Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN
PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNPAD di Jatinangor, dan perpustakaan Daerah Kota Bandung.
Hampir dalam seminggu penulis satu sampai tiga kali selalu mengunjungi perpustaakan UPI untuk mengerjakan skripsinya disana. Tanggal 1 November 2014
penulis pergi mengunjungi perpustakaan UPI selama 4 jam penulis menghabiskan waktu disana. Penulis menemukan buku
– buku yang berkaitan dengan penerapan dan implementasi Program KB di Daerah Pedesaan, kemudian buku Masyarakat dan
Kebudayaan Cina Indonesia. Tanggal 11 Februari 2015 penulis menghabiskan waktunya disana selama 5 jam untuk revisi penelitiannya, dan menemukan buku
Kependudukan di Indonesia dan Berbagai Aspeknya, kemudian buku Psikologi Persepsi. Tanggal 5 Maret 2015 yang penulis menghabiskan waktunya disana selama 4
jam untuk revisi, kemudian menemukan buku Pemikiran Politik etnis Tionghoa Di Indonesia 1900-2002, buku Pengantar Psikologi Umum, buku Kebudayaan Orang
Tionghoa Di Indonesia, dan jurnal – jurnal yang berhubungan dengan penelitian.
Perpustakaan lain yang dikunjungi oleh penulis ialah perpustakaan UNPAD yang terletak di Dipati Ukur. Tanggal 1 Januari 2015 penulis menghabiskan waktunya
selama 4 jam di perpustakaan UNPAD untuk mencari sumber-sumber yang berkaitan dan mendapatkan beberapa buku seperti Tionghoa Dalam Pusaran Politik yang ditulis
oleh Beni G. Setiono, buku Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia, buku Pengantar Masalah Penduduk, dan Psikologi Sosial. Tanggal 14 Januari 2015 penulis
menghabiskan waktu diperpustakaan UNPAD selama 3 jam dan menemukuan buku Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya, buku Negara Dan etnis Tionghoa;
Kasus Indonesia, buku etnis Tionghoa Dan Pembangunan Bangsa, dan jurnal Jejak Komunitas Tionghoa dan Perkembangan Kota Bandung ditulis oleh Sugiri Kustedja.
Perpustakaan lain yang dikunjungi oleh penulis ialah perpustakaan FISIP UNPAD Jatinangor. Di perpustakaan UNPAD Jatinangor 30 Januari 2015 penulis
ditemani sahabatnya yang menjadi mahasiswa UNPAD menghabiskan waktunya disana selama 4 jam mendapatkan buku yang ditulis oleh Departemen Republik Indonesia
dengan judul Memantapkan Program Keluarga Berencana Pedesaan Sebagai Landasan Pelaksanaan Repelita III, buku Sosiologi Pembangungan Pasaribu, buku I.L.
Simanjuntak, dan buku Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas Di Indonesia. Tanggal 4 Maret 2015 penulis kembali mencari data dan menghabiskan
Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN
PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
waktu selama 2 jam, kemudian menemukan buku Analisis Presepsi, buku Prilaku Konsumsi dan buku Preferensi Terhadap Pandangan Tradisional.
Penulis juga mengunjungi perpustakaan daerah Kota Bandung. Tanggal 11 Maret 2015 penulis menghabiskan waktunya disana selama 3 jam. Di perpustakaan
daerah Kota Bandung tersebut penulis menemukan journal yang ditulis oleh Punto Nugroho yang berjudul Kembali ke Semarak KB Mengapa Tidak?, buku Materi KIE
UPPKA-KB yang ditulis oleh BKKBN, buku Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas Di Sumatera Utara, dan buku Pusat Pendidikan dan Latihan
Tenaga Kesehatan. Tanggal 20 April 2015 penulis bermaksud mencari sumber lagi keperpustakaan daerah Kota Bandung, dan menemukan Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontasepsi, buku Aneka Cara KB, buku Manajemen Kebidanan, dan buku Masalah kependudukan Dan Pelaksanaan Keluarga Berencana Di Indonesia.
Selain mendapatkan sumber dari perpustakaan – perpustakaan penulis juga
mengunjungi beberapa instansi – instansi pemerintah yang terkait dengan bahasan,
seperti Dinas BKKBN Provinsi Jawa Barat, penulis tanggal 1 November 2015 pergi mengunjungi Dinas BKKBN Provinsi Jawa Barat untuk kemudian meminta
rekomendasi ke BKKBN Daerah Kota Bandung, disana penulis menghabiskan waktu selama 2 jam berbincang menanyakan data awal, kemudian keesokan harinya tanggal 2
November 2015 pergi ke BKKBN Daerah Kota Bandung untuk kemudian menanyakan data awal dan meminta kontak person Unit Tenaga Pelaksana UTP untuk mencari
responden yang sesuai. Tanggal 4 November 2014, penulis pergi mengunjungi Badan Pusat Statistik Kota Bandung guna menemukan data awal untuk menunjang
penelitiannya. Disana 30 menit penulis menghabiskan waktunya untuk mencari data komposisi penduduk Kota bandung dilihat per etnisnya. Kemudian tanggal 29 Januari
2015 penulis dengan ditemani rekan seperjuangannya yang sama sedang menempuh skripsi mengunjungi Dinas Arsip Daerah Kota Bandung, disana penulis menghabiskan
waktunya sekitar 2 jam untuk menemukan data mengenai kebijakan program Keluarga Berencana. Tanggal 21 April 2015 penulis mengunjungi Kantor Badan Kesatuan
Bangsa Dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung, disana penulis menghabiskan 1 jam untuk membuat surat pengantar agar bisa melakukan penelitian di Kelurahan
Braga. Tanggal 22 April 2015 penulis mengunjungi Kantor Kelurahan Braga, Bandung. Kemudian menyarahkan surat pengantar penelitian. Alhamdulillah setelah itu penulis
Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN
PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
disambut baik oleh pihak Kelurahan dan penulis dengan bebas dapat meminta data yang penulis butuhkan dari Kelurahan. Setelah menghabiskan sekitar 2 jam berbincang-
bincang dengan pihak Kelurahan, penulis diberikan beberapa nama dan alamat RW yang ada di Kelurahan Braga. Setelah itu penulis mendatangi nama-nama yang
diberikan tadi satu-persatu. Penulis juga mengunjungi toko dan pameran buku seperti Gramedia dan pergi ke Palasari mengingat setelah beberapa kali bimbingan, penulis
disarankan beberapa buku untuk dicari oleh Pembimbing sebagai sumber rujukan lainnya.
3.2.1.2 Pengumpulan Sumber Lisan
Pengumpulan sumber lisan merupakan pengumpulan informasi yang didapatkan dari narasumber atau orang guna penulisan skripsi ini. Proses pencarian narasumber
yang dilakukan peneliti ialah dengan mendatangi Dinas BKKBN Provinsi Jawa Barat. Tanggal 1 November 2014 penulis mengunjungi Dinas BKKBN Provinsi Jawa Barat,
kemuadian selama 2 jam berbincang dengan petugas disana seputas program keluarga berencana, dan adakah keterlibatan etnis Tionghoa di dalamnya. Selain melakukan
pencarian informasi, penulis dibuatkan surat rekomendasi atau disposisi ke BKKBN daerah Kota Bandung. Tanggal 1 Januari 2015 saya mencoba menemui responden,
yang saya dapatkan dari Ibu Rindang Ekawati yakni Bapak Iih Suryana. Beliau kelahiran Bandung 13 Maret 1955. Beliau adalah Unit Pelaksana KB-PLKB tahun
1990 di Kecamatan Sumur Bandung. Saya mewawancarai beliau sekitar 2 Jam. Beliau adalah orang yang membawahi PLKB-PLKB di Kecamatan Sumur Bandung yang giat
mensosialisasikan program KB di tahun 1990. Beliau saya wawancarai dari segi peran beliau sebagai responden yang paham kondisi pelaksanaan program KB pada masa
Orde Baru. Pada tanggal 22 April 2015, penulis mewawancarai Bapak Ali Jambas ketua
R.W. 01 Kelurahan Braga di tahun 1986. Beliau lahir di Bandung tanggal 23 April 1951. Alamat di Gang Iyas No. 24. Pensiunan pegawai Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat. Beliau adalah tokoh masyarakat disana yang memang lahir dan tinggal disana hingga sekarang. Penulis hampir 2 jam mewawancarai dan bertukar pendapat
mengenai etnis Tionghoa di lingkungannya, masalah pentingnya KB, dll.
Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN
PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kemudian tanggal 04 Juni 2015, penulis mewawancarai Ibu Marga E. wanita Tionghoa peranakan kelahiram Bandung 13 Maret 1960. Ia adalah seorang ibu rumah
tangga yang tinggal di Kelurahan Braga. Beliau adalah perempuan Tionghoa yang menggunakan KB Mandiri di tahun 1995 dan memiliki dua orang anak. Saya
mewawancarai beliau di rumahnya selama 2 jam. Saya mewawancarai belau selain ingin tau persepsi dari wanita Tionghoa sendiri mengenai KB, juga menanyakan
mengenai buadaya-budaya Tionghoa yang masih ada di lingkungan etnis Tionghoa di Kelurahan Braga.
Pada tanggal 15 September 2015, penulis mewawancarai Ibu Inggrit Suherman yang merupakan wanita Tionghoa peranakan kelahiran Bandung 26 Juli 1943. Penulis
mewawancarai beliau hampir 2 jam lamanya. Beliau adalah seorang ibu rumah tangga yang turut bekerja membantu suaminya berjualan di toko. Beliau tidak menggunakan
KB, dari pengakuan beliau alasan dirinya tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah karena sudah merasa cukup efektif dengan menggunakan tata cara tradisional yakni
sistem kalender dalam tata cara menjarangkan kehamilan. Beliau menegaskan dirinya tidak mengikuti KB tetapi terbukti hanya memiliki dua anak.
Pada tanggal 28 September 2015, penulis mewawancarai Ibu Susilawati yang merupakan wanita Tionghoa peranakan kelahiran Bandung 15 Oktober 1950. Penulis
mewawancarai beliau selama 2 jam lamanya. Beliau adalah ibu rumah tangga dengan empat orang anak yang tinggal di lingkungan Kelurahan Braga. Beliau tidak
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi cara KB praktis seperti sistem kalender menjadi pilihannya tanpa harus mengambil resiko-resiko kesalahan dalam tata cara penggunaan
alat kontrasepsi. Pada saat pengumpulan sumber lisan, penulis menggunakan teknik wawancara
dengan mendatangi satu persatu narasumber karena narasumber memiliki kesibukan masing
– masing. Wawancara dilakukan ke dalam dua jenis yaitu wawancara yang berstruktur dan wawancara tak berstruktur. Menurut Kuntowijoyo 1994, hlm. 38
wawancara berstruktur yaitu suatu tanya jawab yang semua pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya dnegan cermat atau biasanya secara tertulis. Sedangkan
wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak mempunyai persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dnegan susunan kata
– kata dan tidak berurutan tapi tetap harus dipatuhi peneliti.
Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN
PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sebelum melakukan teknik wawancara, penulis telah mempersiapkan beberapa pertanyaan yang telah disusun dalam sebuah daftar pertanyaan. Pertanyan
– pertanyaan yang diajukan telah diatur dan diarahkan sehingga narasumber tidak kebingungan
dalam menjawab pertanyaan. Apabila pertanyaan kurang jelas maka penulis mengajukan kembali pertanyaan yang masih terdapat didalam daftar pertanyaan.
Teknik wawancara ini berguna bagi penulis dalam mencari data dari para penduduk sekitar Pecinan Kota Bandung, terutama para narasumber yang sudah
memiliki usia, mengingat peristiwa yang peneliti kaji adalah peristiwa dimasa lampau dan harus membuka kembali ingatan yang sudah lama tersimpan, sehingga dengan
peneliti sudah menyiapkan pertanyaan terlebih dahului peneliti akan lebih mudah merangsangnya. Sebelum melakukan teknik wawancara penulis menentukan waktu dan
tempat untuk melakukan wawancara dengan beberapa narasumber.
3.2.2 Kritik Sumber
Setelah penulis mengumpulkan sumber atau yang disebut heuristik, penulis melakukan tahapan kritik sumber baik sumber dari buku, tesis, jurnal, internet, maupun
sumber tertulis lainnya yang relevan dengan bahasan yang dikaji. Kritik sumber ini dilakukan untuk memilih sumber
– sumber informasi yang didapatkan sesuai atau tidak dengan masalah penelitian baik isi maupun bentuknya. Semua sumber dipilih melalui
kritik eksternal dan internal sehingga didapatkan fakta – fakta yang sesuai dan dapat
diperoleh fakta sejarah yang otentik. Dalam kritik sumber ini terdapat kritik eksternal dan kritik internal yang akan dijelaskan dibawah ini.
Kritik eksternal merupakan kritik yang dilakukan oleh penulis untuk menilai keaslian sumber dari bagian luar. Menurut Sjamsuddin 2007, hlm. 134 kritik eksternal
harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa kesaksian benar-benar diberikan oleh orang yang bersangkutan pada waktu itu authenticity, telah bertahan tanpa ada
perubahan uncorupted, tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau penghilangan- penghilangan yang substansial integrity.
Kritik eksternal ini sangatlah dibutuhkan dalam metode sejarah sperti dalam penulisan karya ilmiah ini agar kredibilitasnya dapat dipertanggung jawabkan. Hal itu
juga berguna untuk memperhatikan sumber – sumber yang telah didapatkan dari aspek
Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN
PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
luarnya sebelum kepada isi seperti dokumen statistik atau dokumen data wilayah dan sebagainya.
Kritik internal berbeda dengan kritik eksternal, di mana kritik internal ini memiliki tujuan untuk menilai keabsahan isi dari sumber - sumber yang telah
dikumpulkan oleh penulis didalam tahapan heuristik sehingga mendapatkan isi sumber yang relevan dengan penelitian dan dapat dipertanggung jawabkan. Menurut
Sjamsuddin 2007, hlm. 143 kritik internal menekankan aspek “dalam”, yaitu isi dari
sumber kesaksian testimoni. Didalam kritik internal ini penulis membaca dokumen
– dokumen yang telah didapatkan
kemudian menganalisis
isi dari
dokumen tersebut
kemudian membandingkan isi dokumen satu dengan yang lain. Pada kritik internal ini penulis
membaca data yang didapat dari sumber buku, jurnal, serta wawancara kemudian mencocokan dengan data yang telah didapatkan tersebut.
Seperti misalnya tahapan kritik sumber yang dilakukan oleh penulis terhadap narasuber Bapak Iih Suryana kelahiran Bandung 13 Maret 1955. Beliau adalah petugas
PLKB pada tahun 1990 di Kecamatan Sumur Bandung. Kredibilitas dari kesaksian dan informasi yang beliau berikan mengenai sistem kerja dari program keluarga berencana
pada saat itu dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan keabsahan isi dari substansi kesaksian dan informasi yang beliau berikan dapat digunakan dan berkontribusi
memberikan gambaran proses, prosedur, serta kebijakan program keluarga berencana pada saat Orde Baru di Kecamatan Sumur Bandung, sesuai dengan pekerjaan dan
bidang yang dikuasai beliau. Kemudian Bapak Ali Jambas kelahiran Bandung 23 April 1951. Beliau
merupakan ketua RW 01 Kelurahan Braga di tahun 1986. Beliau lahir dan besar disana, sehingga kredibilitas dari kesaksian dan informasi yang beliau berikan mengenai
gambaran kehidupan serta partisipasi masyarakat Tionghoa di Kelurahan Braga dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan keabsahan isi dari substansi kesaksian dan
informasi yang beliau berikan dapat digunakan dan berkontribusi memberikan gambaran kehidupan serta partisipasi masyarakat Tionghoa terhadap program keluarga
berencana. Dimana beliau merupakan tokoh masyarakat disana, yang memahami kondisi dan situasi yang terjadi dilingkungannya.