Kritik Sumber Pelaksanaan Penelitian

Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu luarnya sebelum kepada isi seperti dokumen statistik atau dokumen data wilayah dan sebagainya. Kritik internal berbeda dengan kritik eksternal, di mana kritik internal ini memiliki tujuan untuk menilai keabsahan isi dari sumber - sumber yang telah dikumpulkan oleh penulis didalam tahapan heuristik sehingga mendapatkan isi sumber yang relevan dengan penelitian dan dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Sjamsuddin 2007, hlm. 143 kritik internal menekankan aspek “dalam”, yaitu isi dari sumber kesaksian testimoni. Didalam kritik internal ini penulis membaca dokumen – dokumen yang telah didapatkan kemudian menganalisis isi dari dokumen tersebut kemudian membandingkan isi dokumen satu dengan yang lain. Pada kritik internal ini penulis membaca data yang didapat dari sumber buku, jurnal, serta wawancara kemudian mencocokan dengan data yang telah didapatkan tersebut. Seperti misalnya tahapan kritik sumber yang dilakukan oleh penulis terhadap narasuber Bapak Iih Suryana kelahiran Bandung 13 Maret 1955. Beliau adalah petugas PLKB pada tahun 1990 di Kecamatan Sumur Bandung. Kredibilitas dari kesaksian dan informasi yang beliau berikan mengenai sistem kerja dari program keluarga berencana pada saat itu dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan keabsahan isi dari substansi kesaksian dan informasi yang beliau berikan dapat digunakan dan berkontribusi memberikan gambaran proses, prosedur, serta kebijakan program keluarga berencana pada saat Orde Baru di Kecamatan Sumur Bandung, sesuai dengan pekerjaan dan bidang yang dikuasai beliau. Kemudian Bapak Ali Jambas kelahiran Bandung 23 April 1951. Beliau merupakan ketua RW 01 Kelurahan Braga di tahun 1986. Beliau lahir dan besar disana, sehingga kredibilitas dari kesaksian dan informasi yang beliau berikan mengenai gambaran kehidupan serta partisipasi masyarakat Tionghoa di Kelurahan Braga dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan keabsahan isi dari substansi kesaksian dan informasi yang beliau berikan dapat digunakan dan berkontribusi memberikan gambaran kehidupan serta partisipasi masyarakat Tionghoa terhadap program keluarga berencana. Dimana beliau merupakan tokoh masyarakat disana, yang memahami kondisi dan situasi yang terjadi dilingkungannya. Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Selanjutnya dari etnis Tionghoa sendiri ada Ibu Inggrit Suherman kelahiran Bandung 26 Juli 1943. Beliau merupakan wanita Tionghoa peranakan yang tinggal di Kelurahan Braga. Kredibilitas dan kesaksian beliau dapat dipertanggungjawabkan karena beliau mengalami kesaksian sebagai wanita Tionghoa yang hidup di tahun 70- an. Kemudian Ibu Susilawati kelahiran Bandung 15 Oktober 1950. Wanita Tionghoa peranakan yang tinggal di Kelurahan Braga, yang akan memberikan kesaksian sebagai wanita Tionghoa yang hidup di tahun 80-an. Serta Ibu Marga kelahiran Bandung 13 Maret 1960. Wanita Tionghoa peranakan yang tinggal di Kelurahan Braga, yang akan memberikan kesaksian sebagai wanita Tionghoa yang hidup di tahun 90-an. Untuk sumber buku yang digunakan penulis menggunakan buku dari Hidajat. Buku tersebut diterbitkan tahun 1977 oleh penerbit Tarsito yang berjudul Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Kredibilitas dari buku ini dapat dipertanggungjawabkan, karena tahun diterbitkan buku ini yang sesuai dengan masa dan waktu yang dibutuhkan oleh penelitian ini. Sedangkan keabsahan isi dari substansi isi dan informasi yang buku ini berikan dapat digunakan dan berkontribusi memberikan gambaran kehidupan masyarakat Tionghoa yang ada di Bandung secara mendetil, baik dari sejarah, sikap hidup, kebudayaan mereka, hingga permasalahan-permasalahan kehidupan mereka di Indonesia sebagai etnis pendatang.

3.2.3 Interpretasi Penafsiran Sumber

Interpretasi merupakan penafsiran terhadap sumber – sumber yang telah melewati tahapan kritik internal dan eksternal sehingga tercipta penafsiran yang relevan dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis. Menurut Gottschalk 1986, hlm. 23-24 “penafsiran sejarah itu mempunyai tiga aspek penting, yaitu analitis-kritis, historis- substantif, dan sosial- budaya”. Aspek analitis-kritis menganalisis struktur internal, pola-pola hubungan antara fakta yang satu dengan fakta lainnya, dan gerak dinamika dalam sejarah. Historis-substantif menyajikan suatu uraian dengan dukungan fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan. Sedangkan yang terakhir aspek sosial-budaya lebih memperhatikan menifestasi insani dalam interaksi dan hubungan sosial-budaya. Sedangkan menurut Kuntowijoyo dalam Abdurahman 2007, hlm. 73 bahwa dalam interpretasi ada dua metode yang digunakan oleh seorang peneliti sejarah, yaitu Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ‘analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan, sedangkan sintesis berarti menyatukan, k eduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi’. Penulis menggunakan pendekatan interdisipliner dalam melakukan interpretasi. Pendekatan ini menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu yang serumpun, yaitu ilmu-ilmu sosial. Penggunaan ilmu bantu ini dimaksudkan untuk mempertajam hasil analisis. Dalam pendekatan interdisipliner ini penulis menggunakan ilmu bantu, berupa ilmu sosiologi yang digunakan untuk menkaji kehidupan sosial, proses Identifikasi masyarakat Tionghoa dan lain sebagainya dan ilmu bantu antropologi yang digunakan untuk menkaji kebudayaan yang berpengaruh pada masyarakat Tiongoa, pendekatan psikologi dan komunikasi memahami presepsi. Pendekatan tersebut guna membahas secara mendalam dalam skripsi ini sehingga dapat diungkapkan secara mendalam mengenai persepsi masyarakat etnis Tionghoa di kawasan Pecinan Kota Bandung.

3.2.4 Historiografi

Tahapan terakhir di dalam metode sejarah adalah historiografi.Tahapan ini merupakan langkah dalam penelitian sejarah yang di dalamnya memuat tulisan sistematis yang mengungkapkan hasil penelitian di mana sebelumnya telah melewati tahapan – tahapan metode penelitian sejarah sebelum historiografi. Seperti yang diungkapkan oleh Ismaun, 2005, hlm. 28 Historiografi adalah “pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu” . Pada langkah ini penulis akan menuangkan hasil penelitiannya ke dalam sebuah tulisan yang disusun secara sistematis dan memperhatikan hal-hal yang dianggap perlu sehingga penulisan karya tulis ilmiah akan teruji dengan baik sehingga dapat mempertanggungjawabkan kredibilitasnya selain itu dalam penulisan penelitian sejarah ini penulis tidak terlepas dari sistematika penulisan skripsi di Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2013. Seperti yang dinungkapkan oleh Sjamsuddin 2007, hlm. 156 menga takan bahwa “historiografi adalah penulisan yang utuh berupa suatu sintesis hasil penelitian atau penemuan sejarah”. Bukan hanya keterampilan teknis penggunaan kutipan dan catatan, akan tetapi dengan penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya juga. Dalam penulisan sejarahnya peneliti akan mengungkapkan isi penelitianya dengan gaya bahasa yang baik dengan memperhatikan pedoman penggunaan bahasa