dan meja Hc. 2.
Menentukan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang didapatkan dari hasil eksperimen.
3. Menghitung jumlah cahaya flux yang diperlukan dengan rumus:
F= Dimana:
A = Luas ruanganbidang kerja m
2
UF= Utilization Factor LLF= Light Loss Factor
4. Menghitung jumlah lampu dengan rumus:
N= Dimana:
F= nominal luminous flux yang dibutuhkan
FI=nominal luminous flux lampu
3.2. Kelelahan
5
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah
kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas
kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot
5
Tarwaka, dkk, Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Surakarta: UNIBA, 2004, hlm107-108.
Universitas Sumatera Utara
atau perasaan nyeri pada otot, sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh memonotori,
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan gizi.
Terdapat dua teori kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya
kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot. Sedangkan pada teori
saraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan saraf
melalui saraf sensorik yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan ini menghambat pusat otak dalam mengendalikan gerakan, sehingga frekuensi
potensial kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot, sehingga
gerakan atas perintah menjadi lambat. Semakin lambat gerakan seseorang menunjukkan semakin lelah kondisi ototnya.
3.3. Mata
Sebagai indera penglihatan, mata mempunyai fungsi penting dalam mengidentifikasi segala bentuk rangsangan visual yang kemudian diteruskan ke
otak untuk diterjemahkan dalam bentuk respon. Dalam hal ini, mata berfungsi sebagai pengirim pesan. Mata terdiri atas 6 bagian, yaitu:
1. Kelopak mata Palpebra yang berfungsi untuk melindungi bola mata terhadap
Universitas Sumatera Utara
trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata juga berperan dalam mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk lapisan airmata didepan
kornea. 2.
Sistem sekresi air mata sistem Lacrimal untuk menjaga agar kornea tetap bersih, lembab, dan bebas kuman.
3. Conjungtiva, yaitu lembaran yang menutupi sclera dan kelopak mata bagian
belakang. 4.
Bola mata yang terdiri dari atas 3 lapis jaringan yaitu: a.
Sclera yang merupakan jaringan terluar yang melindungi bola mata. Bagian terluar sclera disebut kornea yang bersifat trasparan untuk memudahkan
sinar masuk ke dalam bola mata. b.
Uvea yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Pada iris terdapat pupil yang berfungsi untuk mengatur jumlah sinar yang masuk ke dalam bola
mata. c.
Retina yang berfungsi mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik yang diteruskan ke otak.
5. Rongga orbita yaitu rongga tempat bola mata.
6. Otot penggerak mata yang berfungsi untuk menggerakkan mata.
3.3.1. Kelelahan Mata
6
Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau astenophia yaitu kelelahan okular atau ketegangangangguan pada mata dan sakit kepala
6
Ilyas, S, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Jakarta, Penerbit: Kedokteran Universitas Indonesia,2003, hlm 30-35.
Universitas Sumatera Utara
sehubungan dengan penggunaan mata secara intensif. Keletihan penglihatan menggambarkan seluruh gejala-gejala yang terjadi sesudah stress berlebihan
terhadap setiap fungsi mata, diantaranya adalah tegang otot siliaris yang berakomodasi sewaktu memandang objek yang sangat kecil dalam jarak yang
sangat dekat. Pada keadaan normal, cahaya akan datang dari jarak tidak terhingga
sehingga terfokus pada retina. Daya akomodasi mata akan terjadi apabila benda didekatkan, maka bayangan benda dapat difokuskan pada retina. Mata akan
berakomodasi untuk melihat jelas benda pada jarak yang berbeda-beda sehingga bayangan benda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa
untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliaris. Saat seseorang bekerja terus-menerus dalam jangka waktu tertentu menyebabkan mata harus
berakomodasi dalam waktu yang panjang dan dapat mempercepat terjadinya kelelahan mata. Terdapat beberapa kelelahan mata yaitu:
a. Gejala okular, merupakan gejala seperti mata merasa tidak nyaman, panas,
sakit, cepat lelah, merah dan berair. b.
Gejala visual, terjadi karena mata mengalami gangguan untuk memfokuskan bayangan pada retina. Kelelahan ini akan menyebabkan penglihatan ganda
atau kabur. Penglihatan kabur disebabkan otot siliaris gagal untuk memfokuskan atau mengalami kejang dan kelelahan.
c. Gejala umum lainnya yaitu akibat kelelahan mata adalah sakit kepala, sakit
punggung, pinggang.
Universitas Sumatera Utara
Kelelahan mata juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan atas faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor-faktor tersebut
yaitu: a.
Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari tubuh yang terdiri atas: 1.
Faktor Okular, yaitu kelainan mata yang berupa Ametropia dan Heteroforia. Ametropia adalah kelainan refraksi pada mata kiri dan kanan
tetapi tidak dikoreksi. Heteroforia merupakan kelainan dimana sumbu penglihatan dua mata tidak sejajar sehingga kontraksi otot mata untuk
menerima banyangan lebih sulit. 2.
Faktor Konstitusi adalah faktor yang disebabkan oleh keadaan umum seperti tidak sehat atau kurang tidur.
b. Faktor Ekstrinsik yang terdiri atas:
1. Kuantitas iluminasi yaitu cahaya yang berlebihan dapat menimbulkan
silau, pandangan terganggu dan menurunnya sensitivitas retina. 2.
Kualitas iluminasi yaitu kontras, sifat cahayafliker dan warna. 3.
Ukuran objek yang dilihat yaitu objek yang berukuran kecil memerlukan penglihatan dekat, sehingga membutuhkan kemampuan akomodasi yang
lebih besar. Jika hal ini terjadi terus-menerus maka mata menjadi cepat lelah.
4. Waktu Kerja yaitu lamanya waktu melihat secara terus-menerus pada
suatu objek, hingga menimbulkan kelelahan mata. Terjadinya kelelahan otot mata dan kelelahan saraf mata secara umum
tejadi akibat tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat kelelahan, sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi
kepuasan kerja, penurunan mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu konsentrasi dan menurunkan produktivitas kerja dari masing-masing
karyawan.
3.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata 3.3.2.1. Faktor Manusia
Seseorang dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur- angsur kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal
ini akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh.
3.3.2.2. Faktor Lingkungan Kerja
7
a. Faktor di dalam lingkungan kerja yaitu faktor penerangan. Luminansi adalah banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh permukaan objek. Jumlah sumber
cahaya yang tersedia juga mempengaruhi kepekaan mata terhadap warna tertentu. Tingkat luminansi juga akan mempengaruhi kemampuan mata
melihat objek gambar dan pada usia tua diperlukan intensitas penerangan lebih besar untuk melihat objek gambar. Semakin besar luminansi dari sebuah
objek, rincian objek yang dapat dilihat oleh mata juga akan semakin bertambah.
7
Suma’mur PK, Perlindungan Terhadap Cedera Mata, Jakarta: FKUI, 1998, hlm.95-96
Universitas Sumatera Utara
b. Faktor Warna, digunakan untuk penciptaan kontras, sehingga kontras warna tidak berlebihan dalam tangkapan mata, serta menciptakan lingkungan kerja
yang berpengaruh pada psikologi pekerja. Semakin kecil kontras warna maka akan menciptakan kondisi kerja yang nyaman, sebaiknya kontras warna yang
besar akan mempercepat timbulnya kelelahan. Dengan penggunaan warna kerapian dan keteraturan pada lingkungan kerja dapat tercapai dan
meningkatkan pencahayaan di tempat kerja. Seseorang dapat bekerja secara efisien dan produktif apabila memiliki keadaan lingkungan kerja yang nyaman
sehingga dapat bekerja secara optimal.
Tabel 3.3. Efek Psikologis Warna Efek
No Warna
Jarak Suhu
Pisikis
1 Biru Jauh
Sejuk Menyejukkan
2 Hijau Jauh Sangat
Sejuk Menyegarkan 3 Merah
Dekat Hangat Sangat
mengganggu 4
Orange Sangat Dekat
Sangat hangat Merangsang
5 Kuning Dekat Sangat
hangat Merangsang 6
Sawo matang Sangat dekat
Netral Merangsang
7 Ungu
Sangat dekat Sejuk
Agresif
Sumber : Suma’mur PK 1998:96
3.3.2.3. Faktor Pekerjaan
a. Faktor Lama Waktu Kerja, shift kerja ternyata berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja terutama shift kerja siang dan malam. Shift kerja ini nyata lebih
menimbulkan kelelahan dibandingkan dengan shift pagi, karena menyebabkan gangguan circadian rhythmgangguan tidur.
b. Beban Kerja yang ditunjukkan dengan shift, merupakan pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang baik secara fisik maupun mental. Secara umum
Universitas Sumatera Utara
beban kerja dibedakan menjadi dua kelompok yaitu External Load stressor adalah beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang sedang dilakukan.
External Load meliputi pekerjaan, organisasi dan lingkungan. Dan Internal Load strain adalah reaksi tubuh seseorang terhadap suatu external load yang
diberikan kepada orang tersebut. Menurut Josling1998 dalam artikelnya yang berjudul Shift work and health menyebutkan hasil penelitiannya dilakukan oleh
The Circadian Learning Centre di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa para pekerja shift, terutama yang bekerja dimalam hari dapat terkena beberapa
permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan ini antara lain: gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan
pencernaan. Pada tanggal 26 juni 1990 dibahas mengenai standar internasional bagi pekerja malam. Standar yang dimaksud adalah The Night Work
Convention and Recommendation yang membahas mengenai kesehatan dan keselamatan, transfer kerja, perlindungan bagi kaum wanita, kompensasi dan
pelayanan sosial.
Tabel 3.4. Standar Internasional bagi Pekerja Malam No
Bidang Ukuran
1 Jam kerja normal
Tidak lebih dari 8 jam per hari 2
Overtime Tidak ada shift kerja yang berurutan
3 Jam kerja istirahat
Istirahat untuk makan 4
Ibucalon ibu Penugasan disiang hari
sebelumsesudah kehamilan 5
Waktu istirahat Sekurang-kurangnya 11 jam antar
shift 6
Pelayanan sosial Biaya dan perbaikan keselamatan
7 Situasi khusus
Toleransi pada pekerja yang lamban dan tua
8 Pelatihan
Mendapatkan kesempatan pelatihan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4. Standar Internasional bagi Pekerja Malam Lanjutan No
Bidang Ukuran
9 Transfer
Pemikiran khusus untuk ditugaskan siang pagi hari setelah bertahun-
tahun bekerja pada malam hari 10
Pensiun Pemikiran khusus bagi pekerja yang
pensium sebelum waktunya
Sumber: Granjean,1986
Shift kerja juga dapat dirancang dengan pembuatan jadwal shift kerja dengan mengikuti rekomendasi perputaran pola shift kerja. Pola perputaran shift
kerja ada dua yaitu pola 2-2-2 metropolitan pola dan 2-2-3Continental pola. Pola perputaran shift kerja 2-2-2 berarti setiap karyawan memiliki duarasi kerja
dan memiliki waktu istirahat kerja yang sama. Pola perputaran shift kerja 2-2-3 berarti setiap karyawan tidak memiliki waktu kerja yang sama dan memiliki
waktu istirahat kerja yang berbeda.
3.4. Desain Eksperimen Faktorial
8
Desain suatu eksperimen bertujuan untuk memperoleh atau mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang diperlukan dan berguna
dalam melakukan penelitian persoalan. Meskipun demikian, dalam rangka usaha mendapatkan semua informasi yang berguna itu, hendaknya dibuat sesederhana
mungkin. Penelitiannya juga hendaknya dilakukan seefisien mungkin mengingat waktu, biaya, tenaga dan bahan yang harus digunakan. Hal ini juga penting
mengingat pada kenyataan bahwa desain yang sederhana akan mudah dilaksanakan, dan data yang diperoleh berdasarkan desain demikian akan dapat
cepat dianalisis disamping juga akan bersifat ekonomis. Jadi jelas hendaknya,
8
Sudjana, Desain Dan Analisis Eksperimen, Bandung: Tarsito,1980, hlm1-2
Universitas Sumatera Utara
desain eksperimen berusaha untuk memperoleh informasi yang maksimum dengan menggunakan biaya yang minimum.
3.4.1. Prinsip Dasar Desain Eksperimen
Adapun prinsip dasar desain eksperimen yang lazim digunakan dan dikenal antara lain:
1. Replikasi
Yang dimaksud dengan replikasi adalah pengulangan eksperimen dasar. Dalam kenyataannya replikasi ini diperlukan karena:
a. Memberikan taksiran kekeliruan eksperimen yang dapat dipakai untuk
menentukan panjang interval yang digunakan sebagai satuan dasar pengukuran untuk signifikasi dari pada perbedaan-perbedaan yang diamati.
b. Menghasilkan taksiran yang lebih akuran untuk kekeliruan eksperimen.
c. Memungkinkan kita untuk memperoleh taksiran yang lebih baik mengenai
efek rata-rata suatu faktor. 2.
Pengacakan Randomness Pengacakan memungkinkan untuk melanjutkan langkah-langkah berikutnya
dengan anggapan soal independen sebagai suatu kenyataan. Pengacakan tidak menjamin terjadinya independen melainkan hanya memperkecil adanya
korelasi antar pengamatan dapat juga antar kekeliruan. Pengacakan merupakan suatu cara untuk menghilangkan bias.
Universitas Sumatera Utara
3. Kontrol lokal
Kontrol lokal merupakan sebagian dari keseluruhan prinsip desain yang harus dilaksanakan. Biasanya merupakan langkah yang berbentuk penyeimbangan,
pemblokan, dan pengelompokkan unit-unit eksperimen yang digunakan dalam desain.
3.4.2. Desain Eksperimental Faktorial untuk Model ANAVA
9
Percobaan faktorial adalah menyelidiki apakah terdapat perbedaan yang berarti mengenai rata-rata efek dari tiap taraf atau tidak. Akan tetapi, apabila kita
ingin menyelidiki secara bersamaan efek dari beberapa faktor yang berlainan, misalnya faktor rotasi kerja, intensitas penerangan dan shift kerja. Dalam hal ini
tiap perlakuan merupakan kombinasi antar taraf setiap faktor kita perhatikan, maka eksperimen yang terjadi karenanya dinamakan eksperimen faktorial. Rumus
model ANAVA yang digunakan untuk pengujian data eksperimen dengan replikasi tiap sel sebagai berikut:
Y
ijkm
= α + A
i
+ B
j
+ AB
ij
+ C
k
+ AC
ik
+ BC
jk
+ ABC
ijk
+ €
mijk
Dimana:
i =
1,2,…..a
j
= 1,2,… b
k
= 1,2,….c
m
= 1,2,… r sampel x replikasi
9
Sudjana, Desain Dan Analisis Eksperimen, Bandung: Tarsito,1980, hlm108-110.
Universitas Sumatera Utara
Y
ijkm
= Variabel respin observasi ke-k yang terjadi karena pengaruh bersama faktor A level ke-i, faktor B level ke-j, dan faktor C level ke-k.
α = Efek rata-rata yang sebenarnya berharga konstan A
i
= Efek sebenarnya dari level ke-i faktor A B
j
= Efek sebenarnya dari level ke-j faktor B C
k
= Efek sebenarnya dari level ke-k faktor C AB
ij
= Efek sebenarnya dari interaksi level ke-i faktor A dengan level ke-j faktor B
.
AC
ik
= Efek sebenarnya dari interaksi level ke-i faktor A dengan level ke-k faktor C.
BC
jk
= Efek sebenarnya dari interaksi level ke-j faktor B dengan level ke-k faktor C.
ABC
ijk
= Efek sebenarnya dari interaksi level ke-i faktor A, level ke-j faktor B dan level ke-k faktor C.
€
mijk
= Efek Sebenarnya dari unit experiment ke-k dalam kombinasi perlakuan
ijk
.
3.4.3. Model Campuran
Model campuran dalam eksperimen hanya terdapat a buah taraf faktor A, hanya terdapat b buah taraf faktor B, dan sebanyak c buah taraf faktor C. Taraf
faktor diambil secara acak dari sebuah populasi yang terdiri atas semua taraf faktor C, yang akan memberikan model campuran a dan b tetap sedangkan c acak.
Asumsi yang berlaku untuk hal ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
Untuk menguji hipotesis tidak terdapat efek setiap faktor dan tidak terdapat efek interaksi antar faktor, harga-harga F yang harus dihitung untuk tiap
perlakuan dicantumkan dalam Tabel 3.6. Daftar tersebut juga berisikan harga- harga F untuk model III lainnya, ialah dengan:
a. a dan c tetap, b acak, b. b dan c tetap, a acak dan
c. a dan b tetap, a acak Asumsi untuk masing-masing kedua model terakhir ini bisa diperoleh dari
asumsi di atas dengan jalan mempertukarkan huruf-huruf faktor yang diperlukan.
Tabel 3.5. Rasio F untuk Eksperimen Faktorial a x b x c Model III Dua Faktor Tetap, Satu Faktor Acak
Rasio F untuk Sumber
Variasi a dan b tetap
c acak a dan c tetap
b acak b dan c tetap
a acak Rata-rata
- -
-
Perlakuan -
- -
A AAC
AAB AE
B BBC
BE BAB
C CE
CBC CAC
AB ABABC
ABE ABE
AC ACE
ACABC ACE
BC BCE
BCE BCABC
ABC ABCE
ABCE ABCE
Kekeliruan
Universitas Sumatera Utara
3.4.4. Model Campuran Desain Eksperimen Faktorial a x b x c
Model ini akan terjadi apabila di dalam eksperimen yang dilakukan, si peneliti terlibat dengan:
1. Hanya sebuah a buah taraf faktor A. 2. Sebanyak b buah taraf faktor B yang telah diambil secara acak dari sebuah
populasi terdiri atas semua taraf faktor B, dan 3. Sebanyak c buah taraf faktor C yang merupakan sebuah sampel acak dari
sebuah populasi yang terdiri atas semua taraf faktor C. Secara matematik, asumsi di atas dapat dituliskan sebagai berikut:
, tidak dimisalkan dengan nol. Bj-DNI 0,
Ck-DNI 0, dan BCjk – DNI 0,
; Sedangkan untuk;
, tidak dimisalkan dengan nol. Dengan
jalan mempertukarkan huruf-huruf faktor yang diperlukan, maka didapat dua buah lagi model campuran lainnya, ialah apabila:
1. b tetap, a dan c acak 2. c tetap, a dan b acak
Rasio F untuk masing-masing model yang bisa digunakan untuk pengujian hipotesis tidak ada efek tiap faktor dan tidak ada efek interaksi antar faktor,
dicantumkan selengkapnya dalam tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.6. Rasio F untuk Eksperimen Faktorial a x b x c Model III Satu Faktor Tetap, Dua Faktor Acak
Rasio F untuk Sumber
Variasi a tetap
b dan c acak b tetap
a dan c acak c tetap
a dan b acak Rata-rata
- - -
Perlakuan A
Tak ada uji eksak AAC
AAB B
BBC Tidak ada uji eksak
BAB C
CBC CAC
Tidak ada uji eksak
AB ABABC ABABC
ABE AC
ACABC ACE ACABC BC
BCE BCABC BCABC ABC
ABCE ABCE ABCE
Kekeliruan
- - -
Desain eksperimen unuk penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Rancangan Eksperimen Faktorial Faktor Shift kerja C
Perlakuan Shift I
C1 Shift II
C2 Shift III
C3 b1 20 menit
a1150 lux b2 30 menit
b1 20 menit a2200 lux
b2 30 menit b1 20 menit
a3250 lux b2 30 menit
b1 20 menit In
te n
si ta
s
P en
er an
gan A
a4300 lux R
otas i K
er ja
B
b2 30 menit
3.5. Pengujian Asumsi-Asumsi ANAVA
Apabila menggunakan pengujian analisis variansi sebagai alat analisa data eksperimen, maka sebelum data diolah, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi-
asumsi berupa uji kenormalan, homogenitas variansi terhadap data hasil eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
3.5.1. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-Smirnov
10
Uji Kolmogorov-Smirnov Chakravart, Laha, dan Roy, 1967 biasa digunakan untuk memutuskan jika sampel berasal dari populasi dengan distribusi
spesifiktertentu. Uji Kolmogorov- Smirnov digunakan untuk menguji goodness of fit antar distribusi sampel dan distribusi lainnya, uji ini membandingkan
serangkaian data pada sampel terhadap distribusi normal serangkaian nilai dengan standar deviasi yang sama. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kenormalan
distribusi beberapa data. Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan uji yang lebih kuat dari pada uji Chi-Square. Keunggulan uji Kolmogorov-Smirnov dibandingkan
dengan uji Chi-Square, yaitu: 1.
Chi-Square memerlukan data yang terkelompok, sedangkan Kolmogorov- Smirnov tidak memerlukan.
2. Kolmogorov- Smirnov bisa untuk sampel kecil, sedangkan Chi-Square tidak
bisa. 3.
Data dari Chi-Square bersifat kategorik, maka akan ada data yang terbuang. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah dengan
membandingkan distribusi data yang akan diuji normalitasnya dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditrasformasikan ke
dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov- Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal
baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi dibawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikasi, dan jika signifikasi diatas 0,05 maka tidak terjadi
10
http:Statistik4life.blogsport.com200911uji-kolmogorov-smirnov.html
Universitas Sumatera Utara
perbedaan signifikasi. Penerapan pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah jika signifikasi dibawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang
signifikasi dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Metode Kolmogorov- Smirnov, yang merupakan uji kenormalan paling popular,
didasarkan pada nilai D yang didefinisikan sebagai berikut: D=Sup
x
[F
n
X- F X]
Nilai deviasi absolut maksimum antara F
n
X dan F X. Langkah–langkah
yang diperlukan dalam pengujian ini adalah: 1.
Data disusun mulai dari terkecil sampai nilai terbesar. 2.
Dari nilai pengamatan tersebut kemudian susunlah distribusi frekwensi kumulatif relatif, dan notasikan dengan Fa X.
data total
data nomor
X Fa
3. Hitung nilai rata-rata X dan standar deviasi s
n X
X
i n
i 1
1
2 1
n X
X s
i n
i
4. Hitung nilai Z dengan rumus:
s X
Xi Z
Dimana:
Xi
= nilai pengamatan ke-i X = rata-rata
Universitas Sumatera Utara
s = standar deviasi 5.
Hitung distribusi frekwensi kumulatif teoritis berdasarkan area kurva normal dan notasikan dengan Fe X. Dari nilai Z yang didapat, cari nilai FeX
dengan melihat tabel distribusi normal. Nilai tersebut kita notasikan dengan FeX.
6. Hitung selisih antara Fa X dengan Fe X.
Ambil angka selisih maksimum dan notasikan dengan D D = Max
Fa X – Fe X 7.
Bandingkan nilai D
max
yang diperoleh dengan nilai D dari tabel Tabel nilai D untuk uji Kolmogorov–Smirnov dengan
= 0,05
3.5.2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data tiap faktor yang dieksperimenkan bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas
menguji apakah variansi error dari tiap level atau perlakuan bernilai sama. Pengujian yang dipakai adalah uji Bartlett. Namun uji Bartlett dapat dilakukan
setelah uji normalitas dilakukan. Perlu diingat bahwa uji Bartlett untuk hipotesis nol:
k s
s s
H
o 2
2 2
1 2
... :
ditempuh berdasarkan sampel acak berukuran n
i
yang masing–masing telah diambil dari populasi ke I i = 1,2,…,k yang berdistribusi normal. Jelas bahwa sebelum uji Bartlett dilakukan terlebih dahulu
harus diperiksa mengenai normalitas seperti pada Tabel 3.8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.8. Daftar Harga – Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett Sampel
ke Dk
dk 1
2 i
s
log
2 i
s
dk log
2 i
s
1
1
1
n
1
1
1
n
2 1
s log
2 1
s
1
1
n
log
2 1
s 2
2
2
n
1
2
2
n
2 2
s log
2 2
s
2
2
n
log
2 2
s .
. .
K
k
n - 1 1
1
k
n
2 k
s log
2 k
s 1
k
n log
2 k
s Jumlah
1
1
n
1 1
i
n
___ ___
1
1
n
log
2 i
s
Dari daftar ini hitung harga – harga yang diperlukan yaitu : 1 Varians gabungan dari semua sampel :
1
1
2 2
i i
i
n s
n s
2 Harga satuan B dengan rumus : B = log
2
s
1
1
n
Ternyata bahwa untuk uji Bartlett digunakan statistik chi -kuadrat.
2
x
= ln 10 {B -
1
1
n
log
2 i
s
} ; dengan ln 10 = 2,3026 Dengan taraf nyata
α, hipotesis ditolak
o
H jika
2
x ≥
2
x
1- αk-1,
dimana
2
x
1- αk-1 didapat dari daftar distribusi Chi–kuadrat dengan peluang
1- α dan dk = k-1.
Universitas Sumatera Utara
3.6. Korelasi
11
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasihubungan. Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum
yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Pengukuran asosiasi
mengenakan nilai numerik untuk mengetahui tingkatan asosiasi atau kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku
variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel tersebut disebut independent. Koefisien korelasi digunakan
untuk melihat tinggi rendahnya derajat hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat beberapa teknik analisis korelasi, diantaranya yang paling terkenal dan
digunakan secara luas diseluruh dunia ialah teknik analisis korelasi Pearson dan Spearman. Beberapa asumsi digunakan untuk analisis Korelasi Pearson atau
Korelasi Produk Momen antara lain: 1.
Distribusi nilai variabel berdistribusi normal atau mendekati normal. 2.
Dua variabel yang akan dicari korelasinya adalah mendekati skala interval. 3.
Hubungan dari dua variable adalah linear. Adapun rumus Pearson Product Moment adalah sebagai berikut di bawah
ini :
2
1 1
1 2
1 1
2 1
2 1
1 1
1 1
n i
n i
n i
n i
i i
n i
n i
i n
i i
y y
n x
x n
y x
y x
n r
, dimana r = Koefisien Korelasi
9
Fitria, Nita, Cara Cepat Menentukan Uji Hipotesis Penelitian, Penerbit:Guna Widya, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 sd -1. Koefesien
korelasi menunjukkan kekuatan strength hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel
mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka
kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan sebaliknya. Interpretasi
mengenai interval kekuatan hubungan hasil intrepretasi nilai r adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.9. Intrepretasi Nilai r r
Interpretasi
0 Tidak berkorelasi
0,01-0,20 Korelasi sangat
rendah 0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 Agak rendah
0,61-0,80 Cukup 0,81-0,99 Tinggi
1 Sangat Tinggi
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat experiment. Desain penelitian ini bersifat treatment by subject design dimana variasi perlakuan
diberikan secara berurutan kepada sekelompok subjek yang sama.
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di CV.Mitra Lestari Plastik yang terletak di Jln, Pelita II No. 22 kawasan Industri Medan Star Tanjung Morawa, Deli Serdang.
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah tenaga kerja bagian penyortiran plastik SIR POS I. Jumlah tenaga kerja di bagian penyortiran sebanyak 3 orang.
4.4. Kerangka Berpikir
Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedianya sebuah perancangan kerangka berpikir sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Penelitian
ini diawali dengan menganalisis tingkat intensitas penerangan buatan pada bagian penyortiran plastik jenis SIR yang menyebabkan besarnya jumlah produk cacat,
dan upaya yang dapat dilakukan hingga produk cacat dapat dikurangi. Adapun kerangka berpikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Universitas Sumatera Utara