Perhitungan Persentase Kemasan Plastik yang Tidak Memenuhi Kualifikasi Perhitungan Koefisien Korelasi

- Untuk AC : F tabel = 8,47 - Untuk BC : F tabel = 10,92 - Untuk ABC : F tabel = 3,222 5. Kesimpulan : - Untuk A : Ho Diterima artinya bahwa terdapat efek dari faktor intensitas penerangan. - Untuk B : Ho Diterima artinya bahwa terdapat efek dari faktor rotasi kerja. - Untuk C : Ho Diterima artinya bahwa terdapat efek dari faktor shift kerja. - Untuk AB : Ho Diterima artinya bahwa terdapat efek interaksi faktor intensitas penerangan dengan rotasi kerja. - Untuk AC : Ho Diterima artinya bahwa terdapat efek interaksi faktor intensitas penerangan dengan shift kerja. - Untuk BC : Ho Diterima artinya bahwa terdapat efek interaksi faktor rotasi kerja dengan shift kerja. - Untuk ABC : Ho Diterima artinya bahwa terdapat efek interaksi faktor intensitas penerangan, rotasi kerja dan shift kerja.

5.2.4. Perhitungan Persentase Kemasan Plastik yang Tidak Memenuhi Kualifikasi

Persentase kemasan plastik yang tidak memenuhi kualifikasi yang tidak tersortir oleh operator penyortiran dapat diketahui melalui operator yang melakukan pelipatan kemasan plastik yang posisinya tepat di sebelah operator penyortiran yang aktivitasnya kelanjutan dari penyortiran. Universitas Sumatera Utara Contoh perhitungan persentase kemasan plastik yang tidak memenuhi kualifikasi pada shift I dengan intensitas penerangan 150 lux rotasi kerja 20 menit sebagai berikut: x 100 Dimana: k = Persentase kemasan plastik yang tidak tersortir x 100 = 39,45 Rangkuman hasil perhitungan persentase kemasan plastik yang tidak tersortir dapat dilihat pada Tabel 5.25. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.25. Perhitungan Persentase Kemasan Plastik yang Tidak Tersortir. Shift 1 Shift 2 shift 3 Perlakuan Kemasan Plastikyang tidak memenuhi kualifikasi Kemasan Plastik yang tidak memenuhi kualifikasi Kemasan Plastik yang tidak memenuhi kualifikasi tersortir tidak tersortir Total kemasan plastik tidak tersortir tersortir tidak tersortir Total Kemasan Plastik tidak tersortir tersortir tidak tersortir Total kemasan Plastik tidak tersortir 20 66 43 109 39,450 70 50 120 41,667 68 44 112 39,286 150 30 84 49 133 36,842 79 47 126 37,302 83 45 128 35,156 20 58 26 84 30,952 69 28 97 28,866 60 25 85 29,412 200 30 71 30 101 29,703 80 30 110 27,273 79 27 106 25,472 20 39 6 45 13,333 49 10 59 16,949 40 6 46 13,043 250 30 52 10 62 16,129 47 7 54 12,963 45 7 52 13,462 20 54 19 73 26,027 59 17 76 22,368 60 22 82 26,829 300 30 67 22 89 24,719 63 19 82 23,171 67 17 84 20,238 Universitas Sumatera Utara I-121

5.2.5. Perhitungan Koefisien Korelasi

Perhitungan koefisien korelasi adalah untuk melihat suatu ukuran hubungan linier antar variabel. Contoh, peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara antara Flicker Fusion Frequency x dengan persentase kemasan plastik yang tidak tersortir oleh operator y. Melalui perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Adapun rumus Pearson Product Moment r adalah sebagai berikut di bawah ini :                           2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 n i n i n i n i i i n i n i i n i i y y n x x n y x y x n r Berikut data hasil perhitungan koefisien korelasi untuk produk yang tidak memenuhi kualifikasi dapat dilihat pada Tabel 5.26. Tabel 5.26. Data Perhitungan Koefisien Korelasi Flicker Fusion Frequency dengan Persentase Produk Yang Tidak Memenuhi Kualifikasi No Perlakuan xHz x2 y y2 Xy 1 a1b1c1 35 1225 39,450 1556,266 1380,734 2 a1b2c1 38 1444 36,842 1357,341 1400,000 3 a2b1c1 35 1225 30,952 958,050 1083,333 4 a2b2c1 34 1156 29,703 882,266 1009,901 5 a3b1c1 35 1225 13,333 177,778 466,667 6 a3b2c1 35 1225 16,129 260,146 564,516 7 a4b1c1 35 1225 26,027 677,425 910,959 8 a4b2c1 35 1225 24,719 611,034 865,169 9 a1b1c2 37 1369 41,667 1736,111 1541,667 10 a1b2c2 35 1225 37,302 1391,408 1305,556 11 a2b1c2 35 1225 28,866 833,245 1010,309 12 a2b2c2 34 1156 27,273 743,802 927,273 13 a3b1c2 33 1089 16,949 287,274 559,322 14 a3b2c2 35 1225 12,963 168,038 453,704 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.26. Data Perhitungan Koefisien Korelasi Flicker Fusion Frequency dengan Persentase Produk Yang Tidak Memenuhi Kualifikasi Lanjutan No Perlakuan xHz x2 y y2 Xy 15 a4b1c2 36 1296 22,368 500,346 805,263 16 a4b2c2 35 1225 23,171 536,883 810,976 17 a1b1c3 36 1296 39,286 1543,367 1414,286 18 a1b2c3 36 1296 35,156 1235,962 1265,625 19 a2b1c3 33 1089 29,412 865,052 970,588 20 a2b2c3 33 1089 25,472 648,807 840,566 21 a3b1c3 34 1156 13,043 170,132 443,478 22 a3b2c3 33 1089 13,462 181,213 444,231 23 a4b1c3 35 1225 26,829 719,810 939,024 24 a4b2c3 34 1156 20,238 409,580 688,095 Total ∑=836 ∑=29.156 ∑=630,612 ∑=18451,337 ∑=22.101,241 Dari Tabel 5.26 maka dapat dihitung nilai koefisien korelasi dengan rumus Pearson Product Moment r adalah sebagai berikut di bawah ini :                           2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 n i n i n i n i i i n i n i i n i i y y n x x n y x y x n r Nilai koefisien korelasi dengan r = 0,5232, terdapat hubungan agak rendah    2 2 612 , 630 337 , 18451 24 836 156 , 29 24 612 , 630 836 241 , 22101 24     r 5232 ,  r Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis 6.1.1. Analisis Intensitas Penerangan Berdasarkan Tabel 5.25. diketahui bahwa persentase kemasan plastik yang tidak tersortir pada setiap perlakuan mempunyai nilai yang berbeda. Sebagai contoh pada perlakuan iluminasi 150 lux pada rotasi kerja 20 menit adalah sebesar 39,45 sedangkan pada perlakuan 250 lux pada rotasi kerja 20 menit adalah sebesar 13,33. Jumlah kemasan plastik yang tidak memenuhi kualifikasi yang ditemukan oleh bagian pelipat kemasan plastik dapat digunakan untuk melihat produktivitas kerja masing-masing operator penyortiran. Dimana, semakin banyak jumlah kemasan plastik yang tidak memenuhi kualifikasi ditemukan oleh bagian pelipat kemasan maka semakin menurun tingkat produktivitas operator penyortiran. Dampak lainnya yang disebabkan oleh hal ini adalah turunnya produktivitas perusahaan karena kemasan yang tidak memenuhi kualifikasi dan tidak tersortir secara langsung akan berakibat pada penurunan produktivas perusahaan. Persentase error terbesar adalah pada iluminasi 150 lux, karena mata harus berakomodasi maksimal pada saat bekerja agar dapat melihat kemasan plastik yang tidak memenuhi kualifikasi selama interval waktu rotasi kerja. Sedangkan pada perlakuan 250 lux menghasilkan persentase error yang minimum karena mata berakomodasi secara normal. Kelelahan pada mata ditandai dengan Universitas Sumatera Utara