dilakukan dengan menyimak tuturan yang akan disampaikan oleh anak usia 4 –5 tahun oleh
anak-anak PAUD Mawar Motung Kec. Ajibata Kabupaten Toba Samosir. Adapun teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sadap. Pada
praktiknya, penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan, maksudnya menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang Sudaryanto, 1993: 133.
Metode simak memiliki teknik lanjutan yaitu teknik simak libat cakap Sudaryanto, 1993: 134. Peneliti terlibat langsung dalam dialog, konversasi, imbal wicara atau ikut serta
dalam proses pembicaraan anak-anak yang saling berbicara. Hal ini berarti bahwa yang diperhatikan oleh peneliti bukan isi pembicaraan melainkan tuturan deklaratif serta hubungan
tuturan deklaratif dengan kesantunan berbahasa yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan teknik catat sebagai teknik lanjutan akhir dari metode simak. Dalam hal ini penulis
melakukan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat kata-kata yang diucapkan oleh para
informan.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, mulailah diadakan analisis terhadap data untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan. Analisis data merupakan
upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang terkandung dalam data Sudaryanto, 1993:6. Sudaryanto 1993 mengelompokkan metode analisis data ke dalam dua jenis
berdasarkan alat penentunya, yaitu metode padan dan metode agih. Dalam penggunaan, metode analisis data yang dipilih harus sesuai dengan satuan
kebahasaan yang diangkat sebagai objek analisis. Metode padan adalah metode analisis bahasa yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa
yang bersangkutan, sedangkan metode agih adalah metode analisis bahasa dengan alat penentu yang berasal dari bahasa itu sendiri Sudaryanto, 1993: 13; Mahsun, 2005: 120.
Universitas Sumatera Utara
Metode padan yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah metode pada referensial yang alat penentunya adalah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent
bahasa dan metode padan pragmatis yang alat penentunya adalah mitra wicara. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya, satuan kebahasaan menurut reaksi atau akibat
yang terjadi atau timbul pada lawan atau mitra wicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara. Pada penelitian ini metode ini digunakan untuk mengidentifikasi
tindak tutur deklaratif anak. Strategi-strategi yang digunakan oleh anak usia 4
–5 tahun dalam menanggapi tindak tutur deklaratif tersebut di antaranya dengan mengiyakanmenyetujui tindak tutur deklaratif
tersebut tanpa membantah, menyetujui dengan memunculkan ujaran tertentu dan melakukan penolakan terhadap tindak tutur yang diungkapkan ole penutur.
Contoh: 1. Konteks: Oliv meminta izin kepada Dwi bahwa ia ingin bergabung bermain dengan
Dwi. Situasi : Di luar ruangan situasi tidak formal
Oliv : “boi do Ahu dohot marmeam?”
boleh saya ikut bermain? Dwi
: “Boi”
Bisa Kalimat 1 di atas dapat diidentifikasi sebagai izin. Kalimat tersebut jika dituturkan
mengakibatkan mitra wicara memunculkan reaksi menerima permintaan izin Dwi tersebut. Metode yang digunakan untuk mengidentikasi kalimat tersebut adalah metode pragmatis
Universitas Sumatera Utara
karena penentunya adalah mitra wicara. Oliv meminta untuk bermain bergabung dengan Dwi dan Dwi mengizinkan untuk bergabung bersama.
Pada tuturan 1 Oliv telah mampu menuturkan tuturan deklaratif kepada Dwi. Tuturan 1 mengidentifikasikan tuturan langsung yang sopan ketika Dwi mampu menghargai
nilai-nilai lawan tuturnya dan sesuai dengan situasi dan menerima permintaan izin Oliv untuk bergabung bermain dengannya.
Berikut merupakan contoh tuturan bentuk reaksi penolakan secara tidak langsung yang terjadi:
2. Konteks : Oliv mengajak Dwi bermain di luar karena pelajaran telah selesai. Situasi : Di dalam ruangan kelas dan dalam situasi tidak formal, karena pelajaran telah
selesai. Oliv :
“Dwi, eta marmeam i luar”
Dwi, ayo bermain di luar Dwi :
“manggabbar dope ahu”
Aku masih menggambar Kalimat 2 di atas jika di tuturkan mengakibatkan mitra wicara Dwi memberikan
reaksi menolak secara tidak langsung dengan tidak harus mengikuti ajakan temannya Oliv untuk bermain di luar karena ia sedang menggambar.
Pada tuturan 2 di atas, Oliv dan Dwi mampu menuturkan tuturan deklaratif. Tuturan 2 juga mengidentifikasikan tuturan tidak langsung yang dituturkan oleh Dwi dengan alasan
sebagaimana terlihat pada konteks di atas lebih pada penolakan. Strategi penolakan secara
Universitas Sumatera Utara
tidak langsung agar penolakannya terdengar santun dilakukan dengan cara memberikan alasan. Dwi merasa bahwa ajakan Oliv tidak harus diikuti karena ia sedang asik menggambar.
Psikolinguistik interaksionis diantara kedua anak yaitu Oliv dan Dwi menyebutkan terjadinya interaksi yang positif antara Oliv dan Dwi.
Contoh di bawah ini mengiyakanmenyetujui dengan bentuk verbal berupa pertanyaan sebagai berikut:
3. Konteks : Pengasuh membatalkan mata pelajaran melukis. Situasi : Di dalam ruangan kelas dalam situasi formal
Pengasuh: “Anak-anak hu songonari dang saut hita mangalukis da”
Anak-anak ku hari ini kita tidak jadi melukis ya Murid
: “Dang saut Miss?”
Tidak jadi Miss? Pada kalimat 3 di atas, anak memberikan tanggapan mengiyakan atau menyetujui
pembatalan melukis dari pengasuh dengan menerbitkan ujaran. Pada tuturan 3 anak menuturkan tuturan deklaratif kepada pengasuh dengan menggunakan Miss. Tuturan Miss
adalah salah satu sapaan kesantunan dalam memanggil seorang guru atau pengasuh anak. Tuturan 3 juga mengidentifikasikan tuturan yang santun mengiyakanmenyetujui dengan
bentuk verbal dengan berupa pertanyaan. Pada konteks di atas anak tersebut menanggapi tindak tutur deklaratif yang diujarkan dengan menanyakan untuk mempertegas tindak tutur
deklaratif dari pengasuh. Hal ini berarti anak memahami maksud tindak tutur yang disampaikan pengasuh.
Universitas Sumatera Utara
Psikolinguistik interaksionis di atas menyebutkan juga terjadinya interaksi yang positif antara anak dengan guru Miss dan begitu juga sebaliknya dalam lingkungan formal
serta menunjukkan bahwa kognitif anak bekerja dengan baik, karena anak masih mengerti tuturan yang disampaikan pengasuh Miss kepadanya .
Di bawah ini juga merupakan contoh identifikasi tuturan langsung yang santun dan meminta persetujuan:
4 Konteks : Oliv menyatakan kepada pengasuh Miss bahwa ia tidak bisa bermain di luar ruangan karena sedang hujan.
Situasi : Di dalam ruangan Dwi :
“Miss dang boi hami marmeam i luar ala ro udan.” Miss, kami tidak bisa bermain di luar karena hujan.
Pengasuh : “Olo nak hu” Iya anak ku
Pada tuturan 4 di atas dapat diidentifikasi sebagai tuturan deklaratif larangan yang dituturkan oleh anak. Kalimat tersebut jika dituturkan mengakibatkan mitra wicara
memunculkan reaksi mengiyakan atas laragan yang di produksi anak. Tutruran 4 juga mengidentifikasikan tuturan langsung yang santun dan meminta
persetujuan “tidak boleh keluar ruangan, karena sedang hujan”. Tuturan 4 ini menunjukkan bahwa kognitif anak bekerja dengan baik, karena anak masih mengingat nasehat yang
disampaikan pengasuh Miss kepadanya. Jika hari hijan tidak boleh bermain di luar, karena dapat mengakibatkan sakit.
Psikolinguistik interaksionis di atas menyebutkan juga terjadinya interaksi yang positif antara anak dengan pengasuh Miss dan antara Misss dengan anak yang baik dalam
Universitas Sumatera Utara
lingkungan formal di sekolah. Hal ini sekaligus menjawab masalah nomor 2 dalam proposal ini.
Selanjutnya, setelah data dianalisis adalah menyajikan hasil analisis data. Dalam pelaksanaannya, hasil analisis data dapat disajikan secara informal dan formal Sudaryanto,
1993:43. Penyajian hasil analisis data secara formal adalah penyajian hasil analisis data dengan
menggunakan kaidah kebahasaan. Kaidah itu dapat berbentuk rumus, bagandiagram, tabel dan gambar Kesuma, 2007:73 dalam Yuniarti 2010. Selanjutnya untuk memudahkan,
penyajian kaidah itu didahului atau diikuti oleh penyajian yang bersifat informal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data
dengan menggunakan kata-kata biasa Sudaryanto, 1993:145. Dalam penyajian hasil analisis ini, rumus atau kaidah disampaikan dengan menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang
apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami. Pada penelitian ini hasil analisis data disajikan secara informal karena analisis dilakukan secara kualitatif dengan uraian
penjelasan kata-kata yang mudah dipahami. Pada contoh di atas anak usia 4
–5 tahun menunjukkan adanya pemahaman dalam proses pemerolehan dan pembelajaran berbahasa secara internal dan ekternal walaupun tidak
terlalu mencolok. Perkembangan tersebut berbentuk gradasi pada kemampuan anak memahami tindak tutur deklaratif. Pemahaman anak lebih pada bagaimana anak mulai
menguasai prinsip kesantuan. Beberapa bentuk strategi yang digunakan oleh anak kaitannya agar penerimaannya atau penolakannya terdengar santun adalah dengan menggunakan
penolakan secara langsung dan tidak langsung dengan memberikan alternatif pilihan lain agar penerimaannya atau penolakannya terdengar santun.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, berdasarkan hasil contoh di atas struktur Language Acquisition Device LAD atau alat pemerolehan bahasa yang ada pada anak bekerja dengan baik. Secara kognitif anak
telah mengetahui dan dapat menyampailkan tuturan yang santun dalam bentuk modus tuturan deklaratif serta kemampuan kompetensi tuturan anak berjalan seiring dengan kemampuan
performansinya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Tindak Tutur Deklaratif Bahasa Batak Toba Anak Usia 4 – 5 Tahun pada PAUD
Mawar Motung.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, hasil penelitian ini didasarkan pada pengamatan terhadap sembilan anak, lima orang berjenis kelamin perempuan dan empat
orang berjenis kelamin laki-laki. Pada bagian ini, hasil penelitian akan menjelaskan bagaimana pemerolehan tindak tutur deklaratif bahasa Batak Toba anak usia 4-5 tahun Pada
PAUD Mawar Motung terhadap yang diujarkan oleh pengasuh maupun teman lain ketika sedang terjadi proses interaksi belajar di kelompok bermain tersebut serta mendeskripsikan
hubungan tindak tutur deklaratif bahasa Batak Toba anak usia 4 –5 tahun PAUD Mawar
Motung dengan kesantunan berbahasa. Dalam proses perkembangan, semua anak yang normal pasti akan memperoleh suatu
bahasa yang ilmiah. Dengan kata lain, setiap anak yang normal atau pertumbuhannya wajar, memperoleh suatu bahasa yaitu, “bahasa pertama” atau “bahasa ibu” dalam tahun-tahun
pertama kehidupannya di dunia. Bahasa ibu atau native language adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak Dardjowidjojo, 2003:241. Bahasa inilah yang awalnya dikenal
dan dipergunakan anak dalam kehidupannya sehari-hari sebagai alat komunikasi.
5. Tuturan deklaratif mengiyakan secara verbal berupa jawaban pertanyaan adalah sebagai berikut:
Konteks : Miss pengasuh meminta murid untuk menggambar bendera Indonesia. Situasi : Di dalam ruangan kelas situasi formal
Adryan : Di gusting do bendera on Miss?
Universitas Sumatera Utara