Latar Belakang Kinerja Parlemen Lokal: Analisis Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir Periode Tahun 2004-2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemberian hak otonomi daerah kepada daerah otonom merupakan cerminan terlaksananya demokrasi yang sesungguhnya. Kebijakan otonomi daerah memberikan kesempatan dan peluang kepada setiap daerah untuk mengatur pemerintahannya masing- masing. Otonomi daerah merupakan dasar memperluas pelaksanaan demokrasi dan instrumen mewujudkan kesejahteraan umum. 1 Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Munculnya kebijakan otonomi daerah merupakan suatu perwujudan dari tuntutan reformasi yaitu mewujudkan pelaksanaan demokrasi secara nyata, menciptakan keadilan sehingga terwujudlah kesejahteraan umum. Tuntutan reformasi yang dilakukan adalah untuk menegakkan keadilan dan menegaskan pelaksanaan demokrasi yang sesungguhnya. Selain itu juga tuntutan ketidakpuasan masyarakat mengenai pola hubungan antara pusat dan daerah yang dirasakan tidak adil, sehingga dengan begitu reformasi dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan otonomi daerah tersebut sesuai dengan landasan konstitusional. 2 1 H. Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2001,hal 3. 2 Indra Ismawan, Ranjau-Ranjau Otonomi Daerah, Solo: Pondok Edukasi, 2002, hal 4. Maka dengan demikian setiap daerah bisa dengan leluasa mengatur daerahnya masing-masing oleh pemerintah daerah. Diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri sesuai dengan amanat Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemberian hak otonomi daerah kepada daerah-daerah otonom bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan umum khususnya di daerah-daerah otonom melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Hak otonomi daerah dapat dirasakan oleh masyarakat Toba Samosir dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang memunculkan aspirasi masyarakat di daerah untuk membentuk Kabupaten baru yang bersifat otonom Masyarakat menilai dengan adanya kebijakan otonomi daerah memperoleh peluang untuk mengurus daerahnya sendiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Aspirasi masyarakat untuk memekarkan dan membentuk Kabupaten Toba Samosir terwujud dan diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999. Terbentuknya kabupaten Toba Samosir maka dibentuk perangkat-perangkat pemerintahan daerah sementara yaitu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Penyelenggaraan otonomi daerah dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintahan, yaitu kepala daerah gubernur dan bupatiwalikota dan DPRD provinsi, kabupatenkota dan birokrasi setempat yang terpisah dari lembaga-lembaga pemerintahan dan birokrasi pemerintahan. Lembaga-lembaga pemerintahan tersebut direkrut secara demokratis dan berfungsi menurut mekanisme demokratis pula. Negara Indonesia memiliki institusi pelaksanaan sistem demokrasi tidak langsung adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Parlemen lokal yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan wakil rakyat yang memperjuangkan hak dan kepentingan masyarakat di daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2008 perubahan kedua Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah PEMDA pada pasal 1 ayat 4 menyebutkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah Universitas Sumatera Utara sebagai unsur penyelengara pemerintahan daerah. Dewan perwakilan rakyat di daerah memiliki fungsi legislasi, pengawasan serta penganggaran yang diatur didalam undang- undang. Fungsi legislasi pada DPRD adalah membentuk peraturan daerah bersama dengan kepala daerah. Fungsi pengawasan pada DPRD yang paling utama adalah mengontrol jalannya pemerintahan daerah sehingga mekanisme Check and Balances dapat terjalin diantara kedua lembaga yaitu lembaga eksekutif dan Legislatif, untuk saling mengontrol, mengawasi dan mengimbangi. Fungsi pengawasan DPRD sangat berperan penting di dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan begitu lembaga eksekutif tidak akan sewenang-wenang didalam menjalankan tugasnya sebagai Pemerintah Daerah. Fungsi penganggaran pada DPRD adalah menyusun dan menetapkan APBD untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah bersama dengan pemerintah daerah. DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat harus mampu memperjuangkan kepentingan, hak serta aspirasi-aspirasi masyarakat yang telah dipilih melalui sistem pemilihan umum. Akan tetapi maraknya kritik terhadap DPRD diakibatkan oleh buruknya kinerja lembaga pemerintah daerah tersebut mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap DPRD sebagai wakil mereka. Buruknya kinerja DPRD dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat dapat dilihat dari lemahnya DPRD Kabupaten Toba Samosir periode tahun 2004-2009 di dalam menjalankan fungsinya sebagai badan pengawas. Lemahnya DPRD Kabupaten Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya sebagai badan pengawas yang mengawasi jalannya pemerintahan daerah sehingga eksekutif tidak bertindak sewenang- wenang menimbulkan korupsi di tubuh eksekutif. Hal itu terlihat pada kutipan berikut: Pada hasil jajak pendapat Waspada Online 17112007 mengatakan: ‘’Setelah Fraksi PDIP-PKS membaca, menyimak dan mempelajari buku hasil audit BPK tentang laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan Pemkab Tobasa TA 2006, kami menyampaikan saudara bupati beserta jajarannya telah melaksanakan kesalahan dalam Universitas Sumatera Utara pengelolaan keuangan daerah yang terlihat dengan banyaknya kebocoran beserta peraturan pemerintah yang dilanggar,’’ 3 “Dan terbukti memang, dua kali DPRD Tobasa gagal membentuk pansus atas kasus ini. Mayoritas wakil rakyat pro-Bupati. Hanya beberapa orang yang masih punya nurani,” DPRD sebagai lembaga wakil rakyat harusnya memihak kepada rakyat. Akan tetapi lemahnya pengawasan DPRD terhadap eksekutif menimbulkan adanya kesempatan korupsi berkembang di badan eksekutif dan dibadan legislatif itu sendiri, sehingga DPRD yang harusnya wakil rakyat berubah menjadi musuh rakyat. Pada hasil jajakan pendapat Batak News Jarar Siahaan Wartawan Independen Balige Toba Samosir 7072007 4 “Sebanyak 192 desa yang ada di Kabupaten Toba Samosir Tobasa, 142 Kategori desa tertinggal. Desa yang terisolir, nilai jasa belum dihargai, rawan kesehatan, rawan pendidikan dan masyarakatnya miskin pemikiran, miskin modal dan tenaga.” Adanya kegiatan korupsi yang dilakukan oleh badan legislatif dan badan eksekutif telah merugikan masyarakat Kabupaten Toba Samosir. Hal itu berdampak terhadap pembangunan Kabupaten Toba Samosir. Banyaknya desa tertinggal di Kabupaten Toba Samosir merupakan gambaran minimnya keuangan Kabupaten Toba Samosir dalam mengembangkan daerah-daerah tertingal. Hal itu dapat dilihat sebagai berikut: Pada hasil jajakan pendapat Suara Komunitas 8092010: 5 DPRD sebagai penyelenggara pemerintahan memiliki peran penting di dalam pembangunan daerah dan pemberdayaan masyarakat daerah. Peningkatan kinerja DPRD sangat penting di dalam pelaksanaan otonomi daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai penyelenggara pemerintahan daerah diharapkan lebih responsivitas, responsibilitas 3 http:waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articleid=7083:kinerja-bupati-tobasa-sangat- burukcatid=15:sumutItemid=28 [13 Agustus 2011] 4 http:bataknews.wordpress.com20070607bupati-monang-sitorus-resmi-tersangka-korupsi [13 Agustus 2011] 5 http:suarakomunitas.netbaca10842142-desa-tertinggal-di-toba-samosir.html [13 Agustus 2011] Universitas Sumatera Utara serta akuntabilitas bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya dan fungsinya sebagai lembaga representatif atau wakil rakyat di daerah. Peningkatan kinerja lembaga pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam menunjang pemberdayaan masyarakat serta pembangunan daerah agar tercipta kemakmuran dan kesejahteraan umum khususnya di daerah. Peningkatan kinerja DPRD sangat besar pengaruhnya terhadap jalannya pemerintahan di daerah, karena lembaga pemerintah tersebut merupakan penyelenggara pemerintahan di daerah. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui dan membahas bagaimana kinerja parlemen lokal yaitu DPRD Kabupaten Toba Samosir pada masa periode tahun 2004-2009.

1.2. Perumusan Masalah