ResponsivitasResponsiviness Indikator Pengukuran Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir Periode Tahun 2004-2009

Maka dengan begitu pelaksanaan fungsi, tugas serta wewenang DPRD sebagai wakil rakyat dan penyelenggara pemerintahan daerah pada periode tahun 2004-2009 merupakan pedoman untuk melihat sejauhmana kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir dan menjadi motivasi bagi DPRD pada periode berikutnya. Secara absolut, pengukuran kinerja DPRD menggunakan 3 tiga indikator. Penggunaan indikator di dalam mengukur kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu kegiatan, aktivitas ataupun program telah dilakukan secara optimal atau tidak. Adapun indikator yang dipergunakan di dalam menganalisis kinerja DPRD adalah; 1 responsivitas responsiviness, 2 responsibilitas responsibility, dan 3 akuntabilitas accountability.

3.2. Indikator Pengukuran Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir Periode Tahun 2004-2009

3.2.1. ResponsivitasResponsiviness

Responsivitas responsiviness merupakan kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas diukur dari seberapa jauh anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir dalam menangkap keinginan dan kebutuhan masyarakat yang tengah terjadi dan memberikan solusi yang tepat dalam menangani tuntutan masyarakat kabupaten Toba Samosir. Kinerja DPRD yang diukur melalui indikator responsivitas berdasarkan temuan dan hasil pengamatan penulis yaitu seberapa jauh anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir dalam menangkap keinginan dan kebutuhan masyarakat yang tengah terjadi dan memberikan solusi yang tepat dalam menangani tuntutan masyarakat Kabupaten Toba Samosir masih terbilang rendah Universitas Sumatera Utara DPRD sebagai badan legislasi memiliki fungsi yang paling penting adalah menentukan sebuah kebijakan dan membuat undang-undang. DPRD berfungsi didalam menentukan kebijakan ataupun peraturan daerah yang diusulkan oleh badan eksekutif. Rancangan Peraturan Daerah yang diusulkan oleh badan eksekutif disampaikan ke pimpinan DPRD melalui sekretariat DPRD, dan dibahas melalui rapat hingga menetapkan Rancangan peraturan daerah tersebut menjadi peraturan daerah PERDA. DPRD memiliki hak dan kekuasaan didalam membentuk suatu peraturan daerah. Rancangan peraturan daerah yang berasal dari DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Kepala daerah untuk ditindaklanjuti sehingga ditetapkan menjadi sebuah peraturan daerah. DPRD Kabupaten Toba Samosir sebagai badan legislatif yaitu yang berfungsi merancang ataupun mengesahkan sebuah peraturan daerah ataupun kebijakan belum sepenuhnya mempergunakan haknya didalam merancang sebuah peraturan daerah ataupun sebuah kebijakan guna menangani tuntutan kebutuhan dan kepentingan serta aspirasi-aspirasi masyarakat. Sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu pegawai di SETDAKAB Toba Samosir Bagian Hukum, Ibu Rosmaida Manurung, mengatakan bahwa: “Usulan rancangan peraturan daerah yang berasal dari DPRD selama periode tahun 2004-2009 selama ini belum ada, rancangan peraturan daerah yang sudah ditetapkan semua itu berasal dari badan eksekutif. Setelah rancangan peraturan daerah yang diusulkan oleh badan eksekutif kepada mereka DPRD, barulah DPRD mulai bekerja” 41 Kemampuan DPRD Kabuapten Toba Samosir untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program- program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat masih terbilang rendah. Hal itu dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan rutin DPRD selama periode tahun2004- 2009 belum menghasilkan sebuah peraturan ataupun kebijakan yang merupakan usulan dari 41 Wawancara dengan Ibu Rosmaida Manurung, Selasa 13 September 2011 Universitas Sumatera Utara DPRD itu sendiri. Adapun kegiatan DPRD kabupaten Toba Samosir selama periode tahun 2004-2009 dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut: Tabel 7. Kegiatan DPRD Kabupaten Toba Samosir Perioder Tahun 2004-2009 No. Jenis Sidang Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 1. Istimewa 3 7 3 3 7 6 2. Paripurna 5 6 8 2 3 3 3. Paripurna Khusus 2 1 1 2 1 4. Rapat Komisi 48 48 1 48 3 5. Panitia Anggaran 3 4 8 4 4 1 6. Panitia Khusus 6 4 8 15 20 8 7. Rapat Kerja Dengar Pendapat 12 8 15 20 8 8. Rapat Rutin Dengar Komisi 12 36 5 Total 19 81 96 36 120 28 Sumber: DPRD Kabupaten Toba Samosir Dari tabel diatas, kegiatan DPRD yaitu rapat paripurna DPRD merupakan rapat anggota DPRD yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua DPRD yang bersifat terbuka dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan wewenang dan tugas DPRD yaitu menyetujui rancangan peraturan daerah menjadi sebuah peraturan daerah dan menetapkan keputusan DPRD. Selama periode tahun 2004-2009, DPRD Kabupaten Toba Samosir hanya melakukan 27 rapat paripurna. Berbeda dengan rapat paripurna istimewa DPRD dimana rapat paripurna istimewa ini merupakan rapat anggota DPRD yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua DPRD yang bersifat terbuka untuk melaksanakan suatu acara tertentu dengan tidak mengambil keputusan dilakukan sebanyak 29 kali selama periode tahun 2004-2009. Jumlah rapat paripurna istmewa DPRD lebih banyak dibanding jumlah rapat paripurna DPRD. Adapun rapat komisi DPRD dilakukan untuk pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah dan rancangan keputusan DPRD, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan sesuai dengan bidang komisi masing- Universitas Sumatera Utara masing, menerima dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi masyarakat, memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah, melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan pimpinan DPRD, mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat, serta mengajukan usul kepada pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang lingkup bidang masing-masing komisi. Rapat komisi DPRD Kabupaten Toba Samosir selama masa bhakti tahun 2004-2009 dilakukan sebanyak 148 kali. Dari semua rapat-rapat yang dilakukan oleh DPRD Kabupaten Toba Samosir khususnya pada rapat komisi belum ada yang menghasilkan suatu kebijakan ataupun peraturan daerah Kabupaten Toba Samosir yang berasal dari DPRD itu sendiri. Selain kegiatan rapat-rapat, DPRD memiliki kegiatan masa reses yaitu kegiatan di luar rapat. Hubungan wakil dengan yang diwakili dimana wakil berfungsi melayani kebutuhan-kebutuhan atapun kepentingan daripada yang diwakili dapat dilihat melalui kegiatan DPRD dalam penampungan aspirasi masyarakat secara langsung turun dan melakukan observasi langsung terhadap masyarakat melalui kegiatan masa reses yang dilakukan di luar kegiatan masa rapat dan di luar gedung DPRD. Adapun penampungan aspirasi-aspirasi masyarakat atau pada masa reses DPRD Kabupaten Toba Samosir dilaksanakan 3 kali dalam setahun dimana masing-masing dilaksanakan 6 hari kerja yang jadwal kegiatannya ditetapkan oleh pimpinan DPRD setelah mendengar pertimbangan Panitia Musyawarah DPRD dan dipergunakan untuk mengunjungi daerah pemilihan anggota yang bersangkutan dan menampung aspirasi-aspirasi dari masyarakat dengan mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat, pejabat tingkat kecamatan dan organisasi sosial politik di tiap kecamatan lingkungan daerah pemilihan yang berada di Kabupaten Toba Samosir berdasarkan keputusan pimpinan DPRD dan dibagi dalam 3 tim yaitu: Universitas Sumatera Utara Tabel 8. Tim Pelaksana Kegiatan Masa Reses No. Tim Reses DPRD Kecamatan Jumlah Anggota 1. Tim 1 Kecamatan Balige Kecamatan Laguboti Kecamatan Sigumpar 9 orang 2. Tim 2 Kecamatan Silaen, Habinsaran, Borbor 7 orang 3. Tim 3 Kecamatan Porsea, Pintu Pohan, Meranti, Lumban Julu, Uluan, Ajibata 9 orang Sumber: DPRD Kabupaten Toba Samosir Kegiatan masa reses DPRD wajib membuat laporan tertulis atas pelaksanaan tugasnya dan disampaikan kepada pimpinan DPRD dalam rapat paripurna istimewa DPRD. Kegiatan DPRD di dalam menampung aspirasi masyarakat serta melayani masyarakat bertujuan untuk menghasilkan sebuah kebijakan ataupun peraturan yang menjadi sebuah peraturan daerah. Adapun salah satu ukuran keberhasilan atau ukuran produktivitas DPRD ialah didasarkan atas beberapa banyak peraturan daerah yang disahkannya sesuai dengan kepentingan daerah yang diwakilinya, terutama dalam usaha meningkatkan pelayanan pemerintah daerah terhadap masyarakat. 42 Rendahnya kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir jika ditinjau dari segi responsivitas terlihat dari kebijakan atapun peraturan daerah yang dihasilkan selama masa bhakti tahun 2004-2009 belum ada yang merupakan usulan ataupun inisiatif dari DPRD itu sendiri. Sementara banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh DPRD Kabupaten Toba Samosir yang bertujuan untuk menjaring ataupun menangkap aspirasi-aspirasi masyarakat tidak sebanding dengan perda ataupun kebijakan yang dihasilkan. Disamping itu banyaknya Kegiatan masa reses yang dilakukan oleh DPRD tiga kali setahun selama periode tahun 2004-2009 belum menghasilkan sebuah kebijakan ataupun sebuah peraturan daerah di Kabupaten Toba Samosir. 42 B.N. Marbun, ibid, hal 114 Universitas Sumatera Utara tuntutan-tuntutan, kebutuhan serta aspirasi-aspirasi masyarakat belum ditanggapi untuk dijadikan sebagai bahan referensi menjadi sebuah kebijakan ataupun peraturan daerah Kabupaten Toba Samosir. Adapun tuntutan-tuntutan masyarakat seperti pembangunan jalan raya, pemasukan listrik kedaerah-daerah yang belum merasakan manfaat listrik, masih banyaknya desa tertinggal di kawasan Habinsaran merupakan masalah yang sepertinya berlarut-larut, lambannya pembangunan infrastruktur ke daerah-daerah terpencil tersebut mau tidak mau memperlambat pembangunan ekonomi daerah itu sendiri serta masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat petani. Menurut Badan Pusat Statistika, sebagian besar penduduk Kabupaten Toba Samosir menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian khususnya lahan persawahan. Pertanian menjadi sektor andalan di dalam menggerakkan roda perekonomian Kabupaten Toba Samosir. Akan tetapi banyaknya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat petani seperti yang dikatakan oleh Gurgur Manurung seorang kandidat doktor manajemen lingkungan UNJ, alumnus Pascasarjana IPB Bogor: “Permasalahan rakyat adalah: Pertama, mereka tidak punya lahan pertanian. Umumnya petani adalah petani yang menyewa lahan pertanian dengan harga mahal; Kedua, mereka tidak terampil bertani. Bertani hanyalah pelarian karena tidak ada pekerjaan lain. Persentasi orang yang bangga menjadi petani sangat sedikit. Mereka tidak percaya diri karena dililit kemiskinan; Ketiga, biaya produksi yang sangat tinggi. Jikalau dihitung biaya mengolah sawah, menyiangi, penggunaan herbisida, pestisida, pupuk dan biaya panen dibandingkan dengan harga panen tidak cocok. Istilah di bonapasogit pangulaula so mangan bekerja keras tetapi makanpun tidak mencukupi. Ke-empat, harga jual produksi pertanian yang labil atau murah meriah. Negeri ini memang aneh, tidak ada yang ribut jika hasil pertanian tidak laku. Tetapi hampir semua orang kota ribut jika hasil pertanian mahal. Hampir tidak ada orang kota yang rela membeli mahal hasil produksi petani kita. Politik bergejolak jika sembako harganya naik. Sebaliknya, hasil pertanian turun drastis tidak ada yang mempersoalkan. Seolah, kalau petani miskin itu sudah nasib atau takdir. Dan, wajar kalau petani itu miskin. Ke-lima, petani kita tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga hasil pertanian mereka. Harga pertanian mereka ditentukan pasar. Harga pasar dikendalikan orang-orang tertentu. Ke-enam, mereka hampir tidak pernah mendapatkan pembinaan untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian. Dengan demikian, tidak mungkin mereka memiliki hasil pertanian yang bermutu tinggi; Ke-tujuh, kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak terhadap keadilan. Ke- delapan, pergeseran gaya hidup petani akibat arus informasi yang tidak terbendung. Di masa lampau, ukuran seorang petani disebut kaya jika banyak padi atau hasil pertaniannya disimpan di lumbung, berapa banyak ternak yang dimiliki. Kini, ukuran petani disebut kaya jika memiliki antena parabola, sepeda motor, rumah yang bagus, mobil dan lain sebagainya. Jika gaya hidup petani kita demikian, maka ketahanan pangan akan terancam. Budaya Universitas Sumatera Utara menyimpan hasil pertanian di lumbung hampir tidak ada di bonapasogit; Ke-delapan, jumlah penduduk yang meningkat sementara luas lahan tetap” 43 “Tetapi yang dibutuhkan rakyat adalah: Pertama, kebijakan pemerintah yang melindungi hasil pertanian. Kedua, meningkatkan kualitas pertanian melalui teknologi benih, biaya produksi yang murah melalui teknologi paling mutakhir. Contoh, petani sejatinya diberikan informasi yang akurat tentang tanah mereka. Pupuk apa yang cocok dan memberikan pupuk yang murah dan ramah lingkungan. Untuk menetukan informasi ini, butuh teknologi informasi yang canggih seperti Geografic Information System GIS. Dengan demikian, petani terus mendapatkan pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas pertaniannya.” Gurgur Manurung juga mengatakan: 44 “DPRD sebagai wakil rakyat di dalam memutuskan dan mengambil sejumlah kebijakan harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan mempertimbangkan tanggapan terhadap masalah yang dihadapi oleh masyarakat serta memprioritaskan kepentingan masyarakat demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat” DPRD memiliki kewajiban untuk mengemban amanat penderitaan rakyat sehingga melalui kebijakan publik diharapkan dapat meringankan penderitaan rakyat. Adapun masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat harus ditanggapi serius oleh penyelenggaran pemerintahan daerah dan memberikan solusi didalam menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat melalui kebijakan publik, peraturan daerah ataupun keputusan daerah. Didalam merumuskan kebijakan publik, peraturan daerah ataupun keputusan daerah, sebagai wakil rakyat, DPRD harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan oleh salah satu tokoh masyarakat yaitu Bapak Anton Sinurat mengatakan bahwa: 45 Dengan melihat hal tersebut, maka DPRD sebagai parlemen yang berfungsi mengelola konflik, harus mampu memahami kondisi masyarakat dan mampu menangkap 43 http:tanobatak.wordpress.com20101019memahami-kebutuhan-rakyat-di-bonapasogit [diakses pada tanggal 29 Agustus 2011] 44 Ibid 45 Wawancara dengan Bapak Anton Sinurat, Selasa 30 Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat yang menjadi prioritas utama dalam melancarkan pembangunan daerah kabupaten Toba Samosir dan menciptakan kesejahteraan masyarakat.

3.2.2. Responsibilitas Responsibility