5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyebab Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan  oleh protozoa genus  Plasmodium yang  ditransmisikan  ke  manusia  melalui  nyamuk  anopheles  betina.
5,15
Ada lima  spesies  Plasmodium yang  dapat  menginfeksi  manusia,  yaitu  P.
malariae, P. vivax, P. falciparum, P. ovale dan P. knowlesi.
16,17
Plasmodium  falciparum merupakan  spesies  yang  banyak  dijumpai  di daerah  tropis.
1,6
Empat  puluh  persen  populasi  dunia  menderita  penyakit malaria  akibat  spesies  ini.
6,9
Plasmodium  falciparum juga  menyebabkan malaria berat dan kematian.
2,7,15
2.2. Diagnosis Malaria Falsiparum
Diagnosis  malaria  ditegakkan  berdasarkan  gejala  klinis  disertai  dengan adanya  parasit  di  darah.
7
Masa  inkubasi  P. falciparum biasanya  10  sampai 14  hari    dengan  gejala  berupa  demam  paroksismal  timbul  saat  pecahnya
eritrosit  yang  mengandung  parasit.
18
Namun  gejala  klasik  ini  sering  tidak terjadi  terutama  pada  infeksi  P.  falciparum.
1,15
Gejala  yang  mungkin  timbul akibat  infeksi  spesies  ini  berupa  demam  terus  menerus,  gangguan
gastrointestinal,  batuk,  mengantuk,  badan  lemas,  nyeri  kepala,  berkeringat,
Universitas Sumatera Utara
6
nyeri  sendi,  sesak  napas  dan  pucat.
1,5,6,15
Pada  pemeriksaan  fisis  dapat dijumpai pucat serta hepatosplenomegali.
1,18
Dua metode yang digunakan untuk pemeriksaan parasit dalam darah yaitu  melalui  mikroskop  dan  tes  diagnostik  cepat.
6,19
Pemeriksaan  apusan darah  tepi  tipis  dan  tebal  dengan  menggunakan  pewarnaan  Field  maupun
Giemsa  masih  menjadi  baku  emas  diagnosis  malaria  dengan    sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi jika diperiksa oleh para ahli.
1,3,6,19
Penelitian yang membandingkan  lima  metode  untuk  mendeteksi  malaria  didapati  bahwa
pewarnaan  Field  memiliki  sensitivitas,  spesifisitas,  kemudahan  dan  cost effective yang lebih baik sebagai penunjang diagnosis malaria.
19
Pada pemeriksaan apusan darah tepi Malaria Falsiparum akan terlihat parasit  stadium  tropozoit  muda  bentuk  cincin  tanpa  atau  dengan  stadium
gametosit yang berbentuk pisang.
20
2.3. Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi
Untuk  mengatasi  ancaman  resistensi  P.  falciparum terhadap  monoterapi, saat ini WHO  merekomendasikan  kombinasi  obat  antimalaria  sebagai
pengobatan  lini pertama  terhadap malaria  tanpa komplikasi yang terdiri dari Artemisinin-based  combinations therapies ACTs  dan  Non  Artemisinin-
based combinations therapies non-ACTs.
6,21
Universitas Sumatera Utara
7
Tujuan terapi kombinasi obat antimalaria adalah untuk memperlambat timbulnya  resistensi  dengan  menggunakan  dua  jenis  obat  blood
schizontocidal atau  lebih  yang  memiliki  kerja  yang  berbeda  dengan  target biokimiawi parasit yang berbeda pula.
6,21
Artemisinin dan derivatnya dapat menurunkan parasitemia dan gejala dengan  cepat.
6,21
Artemisinin-based  combination therapies ACTs  yang direkomendasikan  yaitu  antara
lain gabungan  artemeter-lumefantrin,
artesunat-amodiakuin,  artesunat-meflokuin,  artesunat  dan  sulfadoksin- pirimetamin, serta dihidroartemisinin-piperakuin.
6
Sebuah  uji  klinis  terbuka  di  Ghana  yang  membandingkan  gabungan artemeter-lumefantrin  dengan  gabungan  artesunat-amodiakuin  didapati
bahwa  kedua  gabungan  obat  tersebut  memiliki  efektivitas  yang  tinggi  dan baik  ditoleransi  pada  populasi.
22
Hasil  yang  sama  didapati  dari  penelitian yang dilakukan di Uganda.
23
2.4. Gabungan Artesunat-Amodiakuin