

mengembang usaha mereka. Apabila keluarga yang datang harga memang berbeda diberikan tetapi mereka juga mengerti untuk tidak menerima perlakuan tersebut. Walaupun demikian persoalan ekonomi dengan keluarga dipisah dan mereka bisa berkumpun pada saat diadakan perkumpulan keagamaan. Penentuan harga yang diberikan kepada tetangga, kerabat adalah sama dan apabila mereka menjadi pelanggan mereka hanya diberi kelonggaran untuk kredit atau diberi diskon atau potongan. Jadi permasalahan yang mereka alami bukanlah oral ekonomi pedagang tetapi modal yang kurang besar untuk mengembangkan usaha-usaha mereka.

4.3.2. Persaingan dan Adaptasi Para Pedagang

Pertumbuhan kota Medan yang begitu cepat telah menghasilkan berbagai manfaat pada semua aspek, baik aspek ekonomi, fisik maupun sosial. Dalam aspek ekonomi, pertumbuhan kota menyebabkan akumulasi tenaga kerja dalam jumlah besar dan merupakan pasar yang dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha. Dalam aspek fisik, pertumbuhan kota Medan telah memberikan banyak keuntungan bagi banyak orang dengan meningkatkan kualitas fasilitas pembangunan. Begitu juga dalam aspek sosialnya. Pertumbuhan dan perkembangan kota telah menarik minat para migran dari pedesaan atau dari daerah lain dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup yang lebih baik. Kota yang telah menjadi pusat ekonomi, perdagangan, industri dan jasa ini telah melahirkan persaingan yang ketat untuk melangsungkan kehidupan agar dapat terus bertahan. Dalam dunia bisnis dinyatakan bahwa siapa yang mampu bertahan Universitas Sumatera Utara maka akan tetap hidup sedangkan yang tidak kokoh maka tidak akan dapat bertahan dan akan tersingkir. Untuk mendapatkan pembeli maupun pelanggan, para pedagang harus mampu melakukan pendekatan untuk mendapatkan simpatik masyarakat melalui sarana maupun pelayanan yang berbeda dari yang lainnya. Sama halnya yang dialami para komunitas etnik India yang bermukim di Kampung Madras juga mengalami persaingan dalam dunia dagang yang menjadi mata pencaharian mereka. Persaingan dapat terjadi dari luar atau ekternal maupun dari dalam atau internal. Bertolak dari generasi mereka yang terdahulu yang tidak dapat bertahan untuk menetap di Kampung Madras yang semakin berkembang, maka komunitas etnik India sekarang yang bila dihitung keberadaannya sudah sangat banyak berkurang harus mampu beradaptasi dan bersaing dengan perkembangan dan pertumbuhan kota saat ini dan harus bersaing dengan para pedagang Tionghoa jika mereka tidak ingin disisihkan. Persaingan yang dialami dari luar yaitu dengan pedagang Tionghoa secara tidak langsung mampu menghancurkan atau mematikan ekonomi mereka. Dengan melakukan satu strategi, komunitas India membuat ciri khas dagangan mereka. Dengan demikian mereka masih mampu bertahan tanpa di ambil alih bisnis mereka oleh etnik Tionghoa. Dengan sesama etnik India tidak terjadi persaingan ketat yang mematikan. Mereka mungkin sadar bahwa keberadaan mereka sedikit, jadi diantara mereka harus tetap berhubungan bukan saling menjatuhkan. Walaupun nama daerah Kampung Madras identik dengan nama pemukiman India, dan yang belum mengenal daerah ini akan meyatakan bahwa daerah ini tentu memiliki penduduk mayoritas etnik India. Tetapi sekarang sungguh sangat berbeda Universitas Sumatera Utara sekali, karena komunitas ini banyak bertempat tinggal di daerah ini sebelum tahun 1950-an dan memasuki tahun 1960 mereka semakin berkurang hingga masa sekarang. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh salah satu informan berikut ini: “ awalnya nenek moyang kami tinggal disini dan hampir seluruh Kampung Madras adalah orang-orang India. Tetapi setelah ada penggusuran karena hendak dibuat sebagai kota yang berkembang maka banyak dari kami yang pindah ke pinggiran kota, kemudian orang Tionghoa yang memiliki uang membelinya dan berdagang di daerah ini sampai sekarang.” Siwa Seger, Juni 2008 Dalam kehidupannya, masyarakat memiliki suatu kebutuhan yang mendasar yaitu keinginan untuk mempertahankan hidup. Keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk usaha untuk mencapai tujuannya. Kompetisi atau persaingan merupakan proses sosial yang mengandung perjuangan untuk memperebutkan perjuangan tersebut. Masyarakat sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sama halnya dengan para pedagang etnik India, tidak akan dapat hidup sendiri dan berkembang tanpa adanya kerja sama dengan orang lain, seperti dengan pembeli, tetangga, kerabat dan dengan pedagang lainnya. Umumnya interaksi yang terjadi antara pedagang dan pembeli yang sudah menjadi pelanggan tetap berjalan dengan lancar. Hal ini terjadi karena antara pedagang dan pembeli saling membutuhkan dan saling melengkapi. Di satu sisi, pedagang membutuhkan pembeli untuk membeli barang-barang dagangannya untuk memperoleh untung dan di lain pihak pembeli membutuhkan barang-barang untuk kebutuhan hidup mereka. Persaingan dagang yang dialami komunitas India di Kampung Madras ini adalah dengan etnik Tionghoa. Etnik Tionghoa ini dikenal dengan jaringan bisnis Universitas Sumatera Utara yang kuat, memiliki modal yang besar dan kemampuan mereka dalam menguasai pasar. Mereka juga dikenal dengan prinsip kerja yang tekun, jujur, cerdas dan bijak yang digabungkan secara keseluruhan dan dipakai sebagai dasar dalam dunia bisnis mereka. Walaupun mereka memiliki jiwa dagang yang baik tetapi mereka sangat tertutup dengan sekitarnya dan sangat jarang melakukan interaksi dengan tetangga dan pedagang yang bukan satu etnik mereka. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan berikut: “kami tidak terlalu dekat dengan mereka, hubungan dengan mereka biasa-biasa saja, bahkan komunikasi juga seperlunya saja walaupun kami bertetangga.” Salini, Juni 2008 Hubungan antar pedagang sebenarnya adalah hubungan persaingan. Satu pedagang menjadi pesaing bagi pedagang lainnya. Terdapat kode etik yang diterapkan setiap pedagang yakni seorang pedagang tidak diperbolehkan memanggil atau menyerobot pembeli yang ada di kios atau toko pedagang lain dengan menawarkan harga yang lebih murah. Kode etik berdagang menyatakan bahwa seorang pedagang baru boleh mengajukan penawaran setelah seorang calon pembeli pindah dari kios atau toko di sebelahnya, bukan ketika calon pembeli masih melakukan tawar-menawar di sebelahnya. Sistem ekonomi turun-temurun yang diwarisi etnik India ini cukup membantu mereka dalam beradaptasi. Dengan sistem yang demikian, diharapkan kehidupan mereka dalam dunia dagang tidak akan hilang. Warisan berupa toko atau bentuk dagangan yang diberikan harus dilanjutkan untuk diusahakan oleh anak yang mendapat warisan tersebut. Bagi orang Punjabi, berdagang diturunkan kepada anak mereka yang laki-laki. Sebelumnya sudah menjadi tradisi bagi mereka bila toko sport Universitas Sumatera Utara dan musik yang mereka tekuni berhasil akan membuka cabang di tempat lainnya demikian seterusnya hingga toko mereka tetap ada hingga sekarang. Melihat persaingan yang terjadi saat ini, maka orang-orang India yang bermata pencaharian sebagai pedagang mulai mengambil langkah strategi berdagang. Seperti halnya orang Punjabi, toko sport dan musik mereka tidak diberi kesempatan bagi siapapun selain komunitas Punjabi yang masih anggota keluarganya untuk menjalankan bisnis mereka. Hal ini membuat mereka tetap berada pada posisi yang baik tanpa banyak persaingan karena banyak masyarakat yang sudah percaya untuk membeli alat-alat olahraga kepada orang Punjabi. Ciri khas dagangan mereka menjadi salah satu strategi untuk mereka dapat bertahan dalam dunia bisnis. Strategi lain yang dilakukan para pedagang India ini adalah dengan menjalin hubungan yang baik dengan pembeli atau pelanggannya. Sikap yang ramah dan jujur merupakan salah satu cara untuk menarik minat para pembelinya dan pelanggannya. Selama ini kesan atau image masyarakat terhadap orang India adalah kasar dan mereka tidak mau berbaur. Tetapi hal tersebut berbeda dengan yang ditemukan di lapangan. Mereka ramah terhadap setiap orang yang ingin berdekatan dengan mereka baik itu etnik India atau etnik pribumi. Walaupun demikian tetap masih ada yang tertutup tentang bisnis mereka karena mereka beranggapan dunia bisnis adalah hal yang tidak dapat dibagikan dengan orang lain. Dengan sikap yang ramah, berbicara yang lembut maka para pembeli kemungkinan akan terkesan untuk datang ke toko mereka. Sama halnya dengan penuturan informan berikut: “ bila kita ramah, mudah senyum terhadap calon pembeli apalagi melihat kumis saya yang tebal ini sambil tertawa, mereka akan tertarik minimal sekedar melihat-lihat dan bila mereka tertarik bisa Universitas Sumatera Utara saja mereka jadi pembeli. Ramah adalah kunci utama yang dapat kami berikan dalam dunia dagang, bila mereka melihat pelayanan kita dengan baik maka suatu saat mereka akan datang kembali dan bisa saja memberitahukan kepada teman-teman atau keluarga mereka.” S.D. Pandit, Juni 2008 Strategi mereka berikutnya adalah hubungan yang tetap dijaga dengan pelanggan mereka seperti memberikan bingkisan atau bagi yang berdagang makanan akan memberi hadiah makanan pada saat orang India merayakan hari besar mereka. Seperti yang dinyatakan oleh seorang informan yang berdagang makanan ini: ”kalo kami sedang merayakan hari besar, biasanya kami akan buat banyak makanan dan bagi pelanggan akan diberika dengan cuma- cuma atau kami beri bingkisan, kami juga mau mengundang para pembeli khususnya pelanggan kami untuk ikuti acara. Yah itu salah satu cara agar mereka tetap mau langganan dengan saya.” Aboi, Juni 2008 Jenis dagangan orang India juga mempunyai ciri khas tersendiri dan inilah strategi mereka agar pada mereka saja masyarakat membeli. Misalnya makanan khas India, pakaian khas India, musik dan Film India dan aksesoris mereka. Tetapi kembali lagi soal modal dan pemasaran yang telah menghambat mereka untuk berkembang lebih maju.

4.3.3. Kehidupan Budaya dan Agama Etnik India dalam Aktivitas Ekonomi