Profil Umum Identitas Karier Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi

Andi Kiswanto, 2014 PROGRAM BIMBINGAN KARIER UNTUK MENGEMBANGKAN IDENTITAS KARIER MAHASISWA Uni vers i ta s Pendi di ka n Indones i a | repos i tory.upi .edu | perpus ta ka a n.upi .edu Moratorium 16 Diffusion 1 Moratorium 1 Achievement 14 Jumlah 32 Jumlah 32 Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa yang memiliki status identitas diffusion yakni enam orang setelah mendapatkan program bimbingan karier status identitasnya berubah menjadi achievement keseluruhannya, begitu juga dengan status identitas foreclosure yang didapatkan dengan pretestt setelah mendapatkan program bimbingan karier seluruhnya status identitasnya berubah menjadi achievement, kecuali mahasiswa dengan status identitas moratorium di pretestt setelah mendapatkan program bimbingan karier 14 orang statusnya menjadi achievement, satu orang tetap dalam status moratorium dan satu orang lainnya berubah statusnya menjadi diffusion.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Bagian ini berisi mengenai pembahasan tentang hasil penelitian program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi tahun akademik 20132014. Pembahasan hasil penelitian yang diungkap yaitu: 1 Profil umum identitas karier mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi; 2 Profil per aspek dan per indikator identitas karier mahasiswa; dan 3 Efektivitas program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi.

1. Profil Umum Identitas Karier Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi

Identitas karier dapat dikatakan sebagai pemaknaan diri terhadap peran karier yang dimilikinya seperti pengalaman, tujuan karier, nilai-nilai, kepercayaan, minat dan kemampuan dengan pendidikan yang ditempuh saat ini dan pekerjaan yang dianggap sesuai di masa depan. Seseorang akan memiliki ketidakjelasan identitas karier apabila tidak bisa memaknai peran karier apa yang sudah dimilikinya. Andi Kiswanto, 2014 PROGRAM BIMBINGAN KARIER UNTUK MENGEMBANGKAN IDENTITAS KARIER MAHASISWA Uni vers i ta s Pendi di ka n Indones i a | repos i tory.upi .edu | perpus ta ka a n.upi .edu Peralihan dari SMA ke perkuliahan, pemilihan jurusan dan perkuliahan tahun pertama merupakan masa yang sangat krusial dalam pembentukan identitas karier seseorang. Karena menurut Moesono Sawitri, 2010 bahwa ternyata siswa SMA tidak pernah betul-betul tahu apa yang diinginkannya, tidak terbiasa tertantang menggali informasi sampai tuntas, namun hanya bermodal informasi yang hanya 40, petunjuk orang tua, dan keberanian berisiko. Sehingga tidak sedikit yang memiliki kebingungan terhadap identitas karier yang dimilikinya dan banyak yang menghadapi keraguan dalam mengambil langkah, menyerahkan tanggung jawab pada orang lain, atau menunda dan menghindar dari tugas, yang dapat mengakibatkan perkembangan kariernya tidak optimal. Hal ini mengarahkan perhatian peneliti pada penelitian yang telah dilakukan para ahli mengenai kaitan antara kurangnya eksplorasi dan atau komitmen dalam beragam domain kehidupan terutama dalam domain pendidikan dan pekerjaan Vondracek, Skorikov, 1995; Osipow, 1994. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa tahun pertama jurusan pendidikan akuntansi dan hasil yang didapatkan adalah 63 orang dari 95 orang berada pada status identitas achievement, dan sisanya yakni 16 orang pada status identitas moratorium, 10 orang pada status identitas foreclosure dan 6 orang pada status identitas diffusion. Erikson mengatakan bahwa seharusnya pada usia remaja akhir seseorang berada pada status identitas achievement. Mahasiswa tingkat pertama seharusnya sudah memiliki gambaran jelas dan stabil mengenai dirinya sendiri terutama setelah memilih jurusan dalam perkuliahan. Menurut Marcia 1993, seseorang yang memiliki status identitas achievement akan kukuh pada pilihannya, tidak akan dapat digoyang oleh godaan yang menghampirinya. Jika ternyata mahasiswa tidak memilih jurusan dengan keadaan dirinya maka dikhawatirkan akan memunculkan masalah di masa yang akan datang dalam hal ini adalah mahasiswa dengan status identitas diffusion, foreclosure dan moratorium. Hal ini didukung oleh penelitian Vondracek et al. 1995 yang menggolongkan tiap seseorang dalam satu status identitas, menunjukkan bahwa Andi Kiswanto, 2014 PROGRAM BIMBINGAN KARIER UNTUK MENGEMBANGKAN IDENTITAS KARIER MAHASISWA Uni vers i ta s Pendi di ka n Indones i a | repos i tory.upi .edu | perpus ta ka a n.upi .edu seseorang dengan status identitas achievement telah bereksplorasi dan telah berkomitmen berdasarkan eksplorasinya tersebut memiliki keraguan mengambil keputusan karir yang lebih rendah daripada seseorang dengan status identitas moratorium sedang bereksplorasi namun belum berkomitmen, foreclosure tidak bereksplorasi namun berkomitmen, maupun diffusion tidak bereksplorasi dan belum berkomitmen. Selain itu, ditemukan pula fakta diluar dugaan bahwa partisipan foreclosure ketika dibandingkan dengan kelompok lain yang belum berkomitmen, tidak menunjukkan perbedaan dalam tingkat keraguan mengambil keputusan, padahal kelompok foreclosure diharapkan memiliki tingkat keraguan mengambil keputusan yang lebih rendah daripada moratorium dan diffusion. Ketika keempat status identitas diukur dengan skor kontinyu, sehingga pada tiap seseorang bisa diperoleh skor achievement, moratorium, foreclosure, maupun diffusion, penelitian Wallace-Broscious, Serafica, dan Osipow 1994 menunjukkan hasil yang senada. Status identitas achievement berhubungan negatif, sedangkan status identitas moratorium, foreclosure, dan diffusion, berhubungan positif dengan keraguan mengambil keputusan karir. Terdapat berbagai alasan-alasan memasuki perguruan tinggi, Herr Crammer 1984 mengelompokkannya menjadi tiga kategori 1 untuk kepuasan diri, mahasiswa-mahasiswa yang tergolong kategori ini terutama mencari identitas pribadi dan pemenuhan diri; 2 untuk mengejar karier, mahasiswa-mahasiswa yang tergolong dalam kategori ini menerima persiapan khusus atau menyiapkan diri untuk latihan dan pendidikan yang lebih tinggi. Pengalaman perguruan tinggi dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan dan bukan sebagai tujuan itu sendiri; 3 untuk menghindar, terdapat mahasiswa dalam peguruan tinggi motivasinya adalah untuk menghindari pernikahan atau wajib militer. Ketiganya memiliki motivasi yang berbeda dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi sehingga memerlukan pelayanan bimbingan karier yang berbeda pula. Menurut Clark Trow Suherman, 2013 terdapat empat budaya mahasiswa yang dominan 1 Kolegiat, mengejar kesenangan; 2 vokasional, memandang perguruan tinggi sebagai suatu jenis latihan di luar jabatan, suatu organisasi mata kuliah dan kredit yang mengantar pada suatu diploma dan Andi Kiswanto, 2014 PROGRAM BIMBINGAN KARIER UNTUK MENGEMBANGKAN IDENTITAS KARIER MAHASISWA Uni vers i ta s Pendi di ka n Indones i a | repos i tory.upi .edu | perpus ta ka a n.upi .edu pekerjaan yang lebih baik daripada yang mungkin diharapkan; 3 akademik, mengejar pengetahuan; 4 nonkonformis, mahasiswa-mahasiswa yang mencari ide biasanya menggunakan kelompok luar kampus sebagai produk. Seperti halnya dengan motivasi memasuki perguruan tinggi, budaya mahasiswa masing-masing tidak berdiri sendiri. Mahasiswa dapat bergeser dari yang satu ke yang lainnya. Perubahan dalam identifikasi cultural mahasiswa biasanya membawa serta perubahan dalam pemikiran karier, sehingga perlu direspon secara serius. Erikson Marcia, 1993 mengemukakan bahwa tugas perkembangan mahasiswa adalah mencapai berbagai aspek identitas, eksplorasi dan pembuatan keputusan karier komitmen merupakan peran yang paling penting dalam sebuah proses pembentukan identitas. Seligman 1994 mengatakan bahwa kemampuan memilih dan menentukan keputusan karier pada mahasiswa merupakan pemecahan masalah identitas, sehingga ketidakmampuan memilih dan menentukan karier pada mahasiswa akan mengganggu perkembangan diri mahasiswa.

2. Profil Per Aspek Dan Per Indikator Identitas Karier Mahasiswa