BAB II LANDASAN TEORI
A. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan cermat dan rinci. Implementasi ini dianggap selesai setelah
dianggap permanen. Implementasi ini tidak hanya aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan dengan serius dengan mengacu pada norma- norma tertentu mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, pelaksanaan tidak
berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.
Implementasi menurut Nurdin Usman adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.
Tahapan-tahapan implementasi adalah sebagai berikut: 1.
Menerapkan rencana implementasi 2.
Melakukan kegiatan implementasi 3.
Tindak lanjut implementasi.
1
1
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hlm. 70.
B. Strategi Pembelajaran Quantum Quotient
1. Pengertian Quantum
Quantum berarti Lompatan. Quantum is an interaction change energy into light yang berarti interaksi yang merubah energy menjadi cahaya.
Mak sud dari “energi menjadi cahaya” adalah mengubah semua hambatan –
hambatan belajar yang selama ini dipaksakan untuk terus dilakukan menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain, dengan
memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa.
2
Quantum juga banyak digunakan dalam dunia pembelajaran seperti Quantum Teaching, Quantum
Learning, Quantum English, Quantum Multi Cerdas, Instruktur Quantum, dan Quantum Mental Aritmatika.
3
Tokoh utama dibalik pembelajaran Quantum adalah Bobbi De Porter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan
keuangan, dan setelah bisnisnya bangkrut, akhirnya menggeluti dunia pembelajaran. Semenjak tahun 1982, De Porter mematangkan dan
mengembangkan gagasan pembelajaran Quantum di Super Camp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak di Kirwood Meadows, Negara bagian
California, Amerika Serikat. De Porter secara terprogram dan berencana
2
Bobbi Deporter, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie, Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning Di Ruang-ruang Kelas, Bandung: Kaifa, 2000, hlm. 7.
3
Agus Nggermanto, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum, Bandung: Nuansa, 2002, hlm. 10.
menguji cobakan gagasan-gagasan pengajaran Quantum kepada para remaja di SuperCamp selama bertahun-tahun.
Pada tahap
awal perkembangannya,
pembelajaran Quantum
dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah. Tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi
pembelajaran untuk mencapai keberhasilan lebih tinggi disekolah. Namun, lambat laun banyak orang tua yang meminta De Porter untuk mengadakan dan
mengembangkan lebih jauh metode tersebut.
4
2. Pengertian Strategi Pembelajaran Quantum Quotient
Strategi pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi pembelajaran
didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.
5
Namun metode pembelajaran yaitu cara yang dilakukan seorang pendidik untuk menyampaikan materi-materi yang akan diberikan
agar sampai kepada peserta didik dengan baik dan jelas serta tidak menjenuhkan.
6
4
Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter Bogor: Ghalia Indonesia, 2014, hlm. 71.
5
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta: Putra Grafindo, 2008, hlm. 37.
6
Nuryani,Y. R, Strategi Belajar Mengajar Biologi, Bandung : Alfabeta, 2012, hlm. 2.
Adapun pengertian tentang strategi pembelajaran menurut Suparman strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara
mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Dan pembelajaran diartikan juga sebagai proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan peserta didik
dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
7
Strategi Quantum Quotient atau kecerdasan quantum QQ adalah kecerdasan manusia yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi diri secara
seimbang, sinergi dan komprehensif meliputi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.
8
Dalam strategi Quantum Quotient merupakan teknik menghafal cepat, diantara teknik menghafal cepat tersebut yaitu teknik
menghafal cepat dengan menyanyi dan teknik menghafal cepat dengan ringkasan.
7
Nandang Kosasih, Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan, Bandung: Alfabeta, 2013, hlm. 21.
8
Agus Nggermanto, Quantum Quotient Kecerdasan Quantum, Bandung: Nuansa, 2008, hlm. 151.
3. Langkah-Langkah Strategi Quantum Quotient
Terkait dengan proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang menggunakan strategi quantum quotient terdapat dua cara menghafal cepat,
diantaranya yaitu: a.
Menghafal Dengan Menyanyi Pada teknik menyanyi ini, menuntut seorang guru untuk bersifat
kreatif. Seorang guru harus mengerti materi apa yang tepat dijadikan lagu atau irama agar peserta didik mudah untuk menyerap pelajaran yang telah
disampaikan. Materi yang tepat menghafal dengan menyanyi yaitu Asmaul Husna kesemuanya itu lebih tepat menghafal jika dilagukan.
b. Menghafal Dengan Gambar Atau Ringkasan
Teknik ini paling tepat digunakan bagi yang memiliki hobi mencoret-coret kertas. Cobalah membuat skema atau gambar menurut versi
sendiri mengenai topok-topik yang perlu dihafalkan. Namun, jika merasa kurang suka mencoret-coret atau tidak hobi menggambar, teknik ini dapat
dimodifikasi dengan membuat catatan ringkasan sendiri. Ringkasan ini berisi poin-poin penting yang perlu dihafal, kemudian dituliskan pada
selembar kertas yang mudah dibawa ke mana pun. Jika anda cukup kreatif, gambar atau ringkasan ini dapat dihias, lalu ditempel pada tempat yang
mudah dan sering dilihat, misalnya di samping tempat tidur.
9
9
Aji Indianto S., Kiat-Kiat Mempertajam Daya Ingat Hafalan Pelajaran, Yogyakarta: Diva Press, 2015, hlm. 51-53.
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Ahmad Susanto yang dimaksud hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar
peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
10
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia mengalami pengalaman belajarnya.
11
Sedangkan menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
12
Hasil dan bukti belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai seseorang setelah menerima pengalaman
belajar dan dibuktikan dengan adanya perubahan tingkah laku baik jasmani maupun rohani.
10
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana Prenanda, 2013, hlm. 5.
11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 22.
12
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006, hlm. 30.
2. Faktor-Faktor Pendukung Hasil Belajar
Faktor-faktor pendukung hasil belajar dapat dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor Internal
a. Faktor Biolois Jasmaniah
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai
sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik.
Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.
13
Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga
serta cukup tidur. b.
Faktor Psikologis Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi.
Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua,
kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu
atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak
13
Thursan Hakim, Belajar Secar aEfektif, Jakarta: Puspa Swara, 2005, hlm 12.
menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
14
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang bekaitan dengan kondisi mental seseorang.
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.
b. Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan
pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
b. Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Hal yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar para peserta didik di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta
didik dengan peserta didik, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
14
Ibid. hlm. 13.
c. Faktor Lingkungan Masyarakat
Seorang peserta didik hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat
merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik karena keberadaannya dalam masyarakat.
15
Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar di antaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti
kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain yang sifatnya positif. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah peserta didik dari penyebab-penyebab terhambatnya
pembelajaran.
3. Indikator Hasil Belajar
Terkait hasil belajar, Kunandar menyebutkan bahwa hasil belajar terdapat empat indikator, diantaranya sebagai berikut:
a. Melacak kemajuan peserta didik
b. Mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik
c. Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai oleh peserta didik
d. Menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi peserta didik.
16
15
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, hlm. 64.
16
Kunandar, Penilaian Autentik, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 70.
D. Ranah Afektif
Benyamin Bloom secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari ketiga
ranah tersebut, peneliti hanya menfokuskan pada satu ranah saja, ranah yang
difokuskan pada peneliti yaitu ranah afektif.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila
seseorang memiliki pengusaan kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya
terhadap pelajaran, disiplin, motifasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan bersosial. Terkait mengenai ranah afektif terdapat lima
kategori sebagai hasil belajar.
1. Recivingattending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan
stimulus dari luar yang datang kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
2. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada
dirinya. 3.
Valuing penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan
menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.
4. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lainnya, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk kedalam organisasi adalah konsep
tentang nilai, organisasi sistem nilai dan lain-lain. 5.
Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.
17
1. Objek Ranah Afektif
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut:
a. Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi
motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
b. Sikap terhadap gurupengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap
17
Ibid. hlm. 31.
gurupengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap
positif terhadap proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran di sini mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik
pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta
didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. d.
Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
e. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang
relevan dengan mata pelajaran.
18
2. Indikator Penilaian Ranah Afektif
Terkait yang berkaitan dengan penilaian ranah afektif memiliki
beberapa tujuan, diantaranya sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan umpan balik feedbeck, baik bagi guru maupun
peserta didik sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program perbaikan remedial program bagi anak didiknya.
b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku peserta didik yang
dicapai, yang antara lain diperlukan sebagai bahan untuk perbaikan tingkah
18
Kunandar, Penilaian Autentik, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013, hlm. 113.
laku peserta didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya peserta didik.
c. Untuk menempatkan peserta didik dalam situasi belajar-mengajar yang
tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik peserta didik.
d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku
peserta didik.
19
E. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dalam arti sempit, ialah bimbingan yang diberikan kepada anak didik sampai ia dewasa. Sedangkan pendidikan dalam arti luas, ialah
bimbingan yang diberikan sampai mencapai tujuan hidupnya, sampai terbentuknya kepribadian muslim. Jadi pendidikan Islam, berlangsung sejak
anak dilahirkan sampai mencapai kesempurnaannya atau sampai akhir hidupnya. Sebenarnya kedua jenis pendidikan ini arti sempit atau arti luas
satu adanya. Azyumardi Azra berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi
muda untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.
20
19
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm. 193.
20
Azumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1998, hlm. 3.
Sedangkan Agama
Religi berasal
dari bahasa
Latin yakni Relegere, yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Tetapi
adapun menurut pendapat lain kata itu berasal dari Religare yang berarti mengikat.
21
Menurut Mahmud Saltut menyatakan bahwa agama adalah ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman
hidup manusia. Maka agama adalah hubungan antara makhluk dan khaliq. hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya, serta tampak dalam
ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap keseharian. Terkait mengenai pengertian Pendidikan Islam menurut para ahli,
berbeda-beda pula, seperti yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Agama Islam. Menurut Athiyah Al-Abrasyi ialah mempersiapkan manusia
supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya,
mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya, baik dengan lisan atau tulisan.
22
Ahmad D. Marimba juga memberikan pengertian bahwa, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-
hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi
tentang proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran
21
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: Rajawali Press, 2001, hlm. 10.
22
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, hlm. 3.
Islam berdasarkan Al- Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. dengan
redaksi yang agak singkat, Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam.
23
Berdasarkan beberapa
definisi diatas,
maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwasanya Pendidikan Agama Islam merupakan sistem
pendidikan yang dapat memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai
Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kehidupannya.
2. Landasan Pendidikan Agama Islam
Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber landasan pendidikan Agama Islam secara garis besar ada 2 dua yaitu: Al-Quran, dan
Al-Sunnah.
24
a. Al-Qur.an
Al-Qur.an ialah kalam Allah yang tiada tandingannya. Dan merupakan mu’jizat diturunkan kepada Muhammad SAW. Sebagai
penutup para nabi, dengan perantaraan Malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta
mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dengan surat Al- Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Dalam Al-
Qur’an banyak terdapat ayat- ayat pendidikan, ayat-ayat tersebut menyeru umat Isalam untuk menuntut
23
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, hlm. 12.
24
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 66.
ilmu pengetahuan pendidikan. Baik itu pendidikan untuk kepentingan yang bersifat duniawi maupun yang bersifat ukhrawi. Sebagaimana salah
satu firman Allah yang terdapat dalam Al- qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5
yang berbunyi:
Artinya: 1
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4
Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam, 5
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. b.
Al-Sunnah Dalam dunia pendidikan, Rasulullah juga turut menganjurkan
umatnya untuk menuntut ilmu pengetahuan, sebagai bekal di dunia sampai ke akhirat kelak. Hal ini dapat kita lihat melalui sabdanya yang berbunyai:
ﺻ ﺒﻨ ﻗ :
ﺳ ﻜ ﺔﻀ ﺭﻓ
ﺐ ﻄ يرخﺒ
Artinya: “Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban atas setiap
muslim. ”HR: Bukhari.
Mencermati hadits di atas menunjukan bahwa, ilmu pengetahuan wajib dituntut, untuk dijadikan sebagai bekal dalam memasuki dunia yang
penuh dengan problematika kehidupan, bahkan untuk mempersiapkan diri
memasuki kehidupan yang lebih kekal dan abadi, yaitu kehidupan akhirat.
25
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Berkenaan dengan tujuan pendidikan agama islam, Risnayanti dalam bukunya yang berjudul
” Implementasi Pendidikan Agama Islam” mengemukakan mengenai tujuan Pendididkan Agama Islam, yaitu menurut
Ibnu Khaldun. Terkait mengenai tujuan pendidikan agama Islam yang dikemukakakan oleh Ibnu Khaldun terdapat enam tujuan, yaitu:
a. Mempersiapkan seseorang dari segi keagamaan yaitu mengajarkannya
syiar-syiar agama menurut Al-Qur ’an dan As- Sunnah.
b. Menyiapkan seseorang dari segi akhlak.
c. Menyiapkan seseorang dari segi kemayarakatan dan sosial.
d. Menyiapkan seseorang dari segi pekerjaan.
e. Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran.
f. Menyiapkan seseorang dari segi keseniaan yang bernuansa Islam.
26
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, fungsi pendidikan
agama Islam adalah antara lain:
25
Muhammad Atyhiyah Al-Abrasy, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, Jogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996, hlm. 5.
26
Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Perpustakaan Umum, 2004, hlm. 15-17.
a. Pengembangan
Yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah
berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akherat. c.
Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d.
Perbaikan. Yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan,
Yaitu untuk menangkal hal-hal negative dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia yang seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum alam
nyata dan nir-nyata, sistem dan fungsionalnya. g.
Penyaluran. Yaitu menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di
bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain.
27
27
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 134-135.
F. Kerangka Berfikir
Tabel 2 Langkah-langkah Strategi Quantum Quotient
No Langkah-langkah Strategi Quantum Quotient
1 Menghafal cepat dengan teknik menyanyi
2 Menghafal cepat dengan teknik ringkasan
Tabel 3 Faktor-faktor Pendukung Hasil Belajar
No Faktor-faktor Pendukung Hasil Belajar
1 Faktor Internal
a. Faktor biologis jasmaniah
b. Faktor psikologis
2 Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan keluarga
b. Faktor lingkungan sekolah
c. Faktor lingkungan masyarakat
Tabel 4 Indikator Hasil Belajar
No Indikator Hasil Belajar
1 Melacak kemajuan peserta didik
2 Mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik
3 Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai peserta didik
4 Menjadi umpan balik untuk perbaikan peserta didik
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan field research yaitu penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau pada responden.
1
Maksud penelitian lapangan adalah meneliti permasalahan yang diangkat dalam penelitian dengan mengadakan penelaahan masalah pada kondisi
kehidupan nyata. Adapun objek penelitian yang akan diteliti oleh peneliti yaitu SMP Negeri 21 Bandar Lampung
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dimana peneliti hanya melukiskan objek yang berada di SMP Negeri 21 Bandar Lampung, kemudian
setelah data terkumpul dilakukan analisis data untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
B. Ruang Lingkup Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah
sesuatu yang diteliti baik
orang, benda, ataupun lembaga organisasi. Subjek penelitian pada dasarnya adalah
1
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm. 46.