Pengujian Homogenitas Varians Pengolahan Data 1. Pengujian Kenormalan Data dengan

Ho diterima apabila D max  D ; Ho ditolak apabila D max  D. Dengan asumsi α = 0,01 maka Dα = D 0.01 = 0,1892, dan nilai D max = 0,1216 maka Ho diterima yang berarti data berdistribusi normal.

5.2.2. Pengujian Homogenitas Varians

Salah satu metode yang digunakan untuk melakukan pengujian homogenitas dikenal dengan nama uji Bartlett. Uji ini digunakan untuk menguji bahwa data yang di peroleh dari observasi dapat memenuhi keseragaman data yang nantinya akan digunakan untuk pengujian analisis varians. Adapun langkah-langkah dalam uji Bartlett adalah sebagai berikut: 1. Ho : S 1 2 = S 2 2 = S 3 2 2. Hi : Tidak semua variansi sama 3.  = 0,01 4. Daerah Kritis : b hitung b k 0,01 ; n 5. Perhitungan :   k N S n S i i i p i      1 2 2 1 dimana, N = populasi n = jumlah sampel k = taraf faktor 2 i S = varians         2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 ... p k N n i n n S S S S b i      Universitas Sumatera Utara 6. Kesimpulan : Terima Ho jika b hitung b tabel Dari data-data yang tersedia, terlebih dahulu dilakukan beberapa perhitungan dari tiap-tiap taraf faktor sebagai berikut:

5.2.2.1. Untuk Taraf Faktor Intensitas Penerangan

Data Flicker Fusion Frequency untuk taraf faktor intensitas penerangan dapat dilihat pada Tabel 5.14. Tabel 5.14. Data Flicker Fusion Frequency Untuk Faktor Intensitas Penerangan No 150 lux 200lux 250 lux 300 lux 1 35 37 37 34 33 33 34 33 34 35 36 37 2 37 38 35 35 38 35 35 33 34 36 37 35 3 35 38 37 36 36 32 36 33 35 36 36 34 4 38 36 37 34 32 34 35 35 34 36 37 36 5 37 37 36 35 35 34 36 36 34 36 36 35 6 39 34 37 35 36 33 36 35 33 35 34 33 Total ∑=660 ∑=620 ∑=621 ∑=640 - Rata-rata : n xi X n i    1 18 660 1  X = 36,6667 18 620 2  X = 34,4444 18 621 3  X = 34,5 18 640 4  X = 35,5556 Universitas Sumatera Utara - Variansi :   1 1 1 2 2      n X X S i i     1 18 6667 , 36 37 ... 6667 , 36 37 6667 , 36 35 2 2 2 2 1         S = 1,6471     1 18 4444 , 34 33 ... 4444 , 34 35 4444 , 34 34 2 2 2 2 2         S = 3791 , 2     1 18 5 , 34 33 ... 5 , 34 35 5 , 34 34 2 2 2 2 3         S 2059 , 1      1 18 5556 , 35 33 ... 5556 , 35 36 5556 , 35 35 2 2 2 2 4         S 2026 , 1  - Daerah Kritis: n 1 = 18, n 2 = 18, n 3 = 18, n 4 = 18 dan k = 4 b tabel b 4 0,01; 18 b tabel 0,8429 - Perhitungan variansi Gabungan     4 72 2026 , 1 1 18 2059 , 1 1 18 3791 , 2 1 18 6471 , 1 1 18 2          p S = 1,6087 Universitas Sumatera Utara - Perhitungan b hitung           6087 , 1 2026 , 1 2059 , 1 3791 , 2 6471 , 1 4 72 1 1 18 1 18 1 18 1 18       b           6087 , 1 2026 , 1 2059 , 1 3791 , 2 6471 , 1 25 , 25 , 25 , 25 ,  b b = 0,959783 = 0,9598 b hitung b tabel 0,9598 0,8429 - Kesimpulan: Ho diterima artinya variansi data Flicker Fusion Frequency untuk intensitas penerangan seragamhomogen.

5.2.2.2. Untuk Taraf Faktor Rotasi Kerja

Data Flicker Fusion Frequency untuk taraf faktor rotasi kerja dapat dilihat pada Tabel 5.15. Tabel 5.15. Data Flicker Fusion Frequency Untuk Faktor Rotasi kerja NO Rotasi 20 menit Rotasi 30 menit 1 35 37 37 38 36 37 2 37 38 35 37 37 36 3 35 38 37 39 34 37 4 34 33 33 34 32 34 5 35 38 35 35 35 34 6 36 36 32 35 36 33 7 34 33 34 35 35 34 8 35 33 34 36 36 34 9 36 33 35 36 35 33 10 35 36 37 36 37 36 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.15. Data Flicker Fusion Frequency Untuk Faktor Rotasi kerja Lanjutan NO Rotasi 20 menit Rotasi 30 menit 11 36 37 35 36 36 35 12 36 36 34 35 34 33 Total ∑=1270 ∑=1271 - Rata-rata : n xi X n i    1 36 1270 1  X = 35,2778 36 1271 2  X = 35,3056 - Variansi :   1 1 1 2 2      n X X S i i     2,5492 1 36 2778 , 35 34 ... 2778 , 35 37 2778 , 35 35 2 2 2 2 1          S     2754 , 2 1 36 3056 , 35 33 ... 3056 , 35 37 3056 , 35 38 2 2 2 2 2          S - Daerah Kritis: n 1 = 36, n 2 = 36, dan k = 2 b tabel b 2 0,01; 36 b tabel 0,9065 - Perhitungan variansi Gabungan     2 72 2754 , 2 1 36 5492 , 2 1 36 2      p S = 2,4123 Universitas Sumatera Utara - Perhitungan b hitung       4123 , 2 2754 , 2 5492 , 2 2 72 1 1 36 1 36     b b = 0,998388 = 0,9984 b hitung b tabel 0,9984 0,9065 - Kesimpulan: Ho diterima artinya variansi data Flicker Fusion Frequency untuk rotasi kerja seragamhomogen.

5.2.2.3. Untuk Taraf Faktor Shift kerja

Data Flicker Fusion Frequency untuk taraf faktor shift kerja dapat dilihat pada Tabel 5.16. Tabel 5.16. Data Flicker Fusion Frequency Untuk Faktor Shift Kerja Shift Kerja No 1 2 3 1 35 37 37 2 37 38 35 3 35 38 37 4 34 33 33 5 35 38 35 6 36 36 32 7 34 33 34 8 35 33 34 9 36 33 35 10 35 36 37       4123 , 2 2754 , 2 5492 , 2 5 . 5 .   b Universitas Sumatera Utara Tabel 5.16. Data Flicker Fusion Frequency Untuk Faktor Shift Kerja Lanjutan Shift Kerja No 1 2 3 11 36 37 35 12 36 36 34 13 38 36 37 14 37 37 36 15 39 34 37 16 34 32 34 17 35 35 34 18 35 36 33 19 35 35 34 20 36 36 34 21 36 35 33 22 36 37 36 23 36 36 35 24 35 34 33 Total ∑= 856 ∑= 851 ∑= 834 - Rata-rata : n xi X n i    1 24 856 1  X = 35,6667 24 851 2  X = 35,4583 24 834 3  X = 34,75 - Variansi :   1 1 1 2 2      n X X S i i     1,4493 1 24 6667 , 35 35 ... 6667 , 35 37 6667 , 35 35 2 2 2 2 1          S Universitas Sumatera Utara     1286 , 3 1 24 4583 , 35 34 ... 4583 , 35 38 4583 , 35 37 2 2 2 2 2          S     2826 , 2 1 24 75 , 34 33 ... 75 , 34 35 75 , 34 37 2 2 2 2 2          S - Daerah Kritis: n 1 = 24, n 2 = 24, n 3 = 24, dan k = 3 b tabel b 3 0,01; 24 b tabel 0,8728 - Perhitungan variansi Gabungan     3 72 2826 , 2 1 25 1286 , 3 1 24 4493 , 1 1 24 2        p S = 2,2868 - Perhitungan b hitung         2868 , 2 2826 , 2 1286 , 3 4493 , 1 3 72 1 1 24 1 24 1 24      b         2868 , 2 2826 , 2 1286 , 3 4493 , 1 33 , 33 , 33 ,  b b = 0,94557 = 0,9456 b hitung b tabel 0,9456 0,8728 - Kesimpulan: Ho diterima artinya variansi data Flicker Fusion Frequency untuk shift kerja seragamhomogen. Universitas Sumatera Utara

5.2.3. Untuk Perhitungan Analisis Varian ANAVA