64
BAB III PROSES PELAKSANAAN JUAL BELI BANGUNANDAN PENDAFTARAN
HAK GUNA BANGUNAN YANG HAKNYA TELAH BERAKHIR DIATAS HAK PENGELOLAAN
A. Tata Cara Pelaksanaan Jual Beli Bangunan di Atas Tanah Hak Guna Bangunan yang Haknya Telah Berakhir di atas Hak Pengelolaan Nomor
1Petisah Tengah yang Dikelola Pemerintah Kota Medan Berdasarkan Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata untuk
selanjutnya disebut KUHPerdata, pengertian jual beli yaitu, ”suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan sesuatu hak milik atas
sesuatu barang dan pihak lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.”
39
Perbuatan jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu benda dan pihak yang lain membayar
harga yang telah dijanjikan.
40
Sebelum melakukan peralihan hak atas tanah berikut bangunannya tersebut dengan jual beli, antara kedua belah pihak penjual maupun pembeli terlebih dahulu
melakukan perjanjian atau kesepakatan mengenai bidang tanah dan bangunan yang akan dialihkan haknya tersebut. Jual beli dalam pengertian tersebut adalah suatu
kewajiban-kewajiban tertentu yang harus dilakukan dan masih bersifat obligatoir, maksudnya adalah perjanjian jual beli yang baru meletakkan hak dan kewajiban
39
R. Subekti I, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Burgerlijk Wet Boek,, Jakarta:
Pradnya Paramitha 1996, hal.366.
40
Kartono, SH, Persetujuan Jual-beli,, Jakarta: Pradnya Paramita, 1982, hal.7
64
Universitas Sumatera Utara
65
timbal balik antara kedua belah pihak namun pemindahan haknya masih belum terjadi.
41
Namun jika diteliti lebih lanjut, jual beli tanah yang sering terjadi bukanlah suatu perjanjian sebagaimana yang dimaksud dalam KUHPerdata, melainkan suatu
perbuatan hukum yang dimaksudkan untuk menyerahkan tanah yang bersangkutan oleh penjual kepada pembeli dan bersamaan dengan itu penjual menyerahkan
harganya kepada pembeli. Jadi, antara pembayaran harga dan penyerahan haknya dilakukan secara bersamaan dan sejak itu pula hak atas tanah yang bersangkutan telah
berpindah. Pengertian hak atas tanah kepada pihakorang lain yaitu dari penjual kepada pembeli.
42
Menurut pasal 1474 KUHPerdata, pihak penjual mempunyai 2 kewajiban, yaitu :
1. Menyerahkan levering barang yang dijual; Penyerahan seperti yang dimaksud dalam pasal 1475 KUHPerdata yakni
pemindahan barang yang telah dijual ke dalam kekuasaan dan kepunyaan si pembeli.
2. Menanggung; Penanggungan yang menjadi kewajiban si penjual terhadap si pembeli adalah
untuk menjamin dua hal, yaitu penguasaan benda yang dijual secara aman dan
41
Sudaryo Solmin, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Jakarta: Sinar Grafika 1993, hal. 95
42
Harun Al Rasyid, Sekilas Tentang Jual Beli Tanah Berikut peraturan-peraturannya, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987, hal. 50.
Universitas Sumatera Utara
66
tentram serta cacat-cacat barang tersebut yang tersembunyi atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan alasan untuk pembatalan pembelian.
43
Jual beli juga mempunyai sifat konsensuil sebagaimana ketentuan Pasal 1458 KUHPerdata bahwa hak atas tanah yang dijual itu baru berpindah kepada pembeli
dengan dilakukannya perbuatan hukum lain yang disebut dengan penyerahan yuridis seperti yang disebutkan dalam Pasal 1459 KUHPerdata.
Berbeda halnya dengan sistem hukum barat, dimana hak atas tanah berikut bangunan yang ada diatasnya tidak dapat langsung berpindah kepada si pembeli
selama penyerahan yuridisnya misalnya, balik nama belum dilakukan karena antara perjanjian jual beli dengan penyerahan yuridis juridische levering menurut Pasal
612, 613 dan 616 KUHPerdata dipisahkan secara tegas, dimana ada perbuatan hukum selanjutnya yang harus dilakukan untuk mengukuhkan bahwa si pembeli sebagai
pemilik tanah yang baru. Didalam jual beli tanah, tujuan membeli hak atas tanah adalah supaya dapat secara sah menguasai dan mempergunakan tanah, tetapi secara
hukum yang dibeli atau dijual bukan tanahnya tetapi hak atas tanahnya.
44
Peralihan hak atas tanah berikut bangunan di atasnya karena jual beli yaitu perbuatan hukum yang merupakan penyerahan hak atas tanah berikut bangunannya
oleh penjual kepada pembeli penyerahan tanah untuk selama-lamanya oleh penjual kepada pembeli yang pada saat itu juga membeli dan menyerahkan harganya kepada
penjual. Oleh karena hal ini adalah suatu perjanjian, maka setiap pemilik hak atas
43
Kartono, SH, Op.Cit., hal. 37
44
www.catatanabida.blogspot.com201208peralihan-hak-atas-tanah-karena-jual.html diakses pada hari Kamis tanggal 11 April 2013 , pukul 01.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
67
tanah yang hendak mengalihkan haknya hendaknya memperhatikan ketentuan- ketentuan yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian.
45
Ada 4 empat syarat mengenai sahnya suatu perjanjian jual beli hak atas tanah berikut bangunan yang ada di atasnya, menurut Pasal 1320 KUHPerdata,
yaitu : 1.
Adanya kesepakatan kedua belah pihak yang mengikat dirinya Dalam syarat ini berarti kedua belah pihak sama-sama sepakat untuk
mengadakan suatu perjanjian jual beli yang mutlak dibuatkan suatu perjanjian tertulis berupa akta yang harus dibuat dan dihadapan PPAT.
2. Orang yang melakukan perbuatan itu harus cakap bertindak dalam hukum
Kecakapan disini artinya adalah mereka yang sudah dewasa dan tidak berada dalam pengampuan atau perwalian. Dengan kata lain, untuk mengadakan suatu
perjanjian perbuatan hukum dalam hal ini perjanjian jual beli hak atas tanah, maka yang berhak adalah para pihak yang sudah memenuhi syarat dewasa
menurut hukum, sehat pikiran dan tidak berada dibawah pengampuan. 3.
Adanya hal tertentu Artinya apa yang diperjanjikan harus dicantumkan dengan jelas dalam akta jual
beli mengenai bentuk dan isinya, misalnya luas tanah, letak, hak serta kewajiban kedua belah pihak dan lain sebagainya.
4. Adanya sebab yang halal
45
www.katorhukum.co.idfiat-justitia-ruat-coelumperalihan-hak-atas-tanah-karena-perbuatan- hukum diakses pada hari Kamis tanggal 11 April 2013, pukul 01.15 WIB.
Universitas Sumatera Utara
68
Dalam mengadakan suatu perjanjian, isi dan tujuan perjanjian itu harus jelas dan berdasarkan atas keinginan kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian,
sehingga maksud dan isi perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang- undang, kesusilaan dan ketertiban umum.
Terhadap bangunan di atas tanah yang hak guna bangunannya telah berakhir, prosedur tahapan dan tata caranya mengacu pada jual beli tanah dan bangunan pada
umumnya. Lembaga jual beli tanah merupakan perbuatan hukum yang bersifat tunai. Dalam jual beli tanah yang terpenting adalah kepentingan pihak pembeli dalam
hubungannya dengan penjual. Hak guna bangunan yang haknya telah berakhir artinya haknya sudah tidak
ada dan tidak terdaftar lagi di Kantor Pertanahan setempat. Hak atas tanah yang telah berakhir haknya, status tanahnya kembali kepada negara sampai dengan diberikannya
hak baru lagi.. Namun dalam hal hak atas tanah yang haknya telah berakhir di atas tanah hak pengelolaan, maka status tanah akan kembali kepada pemegang hak
pengelolaan tersebut. Jual beli yang dilakukan terhadap bangunan di atas tanah hak guna bangunan yang haknya telah berakhir dilakukan dihadapan pejabat yang
berwenang yakni Notaris dimana Notaris membuat akta otentik yaitu Akta Jual Beli Rumah dan Pengoperan Hak.
Hak atas tanah dan bangunan yang bersangkutan sudah berpindah kepada pembeli pada waktu perbuatan hukum jual belinya selesai atau pada saat akta jual beli
dan pengoperan hak ditandatangani oleh penjual dan pembeli dihadapan notaris. Jual beli rumah dan pengoperan hak merupakan salah satu perbuatan hukum untuk
Universitas Sumatera Utara
69
mengalihkan hak atas tanah dan bangunan, hal ini disebutkan dalam Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan
atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah danatau Bangunan. Akta jual beli rumah dan pengoperan hak yang dibuat dihadapan notaris merupakan alat bukti
bahwa pembeli sudah menjadi pemegang haknya yang baru. Adapun dalam hal ini yang menjadi objek jual beli adalah hak kepemilikan
atas bangunan yang telah didirikandibangun oleh pemegang hak, dan yang dioperkan adalah hak guna bangunan yang akan dimohonkan menjadi hak baru di atas hak
pengelolaan dengan dasar ijinrekomendasi pemegang hak pengelolaan dalam hal ini Pemko Medan.
Oleh karena itu, sebelum melakukan perbuatan hukum jual beli tersebut dihadapan Notaris, si pemegang hak harus terlebih dahulu melakukan pengurusan
ijinrekomendasi untuk dilakukannya jual beli terhadap hak atas bangunan di atas tanah yang telah berakhir tersebut kepada Pemko Medan yang memberikan
ijinrekomedasi berupa persetujuan atau tidaknya dilakukan jual beli terhadap bangunan di atas tanah hak guna bangunan di atas tanah hak pengelolaannya.
Didalam prosedur pembuatan akta jual beli rumah dan pengoperan hak harus dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan dan
sekurang-kurangnya 2 dua orang saksi yang memenuhi syarat untuk memberi kesaksian mengenai kehadiran para pihak yang bersangkutan, keberadaan dokumen
yang ditunjuk dalam akta dan telah dilaksanakannya perbuatan hukum tersebut oleh para pihak yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
70
Sebelum akta minuta ditandatangani oleh para pihak dan saksi-saksi, notaris wajib membacakannya pada para pihak yang bersangkutan dan memberi penjelasan
mengenai isi dan maksud pembuatan akta itu serta prosedur pendaftaran yang harus dilaksanakan selanjutnya. Setelah akta minuta tersebut ditandatangani para pihak,
saksi-saksi dan notaris, akta minuta disimpan oleh notaris sebagai arsip negara kemudian notaris membuat salinan dari akta tersebut yang hanya ditandatangani oleh
notaris di atas meterai secukupnya untuk diserahkan kepada pembeli sebagai bukti bahwa pembeli telah mendapat peralihan hak atas tanah tersebut.
B. Kewenangan Para Pihak Untuk Dapat Melakukan Peralihan Bangunan di Atas Tanah Hak Guna Bangunan yang Haknya Telah Berakhir diatas Hak
Pengelolaan Dengan Jual Beli Berdasarkan Surat Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 630.1-3433 tanggal 17 September 1998 menyatakan bahwa kewenangan untuk melaksanakan sebagian dari hak menguasai dari negara atas tanah
yang dilimpahkan kepada pemegang hak pengelolaan adalah kewenangan untuk merencanakan penggunaan tanah yang bersangkutan dan menunjuk badan hukum
atau orang yang diberi hak untuk menggunakannya dengan sesuatu hak atas tanah tertentu sesuai UUPA, dan kewenangan tersebut dalam hal ini dimiliki oleh Pemko
Medan sebagai pemegang Hak Pengelolaan. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa ditunjuk oleh pemegang Hak Pengelolaan
berdasarkan perjanjian antara pemegang Hak Pengelolaan dengan calon pemegang hak atas tanah di atas tanah pengelolaan, maka Hak Guna Bangunan ataupun hak-hak
atas tanah lainnya tidak dapat diberikan oleh Pejabat Badan Pertanahan Nasional atau
Universitas Sumatera Utara
71
Kantor Pertanahan setempat yang berwenang memberikan hak atas tanah diatas tanah Hak Pengelolaan tersebut.
Pemko Medan sebagai penyelenggara pemerintahan di daerah memiliki kewenangan dibidang pertanahan sebagai pengendali politik pertanahan lokal dan
administrasi pertanahan yang berkaitan dengan kebijakan dalam rangka penataan tata guna tanah untuk kehidupan masyarakat dalam rangka perencanaan sosial maupun
ekonomi untuk menghadapi tantangan kedepannya. Kewenangan semacam ini memang pada tempatnya diserahkan kepada pemerintah kabupatenkota mengingat
kebijakan pemerintah pusat tidak mampu menjangkau setiap detail permasalahan tersebut.
46
Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah KabupatenKota, pemerintahan kabupatenkota mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang berdasarkan kriteria pembagian urusan
pemerintahan yang wajib dan urusan pilihan,
47
dimana urusan wajib tersebut terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar yakni dibidang pertanahan. Hal ini
dikarenakan kewenangan dibidang pertanahan merupakan salah satu bidang yang paling penting dan strategis misalnya berupa monitoring dan pembinaan perolehan
tanah serta perencanaan kegiatan penggunaan tanah di wilayah kota setempat.
46
Ibnu Subiyanto, “Peluang dan Tantangan Peningkatan Pelayanan Kepada Masyarakat di Era Desentralisasi”, Jakarta : Bappenas, 2002, hal. 6 dalam Arie Sukanti Hutagalung, Kewenangan
Pemerintah dibidang Pertanahan”, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hal. 169.
47
Arie Sukanti Hutagalung, , Kewenangan Pemerintah dibidang Pertanahan”, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hal. 161.
Universitas Sumatera Utara
72
Walaupun untuk melakukan perbuatan hukum peralihan hak dengan jual beli terhadap tanah yang telah terdaftar bersertipikat merupakan kewenangan dari
seorang PPAT, namun khusus untuk bangunan di atas tanah hak guna bangunan yang haknya telah berakhir, pejabat yang memiliki kewenangan adalah Notaris, sesuai
dengan Pasal 15 ayat 2 huruf f UUJN. Pada dasarnya Notaris sebagai pejabat umum memiliki tugas dan kewenangan yang pokok yakni untuk membuat akta otentik
sebagai alat bukti yang sempurna seperti yang ditegaskan dalam Pasal 1868 Burgerlijk Wetboek BW yang berbunyi: “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang
dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta ini dibuat.” Dengan demikian akta
yang dibuat oleh Notaris sebagai pejabat umum adalah suatu alat bukti yang memiliki kepastian hukum karena dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk
itu. Dari perumusan tersebut, dapat diketahui bahwa ada 2 dua jenis akta otentik,
yaitu: 1. Akta yang diperbuat oleh door een Notaris.
Akta seperti ini biasanya diberi nama “akta relaas” atau “acara”. Akta ini merupakan keterangan atau kesaksian dari Notaris tentang apa yang dilihat,
atau apa yang disaksikannya terhadap perbuatan yang dilakukan orang lain. Yang termasuk jenis akta ini antara lain akta berita acara rapat pemegang
saham perseroan terbatas, akta berita acara rapat direksi perseroan terbatas, akta pendaftaran atau inventaris harta peninggalan, akta berita acara penarikan
undian.
2. Akta yang dibuat dihadapan ten overstaan van een Notaris. Akta ini dinamakan akta pihak-pihak partij-akte. Isi akta ini ialah catatan
Notaris yang bersifat otentik mengenai keterangan-keterangan dari para penghadap yang bertindak sebagai pihak-pihak dalam akta bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
73
Golongan akta ini termasuk akta jual beli, sewa menyewa, perjanjian pinjam pakai, akta persetujuan kredit, dan sebagainya.
48
Sebagai pejabat umum yang ditunjuk oleh Pemerintah, Notaris ditugaskan untuk membantu masyarakat umum dalam hal membuat perjanjian-perjanjian yang
ada atau timbul dalam masyarakat, yakni mempunyai wewenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diperintahkan oleh
peraturan umum atau diminta oleh para pihak yang membuat akta.
49
Tujuannya adalah agar supaya akta tersebut dapat digunakan sebagai bukti yang kuat jika suatu
saat terjadi perselisihan antara para pihak atau gugatan dari pihak lain dimana akta otentik tersebut merupakan alat bukti tertulis terkuat dan terpenuh yang memberi
sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara secara murah dan cepat. Pada awalnya jabatan Notaris dalam membuat akta berdasarkan suatu aturan
atau berpedoman pada Reglement op het Notaris-ambt in Indonesie Staadsblaad Nomor 3 Tahun 1860. Namun pada perkembangannya aturan ini diganti dengan
UUJN. Notaris selaku pejabat umum mempunyai kewenangan membuat akta otentik, yang merupakan bukti tertulis perbuatan hukum para pihak dalam bidang hukum
perdata.
50
Sejarah lahirnya notaris diawali dengan lahirnya profesi scribae pada jaman Romawi kuno abad kedua dan ketiga sesudah masehi. Scribae adalah seorang
48
M.U. Sembiring, Teknik Pembuatan Akta, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara: Program Pendidikan Spesialis Notaris, 1997, hal.3
49
Sudikno Mertokusumo, “Arti Penemuan Hukum Bagi Notaris”, Renvoi Nomor 12, tanggal 3 Mei 2004, hal 49
50
Dodi Radjasa Waluyo, “Kewenangan Notaris Selaku Pejabat Umum”, Media Notariat Menor, edisi Oktober-Desember 2001, hal 63.
Universitas Sumatera Utara
74
terpelajar yang bertugas mencatat nota minuta akan sebuah kegiatan atau keputusan kemudian membuat salinan dokumennya, baik yang sifatnya publik maupun privat.
51
Notaris diberi wewenang serta mempunyai kewajiban untuk melayani publik, oleh karena itu notaris ikut melaksanakan kewibawaan dari pemerintah.
Semula dalam Peraturan Jabatan Notaris PJN kewenangan Notaris tidak melingkupi hal-hal yang berkaitan dengan pertanahan. Namun pada aturan yang baru
yakni UUJN, kewenangan Notaris mengalami perluasan yang diimplementasikan melalui Pasal 15 ayat 2 hufur f, yakni Notaris juga memiliki kewenangan dalam
bidang yang berkaitan dengan pertanahan. Hal ini wajar jika dilihat dari perkembangan jaman dimana seorang Notaris
semakin dituntut untuk semakin berkembang dalam hal mempermudah pelayanan kepada masyarakat sebagai pengguna jasa Notaris khususnya dalam hal pertanahan.
Namun pada perkembangannya, kewenangan Notaris yang bertambah dan mengalami perluasan ini tidak berjalan seperti seharusnya. Hal ini karena sebagian pihak
menginterpretasikan bermacam-macam dan bahkan sebagian lagi berpendapat bahwa kewenangan ini telah mengenyampingkan kewenangan PPAT sebagai pejabat yang
ditunjuk dan memiliki kewenangan yang bersifat khusus dalam pembuatan akta mengenai perbuatan hukum yang berkaitan dengan pertanahan. Hal ini juga membuka
kesempatan bagi Notaris untuk dapat membuat perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah.
51
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jatidiri Notaris Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008, hal.40
Universitas Sumatera Utara
75
Dalam prakteknya, walaupun dalam UUJN terdapat klausula tentang kewenangan Notaris untuk membuat akta-akta yang berhubungan dengan pertanahan,
namun yang dapat dibuat oleh dan dihadapan Notaris hanyalah peralihan hak atas tanah yang telah berakhir jangka waktunya dan telah menjadi tanah negara, atau
tanah-tanah yang memang hanya merupakan hak sewa atau hak-hak menumpang pada hak atas tanah lainnya.
Akta-akta yang dibuat misalnya berupa akta pengoperan hak, akta pengikatan jual beli, akta pengikatan hibah, akta pelepasan hak atau jual beli rumah dan
pengoperan hak. Sedangkan untuk tanah-tanah yang hak nya masih ada belum habis jangka waktunya – untuk HGB, HGU, Hak Pakai, atau tanah Hak Milik misalnya
maka yang digunakan adalah akta PPAT untuk proses jual beli, hibah, inbreng, tukar menukar atau pembebanan hak diatasnya. Notaris dalam membuat aktanya selain
harus berpedoman pada UUJN, juga harus memperhatikan ketentuan-ketentuan tentang jabatan PPAT yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah dan PP No.24 tahun 1997. Seorang notaris dalam menjalankan tugas profesinya harus menyadari batas-
batas kewenangannya serta kewajiban yang telah di tentukan oleh Undang-undang. Undang-undang memberi wewenang kepada notaris untuk menciptakan alat
pembuktian yang mutlak, yaitu akta otentik. Akta notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan
dalam undang-undang, maksudnya adalah suatu akta yang isinya pada pokoknya dianggap benar.
Universitas Sumatera Utara
76
Hal tersebut sangat penting untuk mereka yang membutuhkan alat pembuktian untuk suatu keperluan, baik untuk pribadi maupun untuk kepentingan suatu usaha.
Kehadiran dan perlunya ada serta terciptanya akta otentik jika dilihat dari asas manfaatnya adalah karena kebutuhan masyrakat akan pentingnya alat bukti tertulis
yang mempunyai kedudukan istimewa khususnya dalam bidang hukum perdata yang sangat erat kaitannya dengan kewajibanbeban pembuktian khusus sengketa dan
perkara menurut hukum acara perdata. Notaris sebagai pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah termasuk unsur
penegakan hukum yang memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat dan berstatus profesi swasta yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
kewenangan lainnya
sebagaimana yang
dimaksud dalam
UUJN. Adapun
kewenangannya antara lain membuat akta mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan, sepanjang permbuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. Dengan perkataan lain, wewenang Notaris bersifat umum regel sedangkan wewenang para pejabat lain
adalah pengecualian. Hal inilah yang menyebabkan apabila di dalam suatu perundang-undangan
untuk suatu perbuatan hukum diharuskan adanya akta otentik terkecuali oleh undang- undang tersebut dinyatakan secara tegas bahwa selain dari Notaris, pejabat umum
lainnya juga turut berwenang untuk pembuatan sesuatu akta tertentu. Adapun akta-
Universitas Sumatera Utara
77
akta yang pembuatannya juga ditugaskan kepada pejabat lain atau oleh undang- undang dikecualikan pembuatannya kepadanya, antara lain:
52
1. Akta pengakuan anak diluar kawin Pasal 281 KUHPerdata;
2. Berita acara tentang kelalaian pejabat penyimpan hipotek Pasal 1227
KUHPerdata; 3.
Berita acara tentang penawaran pembayaran tunai dan konsinyasi Pasal 1405 dan Pasal 1406 KUHPerdata;
4. Akta protes wesel dan cek Pasal 143 dan Pasal 218 KUHDagang;
5. Akta catatan sipil Pasal 4 KUHPerdata;
Pada dasarnya notaris sebagai pejabat umum memiliki tugas dan kewenangan yang pokok yakni memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat sebagai
perpanjangan tangan dari pemerintah dalam lapanganbidang hukum perdataprivat yaitu untuk membuat akta otentik guna tercapainya kepastian hukum dan sebagai alat
bukti yang sempurna. Akta adalah tulisan yang ditandatangani oleh para pihak yang berkepentiangan yang bertujuan menjadi alat bukti.
53
Kewenangan utama Notaris adalah untuk membuat akta otentik, otensitas dari akta Notaris tersebut menjadikan Notaris sebagai pejabat umum openbaar
ambtenaar, sehingga dengan demikian akta yang dibuat oleh Notaris dalam kedudukannya tersebut memperoleh sifat akta otentik seperti yang dimaksud dalam
Pasal 1968 KUHPerdata. Akta otentik akan menjadi sah secara hukum apabila akta tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai alat bukti dan mempunyai kekuatan
pembuktian hukum yang sempurna, artinya akta tersebut telah mempunyai kekuatan pembuktian keluar baik dalam bentuk formil maupun materiil karena itu
52
R. Soegondo Notodisuryo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta, 1993, hal.53
53
M.U. Sembiring, Op.Cit., hal.3.
Universitas Sumatera Utara
78
kedudukannya sama dengan undang-undang yaitu apabila suatu pihak mengajukan sebuah akta resmi maka apa yang tertulis di dalam akta itu harus dipercayai oleh
hakim, kecuali jika ada bukti lawan yang dapat membuktikan sebaliknya. Seorang notaris diperkenankan menentukan sendiri judul akta atau kepala
akta, sebagai misalnya untuk pembuatan akta peralihan hak atas tanah Notaris bebas menentukan judul aktanya, hanya saja isi dari akta-akta tersebut harus sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku. Untuk akta-akta tanah, sebenarnya merupakan kewenangan khusus dari PPAT karena untuk membuat akta otentik dalam perjanjian
peralihan hak atas tanah dimaksudkan untuk memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah ataupun meminjamkan
uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan. Namun dalam kenyataannya perjanjian peralihan hak atas tanah seperti yang disebutkan di atas dapat dilaksanakan
dihadapan Notaris. Terhadap tanah-tanah yang bersertipikat, jual beli atau pengalihan hak atas
tanah berikut segala sesuatu yang berada di atas tanah tersebut harus dilaksanakan dihadapan PPAT tetapi ada kalanya kewajiban PPAT ini atas permintaan para
pihakpenghadap dibuat dengan akta notaris. Bentuk akta yang dibuat oleh PPAT untuk peralihan hak atas tanah adalah akta yang berbentuk baku yaitu yang
mempergunakan formulir baku yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga setiap deeds of coveyance setiap peralihan hak ataupun pengikatan sebagai jaminan
dengan hak tanggungan haruslah menggunakan formulir baku tersebut. Akta PPAT ditentukan secara baku dan seragam oleh menteri dimulai dari pemberlakuan
Universitas Sumatera Utara
79
Peraturan Menteri Agraria PMA Nomor 11 tahun 1961, PP No.241997 Pasal 38 ayat 2, PMA No.3 Tahun 1997 dan PP No.37 tahun 1998 Pasal 21 ayat 1.
Walaupun demikian, akta-akta tersebut tetap dikualifikasikan sebagai akta otentik sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 PP No.37 tahun 1998. Di dalam penjelasan
Pasal 21 ayat 1 ditegaskan bahwa untuk memenuhi syarat otentiknya suatu akta, maka akta PPAT wajib ditentukan bentuknya oleh menteri.
54
Sedangkan bentuk akta notaris diatur berdasarkan UUJN.
Demi perlindungan hukum bagi notaris maka akta notaris harus dibuat secara sungguh-sungguh dan seksama berdasarkan pada fakta kebenaran materiil, demikian
peringatan yang diberikan oleh Mahkamah Agung kepada notaris.
55
Notaris berwenang menyangkut akta yang dibuatnya itu yang ditugaskan atau dikecualikan
kepadanya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Notaris ditentukan daerah hukumnya daerah jabatannya dan hanya di dalam daerah yang ditentukan baginya
itu ia berwenang untuk membuat akta otentik. Apabila persyaratan di atas tidak dipenuhi, maka akta yang dibuatnya menjadi tidak otentik dan hanya mempunyai
kekuatan seperti akta yang dibuat di bawah tangan. Begitu pula dengan tanggung jawab Notaris dalam pembuatan akta Jual Beli
Rumah dan Pengoperan Hak, dimana akta tersebut dapat dijadikan sebagai bukti untuk memastikan suatu peristiwa hukum dengan tujuan untuk menghindarkan suatu
sengketa dikemudian hari, maka pembuatan akta harus dibuat sedemikian rupa
54
www.apakabarakta.blogspot.com201212kajian-juridis-eksistensi-ppat-selaku.html diakses pada tanggal 10 Juli 2013 pukul 13.00 WIB.
55
R. Soegondo Notodisoerjo, Op.Cit., hal. 96
Universitas Sumatera Utara
80
sehingga apa-apa yang ingin dibuktikan dengan itu dapat diketahui dengan mudah dari akta yang telah dibuat. Berdasarkan Pasal 15 ayat 1 UUJN, akta jual beli dan
pengoperan hak dapat dilakukan di hadapan seorang notaris sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain
yang ditetapkan dengan undang-undang plus kewenangan Pasal 15 ayat 2. Hal ini menunjukkan bahwa dasar kewenangan notaris dalam membuat akta
peralihan hak atas tanah termasuk didalamnya akta jual beli rumah dan pengoperan hak adalah berdasarkan Pasal 1, Pasal 15 ayat 1 dan 2 dan Pasal 16 ayat 1 huruf
d UUJN, Pasal 2 ayat 2 dan ayat 3 UUPA dan Pasal 1457 KUHPerdata dimana isi dari setiap pasal tersebut menjelaskan Notaris dapat membuat akta peralihan hak atas
tanah berikut segala sesuatu bangunan yang ada di atasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan apabila diminta oleh klien, notaris wajib memberikan pelayanan
sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya. Dengan demikian, notaris berwenang membuat akta peralihan hak atas
tanah berikut bangunan yang ada di atasnya yakni membuat akta berdasarkan undang- undang, sedangkan PPAT berdasarkan peraturan pemerintah.
Adapun mengenai pembuatan akta jual beli dan pengoperan hak tersebut tidak dapat dilakukan oleh PPAT, karena untuk membuat peralihan hak atas tanah PPAT
hanya menuangkan perbuatan hukum tersebut pada blangko atau format yang telah ditetapkan oleh kantor pertanahan yang diperuntukkan untuk itu, seperti akta jual beli,
akta tukar menukar, akta hibah, akta pemasukan ke dalam perusahaan, akta
Universitas Sumatera Utara
81
pemberian hak tanggungan, akta pemberian hak guna bangunan atas tanah hak milik dan akta pembagian hak bersama.
Akibat hukum dari suatu akta yang seharusnya dibuat dihadapan PPAT namun pada kenyataannya dibuat di hadapan notaris adalah tetap sah sepanjang dalam
membuat aktanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila akta notaris yang dibuat tersebut menyimpang dari ketentuan yang berlaku mengakibatkan akta tersebut
menjadi tidak sah karena mengandung cacat hukum. Dalam praktiknya, walaupun di dalam UUJN dimasukkan klausula tentang kewenangan notaris untuk membuat akta-
akta yang berhubungan dengan pertanahan, namun yang dibuat oleh Notaris hanyalah peralihan hak atas bangunan di atas tanah hak guna bangunan yang sudah berakhir
jangka waktunya dan sudah menjadi tanah Negara, atau tanah-tanah yang memang hanya merupakan hak sewa atau hak-hak yang menumpang pada hak atas tanah
lainnya. Peralihan hak atas tanah yang seharusnya aktanya dibuat di hadapan PPAT
dapat juga dibuat di hadapan notaris, dapat disebabkan karena ada beberapa syarat yang belum dapat dipenuhi oleh penjual maupun pembeli, yaitu :
1. Sertipikat tanah yang menjadi objek jual beli masih terikat dalam jaminan pembebanan hak tanggungan APHT, sehingga harus diroya dihapus
terlebih dahulu di kantor pertanahan setempat; 2. Sertipikat yang masih terdaftar atas nama orang lain atau pewaris, harus
terlebih dahulu dibaliknamakan keatas nama pemegang hak atau keatas nama para ahli waris;
Universitas Sumatera Utara
82
3. Sertipikat induk belum dipecah-pecah sedangkan yang dibeli hanya sebagian
kecil dari luas tanah tersebut; 4.
Pembeli hak milik atas tanah adalah perseroan terbatas yang tidak dibenarkan oleh undang-undang untuk memiliki hak milik atas tanah;
5. Tanah yang akan dibeli masih merupakan tanah absentee;
6. Pembeli tanah hak milik adalah orang asing yang tidak berhak mempunyai
hak milik atas tanah di Indonesia, kecuali hak pakai; 7.
Pembeli telah mempunyai tanah yang melebihi batas maksimal yang ditentukan undang-undang sehingga harus ada atau mendapat ijin dari pejabat
yang berwenang untuk itu; 8.
Hak atas tanah telah berakhir dan harus dilakukan perpanjangan atau pembaharuan haknya terlebih dahulu;
9. Hak atas tanah negara atau tanah hak pengelolaan yang harus mendapat
rekomendasi dari pihak yang berwenang atau pemegang hak pengelolaan; 10. Belum dibayarnya pajak penghasilan PPh berdasarkan undang-undang
nomor 17 tahun 2000 yang merupakan kewajiban pihak penjual; 11. Belum dibayarnya pajak BPHTB berdasarkan undang-undang nomor 20 tahun
2000 yang merupakan kewajiban pihak pembeli; 12. Sertipikat belum terbit atau masih dalam proses pengurusan di kantor
pertanahan. Dengan demikian, bahwa fungsi notaris dapat mendukung fungsi PPAT
karena dalam suatu peralihan hak atas tanah apabila ada salah satu subjek atau objek
Universitas Sumatera Utara
83
yang tidak memenuhi syarat untuk dilaksanakan perbuatan hukum pengalihan hak atas tanah tersebut misalnya terhadap tanah yang sudah bersertipikat namun
sertipikat induk belum dipecah-pecah atau tanah yang akan dibeli masih berupa tanah absentee yang justru harus dilaksanakan dengan akta yang dibuat di hadapan notaris.
Dengan demikian, kewenangan Pemko Medan sebagai pemegang hak pengelolaan di pasar petisah mutlak pada pemberian persetujuan atau rekomendasi
terhadap jual beli hak guna bangunan yang telah berakhir diatas hak pengelolaan di pasar petisah tersebut yang haknya akan dialihkan dari pemegang hak lama kepada
pemegang hak yang baru serta menerima sejumlah harga yang dikenal dalam bentuk retribusi terhadap bangunan yang akan dialihkan atau dilepaskan dari tanah
pengelolaan yang dikuasai oleh Pemko Medan. Dimana penghitungan retribusi tersebut dihitung dengan menggunakan rumus :
Adapun bentuk retribusi kepada Pemko Medan ini dapat menjadi salah satu bentuk pemasukan terhadap sumber keuangan bagi daerah yang dikelola Pemko
Medan itu sendiri. Oleh karena itu peningkatan hak menjadi hak milik jarang dilakukan oleh pemohon hak baru ataupu diberi rekomendasi oleh Pemko Medan
karena pasar
petisah itu
merupakan aset
daerah yang
digunakan untuk
mempertahankan kelangsungan usaha secara umum dan kemungkinan sewaktu-waktu Nilai Jual Objek Pajak NJOP x Luas Tanah x 20 tahun x 0,30
Universitas Sumatera Utara
84
Pemko Medan ingin memakai lokasi tersebut tidak terhalang dengan pemberian hak milik tersebut.
56
Sedangkan kewenangan lain berada pada Kantor Pertanahan Kota Medan sebagai
perekam recorder
terhadap pelaksanaan
pendaftaran tanah
yang dimohonkan haknya oleh pihak pemohon yakni pembeli berdasarkan akta jual beli
dan pengoperan hak yang dibuat di hadapan notaris. Adapun kegiatan dan prosedur pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah tersebut akan dijelaskan pada subbagian
selanjutnya.
C. Pendaftaran Peralihan Hak Dengan Jual Beli Bangunan di Atas Tanah Hak Guna Bangunan yang Telah Berakhir diatas Hak Pengelolaan di Kantor
Pertanahan Kota Medan Dilihat dari sistem pemindahan hak dalam UUPA, saat lahir hak kebendaan
adalah pada saat pendaftaran.
57
Berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat 1 PP Nomor 2497, pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah
secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis,
dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian sertipikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-
bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Suatu rangkaian kegiatan menunjukkan adanya
berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah, yang berkaitan satu
56
Hasil Wawancara dengan NotarisPPAT Wanda Lucia, SH pada tanggal 25 Mei 2013.
57
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang Hypotek, Bandung : Alumni, 1980, hal.41.
Universitas Sumatera Utara
85
dengan yang lain berturutan menjadi satu kesatuan rangkaian yang bermuara pada tersedianya data yang diperlukan dalam rangka menjamin kepastian hukum dibidang
pertanahan bagi rakyat. Sedangkan kata terus-menerus menunjuk kepada pelaksanaan kegiatan yang sekali dimulai tidak ada akhirnya.
58
Pendaftaran tanah pada masa mendatang merupakan aksi yang penting dalam pengadministrasian tanah, demi untuk mengamankan hak-hak seseorang atas tanah
dan demi terwujudnya penatagunaan tanah serta administrasi pertanahan yang akurat dan terjamin, sudah barang tentu negara akan melaksanakan tugas tersebut untuk
keperntingan warganya dan kepentingan negara itu sendiri. Pendaftaran peralihan hak ini berfungsi untuk memperkuat kedudukan pembeli dalam hubungannya dengan
pihak ketiga. Dengan adanya peralihan hak atas tanah berikut bangunan yang ada di
atasnya, maka pemilik yang baru akan mendapatkan tanah haknya dan wajib mendaftarkannya pada Kantor Pertanahan setempat, dengan dasar akta perjanjian
yang telah dibuat oleh kedua belah pihak. Ada dua tujuan pendaftaran tanah, yaitu penyediaan data-data penggunaan tanah untuk pemerintah ataupun masyarakat dan
jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah.
59
Pendaftaran tanah akan melahirkan sertipikat tanah, mempunyai arti untuk memberikan kepastian hukum,
58
Boedi Harsono, Op.Cit., hal.72-73
59
Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Bandung: Alumni,1993, hal.21
Universitas Sumatera Utara
86
karena hukum jelas dapat diketahui baik identitas pemegang haknya subjeknya maupun identitas tanahnya.
60
Untuk memberikan jaminan hukum dalam pendaftaran peralihan hak, dasar- dasar hukumnya, yaitu dalam UUPA Pasal 19 ayat 1, 2, 3 dan 4 UUPA dan
Pasal 20 ayat 1 dan 2 serta diatur lebih rinci pada PP No.24 tahun 1997. Pasal 3 PP No. 24 tahun 1997 memerinci tujuan pendaftaran tanah yaitu :
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak
lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar;
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Dari ketentuan pasal tersebut, pendaftaran tanah di Indonesia bersifat
rechtcadaster, yaitu pendaftaran tanah dalam rangka memberikan kepastian hukum suatu hak atas tanah yang meliputi letak, batas dan luas tanah, status tanah dan orang
yang berhak atas tanah dan pemberian berupa surat sertipikat.
61
Inti dari kepastian tersebut bahwa data yang tercantum di dalam daftar umum pendaftaran tanah baik
60
Bachsan Mustafa, Hukum Agraria Dalam Perspektif,,, Bandung : Remaja Karya CV, 1984, hal.58
61
K. Wantjik Saleh, Op.Cit., hal.59.
Universitas Sumatera Utara
87
data yuridis maupun data fisiknya adalah benar. Implikasinya adalah nama yang terdaftar di dalam buku tanah, data letak dan batas tanah merupakan data sebenarnya.
Dengan demikian nama yang terdaftar di dalam Buku Tanah adalah pemilik tanah yang sebenarnya sepanjang tidak ada yang dapat membuktikan lain.
Sistem pendaftaran tanah yang ada di Indonesia adalah sistem campuran. Hal ini terlihat dengan adanya perlindungan hukum kepada pemilik sebenarnya sistem
negatif, sedangkan sistem positifnya terlihat dengan adanya campur tangan pemerintah, dimana PPAT dan seksi pendaftaran tanah meneliti kebenaran setiap
peralihan suatu hak atas tanah.
62
Dalam sistem yang dipakai dalam pendaftaran tanah baik sistem pendaftaran akta registration of deeds maupun sistem pendaftaran hak registration of titles,
tiap pemberian atau penciptaan hak baru serta pemindahan dan pembebanannya dengan hak lain kemudian, harus dibuktikan dengan suatu akta. Akta tersebut
nantinya dengan sendirinya dimuat data yuridis tanah yang bersangkutan yakni mengenai perbuatan hukumnya, haknya, penerima haknya ataupun hak apa yang
dibebankan. Peralihan hak guna bangunan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Hak
yang akan didaftarkan adalah hak baru dan hak lama, dimana pembuktian hak baru ini menurut Pasal 23 PP No.24 tahun 1997 dibuktikan dengan penetapan pemberian
hak dari pejabat yang berwenang memberikan hak yang bersangkutan menurut
62
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., hal. 48-49.
Universitas Sumatera Utara
88
ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah negara atau tanah pengelolaan. Peralihan bangunan di atas tanah hak guna bangunan atas tanah
hak pengelolaan harus mendapat persetujuan tertulis dari pemegang hak pengelolaan. Penerima hak yang baru wajib mendaftarkan peralihan hak atas tanah berikut
bangunan di atasnya yang diterimanya dalam rangka memberikan perlindungan hak kepada pemegang hak atas tanah yang baru demi ketertiban tata usaha pendaftaran
tanah. Dalam Pasal 9 PP No.24 tahun 1997 disebutkan bahwa tanah hak guna bangunan maupun tanah hak pengelolaan merupakan hak-hak atas tanah yang
menjadi objek pendaftaran tanah. Proses pemberian hak terhadap suatu permohonan hak atas tanah tidak
semata-mata hanya melihat segi-segi prosedurnya saja. Suatu permohonan tidak cukup hanya dianalisa dengan apakah si pemohon memenuhi syarat. Permohonan
tersebut dilanjutkan dengan pemeriksaan secara fisik, diukur, dibuatkan fatwa dan lain sebagainya yang sifatnya prosedur, melainkan harus dikaji dari segi umumnya.
63
Permohonan hak yang diterima oleh Kantor Pertanahan jarang mengalami penolakan karena pada dasarnya kewenangan kantor pertanahan adalah sebagai perekam
recording dan mencatat kegiatan pertanahan yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya permohonan tersebut diproses antara lain dengan penelitian ke
lapangan oleh Panitia Pemeriksa Tanah Panitia A atau Panitia B. Terhadap tanah yang belum ada haknya atau yang berasal dari tanah yang haknya telah mati dan
63
Rusmadi Murad, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Bandung: Alumni, 1991, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
89
jika ada hal-hal yang menghendaki dapat dilakukan pengukuran kembali, misalnya mengenai adanya perubahan fisik tanah dan bangunan tersebut. Kemudian apabila
telah memenuhi syarat, maka sesuai kewenangannya dan diterbitkan Surat Keputusan SK Pemberian Hak Atas Tanah.
Untuk memperoleh surat keputusan pemberian hak atas tanah tersebut maka pihak yang melakukan peralihan atau pemilik tanah dapat memohon pengajuan
permohonan hak atas tanah kepada kantor pertanahan dengan melampirkan syarat- syarat yang harus dipenuhi yakni sebagai berikut:
1. Mengisi blangko pengajuan permohonan hak atas tanah yang telah disediakan oleh Kantor Pertanahan;
2. Identitas diri pemohon : KTPSIMPASSPORT dan Kartu Keluarga; 3. Surat RekomendasiIjin persetujuan dari pemegang hak pengelolaan, dalam
hal ini persetujuan dari Pemko Medan; 4. Melampirkan alas penguasaan tanah secara beruntun yaitu akta jual beli dan
pengoperan hak dari pemegang hak sebelumnya yang namanya terdaftar dari sertipikat hak guna bangunan yang telah berakhir yang dibuat di hadapan
notaris; 5. Asli sertipikat HGB yang telah berakhir haknya tersebut;
6. Fotokopi tanda pembayaran lunas PBB tahun berjalan; 7. Melampirkan bukti pelunasan pembayaran antara Pemko Medan selaku
pemegang hak pengelolaan dengan pihak yang melakukan peralihan jual beli.
Universitas Sumatera Utara
90
Sesuai ketentuan bahwa setiap perubahan pemilikan hak atas tanah harus didaftarkan untuk memenuhi asas publisitas, maka Notaris pembuat akta jual beli dan
pengoperan hak harus mendaftarkan tanahnya ke kantor pertanahan dimana tanah tersebut berada setelah keluarnya Surat Keputusan SK pemberian hak atas tanah
tersebut dari Kantor pertanahan sebagai bukti bahwa yang pihak memohon telah sah memperoleh hak. Adapun setelah mendapatkan SK Pemberian Hak Atas Tanah
tersebut, yang diperlukan untuk pendaftaran untuk memperoleh sertipikat tanda bukti hak, adalah dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Surat permohonan pendaftaran tanah yang ditujukan kepada kepala kantor pertanahan setempat;
2. Surat pengantar SK Pemberian hak atas tanah; 3. Melampirkan identitas para pihak;
4. Bukti pelunasan pembayaran BPHTB; Pemohon mendaftarkan haknya untuk memperoleh sertipikat hak atas tanah
setelah membayar uang pemasukan ke kas negara danatau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB jika dinyatakan dalam Surat
Keputusan tersebut. 5. Bukti pelunasan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB;
6. Bukti pelunasan biaya pendaftaran dari kantor pertanahan setempat. Dasar hukum dari persyaratan perolehan sertipikat hak atas tanah melalui
prosedural perolehan pemberian hak atas tanah, yaitu UUPA, PP No.24 tahun 1997, PP Nomor 6 Tahun 2002, PermenagKaBPN No.3 Tahun 1997 dan Surat Edaran
Universitas Sumatera Utara
91
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 600-1900 tanggal 31 Juli 2003 serta PermenagKABPN Nomor 9 Tahun 1999 khusus mengenai hak atas tanah negara dan
hak pengelolaan. Persyaratan permohonan sertipikat hak atas tanah yang ditentukan dalam Standar Prosedur Pengaturan dan Pelayanan SPPP di lingkungan BPN telah
dibuat secara konstelasi hukum positif, terutama UUPA dan PP No.24 tahun 1997 serta PermenagKaBPN No.3 Tahun 1997, baik diproses secara sistematik melalui
Panitia Ajudikasi ataupun sporadik melalui pemilik tanah sendiri di kantor pertanahan.
Setiap pengajuan permohonan sertipikat kepemilikan hak atas tanah di kantor pertanahan yang terlebih dahulu diperiksa dan diteliti adalah mengenai data pemilik
sebagai subjek hak, tanah sebagai objek hak dan surat sebagai alas hak serta persyaratan data pendukung lainnya yakni mengenai tujuan penggunaan hak dan cara
perolehan hak. Hal ini dilakukan guna mengurangi resiko terjadi kesalahan prosedur penerbitan sertipikat hak atas tanah pada Kantor Pertanahan Kota Medan.
Alas hak yang dijadikan dasar dalam penerbitan sertipikat kepemilikan hak atas tanah di kantor pertanahan merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai
alat pembuktian yuridis atas kepemilikan atau penguasaan suatu bidang tanah, baik secara tertulis ataupun berdasarkan keterangan saksi. Kegunaan dari alat bukti ini
berdasarkan ketentuan Pasal 1865 KUHPerdata bahwa alat bukti hak dapat digunakan untuk:
1. Mendalilkan kepunyaan suatu hak; 2. Meneguhkan kepunyaan hak sendiri;
Universitas Sumatera Utara
92
3. Membantah kepunyaan hak orang lain; 4. Menunjukkan kepunyaan hak atas suatu peristiwa hukum.
Pendaftaran tidak ada masalah di Kantor Pertanahan Kota Medan sejauh ada ijin dari pemegang hak pengelolaan yakni Pemko Medan karena Kantor Pertanahan
Kota Medan pada prinsipnya hanya mencatatkan saja. Sedangkan mengenai pengumuman terhadap permohonan hak baru akibat terjadinya jual beli hak guna
bangunan yang telah berakhir tidak ada kewajiban untuk dilakukan pengumuman seperti permohonan hak baru pada umumnya terhadap tanah yang belum
bersertipikat. Tapi
tidak juga
tertutup kemungkinan
jika ingin
dilakukan pengumuman untuk itu jika dianggap perlu untuk menghindari adanya tuntutan
dikemudian hari.
64
Khusus untuk tanah yang berasal dari hak atas tanah yang telah berakhir haknya yang berasal dari tanah pengelolaan merupakan pendaftaran permohonan hak
baru, karena hak atas tanah yang haknya telah berakhir diatas hak pengelolaan kembali kepada tanah negara atau kepada pemegang hak pengelolaannya tersebut
yang kemudian jika akan diberikan hak yang merupakan kewenangan dari badan pertanahan nasional dengan pemenuhan persyaratan sebagaimana yang tersebut di
atas. Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 1997 tentang Pelaporan atau Pemberitahuan Perolehan Hak Atas Tanah
64
Hasil wawancara dengan S Chandra, SH, M.Kn, Kepala Bagian Peralihan Hak Atas Tanah pada Kantor Pertanahan Kota Medan, pada tanggal 01 Mei 2013.
Universitas Sumatera Utara
93
danatau Bangunan, selain kewajiban mendaftarkan seperti yang tersebut di atas, Notaris masih harus melakukan satu kewajiban lagi yaitu melaporkan atau
memberitahukan adanya perolehan hak atas tanah danatau bangunan yakni melaporkan kepada kepala kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan mengenai
perbuatan hukum yang dilakukan tersebut yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah tersebut. Jika pelaporan sesuai amanat Pasal 1 tersebut ini tidak dilaksanakan, maka
akan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Khusus mengenai BPHTB yang dibebani kepada pemohon hak, perlakuan pajaknya
mengikuti ketentuan dan menggunakan rumus perhitungan BPHTB permohonan hak baru, yang perhitungannya sebagaimana halnya biasa seperti jual beli. Adapun
mengenai perhitungan pajak tersebut juga telah ditegaskan dalam Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-458PJ.3312005 tanggal 1 Juni 2005 tentang Penegasan
Saat Tehutangnya BPHTB. Setelah dibuktikan adanya hubungan hukum atau penguasaan atas tanah yang
dimiliki oleh pemohon subjek hak, maka pemerintah sebagai pemangku hak menguasai negara yang berwenang melakukan pengaturan dan menentukan
hubungan-hubungan hukum antara orang dengan tanah, melaksanakan tugasnya memformalkan hubungan hukum tersebut dengan memberikan hak-hak atas tanah
yang dibuktikan dengan keputusan penerbitan haknya sertipikat. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk pelayanan negara kepada rakyatnya yaitu negara
memberikan kesempatan kepada rakyatnya untuk memperoleh tanda bukti atau dokumen hukum yang berkaitan dalam hukum perdata berbentuk akta otentik yang
diakui oleh negara sebagai bukti yang sempurna.
Universitas Sumatera Utara
94
BAB IV HAMBATAN YANG TERJADI DALAM PELAKSANAAN DAN