Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir

BAB III ANALISIS KINERJA DPRD KABUPATEN TOBA SAMOSIR PADA PERIODE TAHUN 2004-2009

3.1. Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir

Demokrasi merupakan suatu bentuk sistem pemerintahan yang berupaya mewujudkan kedaulatan rakyat untuk dijalankan oleh pemerintah. Sistem demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat luas dalam mengatur pemerintahannya sendiri. Demokrasi mencegah timbulnya kembali otoriter pemimpin di dalam menjalankan pemerintahan. Lahirnya kebijakan otonomi daerah merupakan sebuah wujud konkret dari pelaksanaan demokrasi. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah tersebut mampu menciptakan demokratisasi di tingkat lokal. Kebijakan otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk mengatur dan mengurus pemerintahnnya sendiri melalui penyelenggara pemerintahan daerah. Tuntutan reformasi untuk menegakkan demokrasi yang selama ini dinilai ada ketidakadilan pemerintah pusat dan daerah menghasilkan kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pemerintahan daerah, yaitu kepala daerah gubernur dan bupatiwalikota dan DPRD provinsi, kabupatenkota dan birokrasi setempat yang terpisah dari lembaga-lembaga pemerintahan dan birokrasi pemerintahan. Lembaga-lembaga pemerintahan tersebut direkrut secara demokratis dan berfungsi menurut mekanisme demokratis pula. Adapun penyelenggara pemerintahan daerah yang diatur di dalam Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 12 tahun 2008 perubahan kedua Undang-undang nomor 32 tahun Universitas Sumatera Utara 2004 tentang pemerintahan daerah PEMDA pada pasal 1 ayat 4 yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD merupakan lembaga pemerintah di daerah yang mewakili rakyat di daerah dipilih melalui sistem pemilihan umum. Rakyat berperan sangat besar di dalam menentukan jalannya pemerintahan melalui pemilihan anggota DPRD sebagai wakil mereka dalam mengaplikasikan aspirasi-aspirasi atau kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut. Keberadaan DPRD merupakan salah satu perwujudan konkret demokrasinya suatu pemerintahan. Fungsi DPRD sebagai parlemen yaitu lembaga penghubung antara masyarakat dengan pemerintah. DPRD yang beperan sebagai lembaga penghubung antara masyarakat dengan pemerintah daerah mencegah dan meminimalisir kesempatan kepala daerah bertindak sewenang-wenang di dalam menjalankan pemerintahan daerah tersebut. Selain beperan sebagai lembaga penghubung antara masyarakat dengan pemerintah, DPRD juga berperan sebagai lembaga pengelola konflik. DPRD yang berperan sebagai lembaga pengelola konflik bertujuan untuk mengatasi sejumlah konflik-konflik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan memproses konflik tersebut sehingga menghasilkan solusi di dalam mengatasi konflik berupa peraturan-peraturan daerah. Fungsi DPRD diatur di dalam Undang-Undang R.I. Nomor 27 Tahun 2009 pada pasal 290 bab V dan pasal 343 bagian kedua mengenai fungsi DPRD provinsi, DPRD KabupatenKota adalah berfungsi sebagai badan Legislasi, Anggaran dan Pengawasan. Sebagai badan legislasi, DPRD berperan dalam membuat peraturan-peraturan daerah yang dibahas bersama-sama dengan kepala daerah. DPRD sebagai badan anggaran diwujudkan dalam menyusun dan menetapkan APBD bersama dengan pemerintah daerah. DPRD sebagai badan pengawas bertujuan untuk mengawasi lembaga eksekutif di dalam menjalankan pemerintahan daerah. Fungsi DPRD sebagai badan pengawas bertujuan untuk menciptakan Mekanisme Check and Balances yaitu saling mengontrol, mengawasi, serta mengimbangi antara lembaga legislatif dan lembaga eksekutif. Universitas Sumatera Utara Posisi DPRD sebagai badan perwakilan rakyat memiliki peran dan tugas dalam melayani masyarakat untuk merumuskan masalah dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Masyarakat telah memberikan kekuasaan penuh terhadap DPRD sebagai wakil mereka untuk melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut. Keberadaan DPRD menjadi sebuah momentum masyarakat di daerah bagi terciptanya demokratisasi di tingkat lokal. Keberadaan DPRD menjadi sangat penting di dalam meyelenggarakan pemerintahan daerah dan menciptakan pemerintahan yang demokratis. DPRD sebagai penyelenggara pemerintahan daerah bertanggung jawab untuk mengurus rumah tangga sendiri. DPRD sebagai badan perwakilan rakyat memiliki posisi yang penting di dalam menjalankan pemerintahan daerah dimulai dari pembuatan peraturan-peraturan ataupun kebijakan yang diperlukan sampai dengan pengawasan terhadap badan eksekutif untuk tidak sewenang- wenang menjalankan pemerintahan di daerah. Maka dengan begitu, pelaksanaan fungsi, tugas serta wewenang DPRD sebagai wakil rakyat merupakan sebuah ukuran dalam mensukseskan otonomi daerah yang bertujuan untuk menciptakan demokratisasi di tingkat lokal. Dengan begitu pengukuran terhadap kinerja DPRD sangat dibutuhkan dalam membangun pemerintahan daerah yang demokratis. Moeherriono berpendapat bahwa Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi 2009:60. Sedangkan Joko Widodo berpendapat bahwa kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Dari pendapat pakar di atas maka ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi untuk mencapai sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi tersebut sesuai dengan Universitas Sumatera Utara wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tidak melanggar hukum dan peraturan yang berlaku. Pelayanan yang diberikan oleh individu, ataupun suatu organisasi, lembaga ataupun institusi baik pemerintah maupun swasta dapat diketahui apakah pelayanan yang diberikan sudah optimal atau tidak dalam melaksanakan fungsi-fungsi dengan melihat kinerjanya melalui pengukuran kinerja. Menurut Tatikonda Tatikonda tujuan pengukuran kinerja adalah membantu dalam penetapan standar dan target, sarana atau ‘rel’ untuk kemajuan, memotivasi, mengkomunikasikan startegi, organiasai dan mempengaruhi perubahan perilaku Tatikonda Tatikonda 1998:199 40 40 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Manajemen Modern untuk Sektor Publik, 2009, Yogyakarta: Penerbit Balairung CO, hal 108 . Tujuan pengukuran kinerja adalah semata-mata untuk mengontrol kerja individu ataupun kelompok dalam organisasi kedepan, sebagai masukan input terhadap individu ataupun kelompok dalam organisasi dan sebagai ukuran untuk memotivasi peningkatan kinerja individu ataupun kelompok di dalam suatu organisasi. DPRD disamping sebagai wakil rakyat di daerah juga merupakan penyelenggara pemerintahan di daerah. Rakyat memberikan kekuasaan penuh dan mandat kepada DPRD untuk mengatur rumah tangga dalam membangun pemerintahan daerah yang demokratis. DPRD memiliki tanggung jawab yang tinggi di dalam mengatur rumah tangga sendiri. Akan tetapi lemahnya DPRD didalam melaksanakan fungsi, tugas serta wewenangnya sebagai wakil rakyat menimbulkan kritik-kritik terhadap DPRD, dan mempertanyakan sejauhmana DPRD sebagai wakil rakyat di daerah telah bekerja secara optimal dengan hak dan wewenang yang telah diberikan sepenuhnya. Kurang kuatnya komitmen dan kinerja DPRD dalam menjalankan fungsi serta tugasnya sebagai wakil rakyat menimbulkan pertanyaan apakah lembaga tersebut sudah menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat berdasarkan harapan dan janji-janji yang ditawarkan mereka pada saat pemilihan umum legislatif tahun 2004. Universitas Sumatera Utara Maka dengan begitu pelaksanaan fungsi, tugas serta wewenang DPRD sebagai wakil rakyat dan penyelenggara pemerintahan daerah pada periode tahun 2004-2009 merupakan pedoman untuk melihat sejauhmana kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir dan menjadi motivasi bagi DPRD pada periode berikutnya. Secara absolut, pengukuran kinerja DPRD menggunakan 3 tiga indikator. Penggunaan indikator di dalam mengukur kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu kegiatan, aktivitas ataupun program telah dilakukan secara optimal atau tidak. Adapun indikator yang dipergunakan di dalam menganalisis kinerja DPRD adalah; 1 responsivitas responsiviness, 2 responsibilitas responsibility, dan 3 akuntabilitas accountability.

3.2. Indikator Pengukuran Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir Periode Tahun 2004-2009