Alasan Memilih Judul PENDAHULUAN

3. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif ataupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. 4 4. Peserta Didik Peserta didik adalah seseorang yang berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama dan mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, kemampuannya. 5 5. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agam Islam adalah suatu usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran islam dari sumber utamanya kitab suci Al- Qur’an dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. 6

B. Alasan Memilih Judul

Adapun alasan peneliti dalam memilih judul adalah: 1. Hasil belajar merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam ketercapaian proses belajar mengajar, oleh karenanya peneliti ingin 4 Kunandar, Penilaian Autentik, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 62. 5 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang SISDIKNAS UU RI No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafindo, 2016, hlm. 10. 6 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012, hlm. 21. menerapkan strategi quantum quotient dan ingin mengetahui bagaimana hasilnya setelah menerapkan strategi quantum quotient. 2. Berbagai usaha telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik namun hasilnya belum maksimal, kondisi inilah yang memotivasi peneliti untuk membahasnya secara lebih rinci dan memberikan masukan kepada guru dalam penerapan strategi quantum quotient. 3. Sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan strategi quantum quotient. C. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat menyebabkan banyak perubahan disegala sektor kehidupan. Dalam kehidupan manusia, pendidikan memiliki peran yang sangat penting karena dengan pendidikan dapat membentuk kepribadian seseorang. Pendidikan diakui mempunyai kekuatan yang dapat menentukan prestasi dan produktifitas seseorang. Dengan bantuan pendidikan seseorang mampu menciptakan karya yang gemilang demi kehidupannya. Pembangunan manusia seutuhnya merupakan salah satu tujuan pendidikan itu sendiri, dimana tujuannya untuk mengembangkan kreatifitasan dan mencerdaskan kehidupan bangsa agar tercipta manusia yang terampil, cerdas, sehat jasmani dan rohaninya. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia pasal 3 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu : “Pendidikan Nasional mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaktif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. ” 7 Berdasarkan tujuan Pendidikan Nasional tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia diharapkan menjadi manusia yang berpotensi dan berkualitas dari segi pendidikan, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa serta memiliki akhlak yang mulia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju. Melalui pendidikan sumber daya manusia yang berkualitas dicetak untuk menjadi motor penggerak kemajuan dan kemakmuran bangsa. Indonesia sebagai negara yang berkembang terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia. Dari sudut pandang manusiapun seseorang yang berpendidikan mendapatkan derajat yang lebih tinggi daripada yang tidak berpendidikan. Sejalan dengan itu, Allah SWT. pun mengistimewakan bagi orang-orang yang memiliki ilmu sebagaimana firman-Nya dalam QS. Mujadalah: 11, sebagai berikut: 7 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit. hlm. 48.                                  Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Al-Mujadalah: 11. 8 Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan Al- Qur’an Surat Al- Mujadalah: 11 di atas serta untuk memenuhi tuntunan maka peningkatan kualitas pendidikan merupakan kebutuhan yang urgen. Proses pendidikan sudah dimulai sejak manusia itu dilahirkan dalam lingkungan keluarga, dan dilanjutkan dengan jenjang pendidikan formal. Sekolah merupakan salah satu tempat untuk melaksanakan proses pendidikan secara formal. Dengan sarana dan prasarana yang memadai serta situasi diciptakan senyaman mungkin untuk belajar, sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan baik. Proses belajar mengajar di sekolah merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan. Dengan ini memungkinkan komponen- komponen yang terlibat didalamnya dapat saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Komponen-komponen tersebut antara lain adalah guru sebagai pengajar dan peserta didik sebagai peserta belajar. Berkaitan dengan proses 8 Kementerian Agama RI, Al- Qur’an Terjamah dan Tajwid, Bandung: Sygma Examedia Arkanleema, 2014, hlm. 543. belajar mengajar, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam proses pembelajaran. Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses yang bukan terjadi secara alamiah, melainkan terjadi dengan adanya kondisi-kondisi tertentu. Kondisi ini menyangkut kondisi internal dan eksternal, kondisi internal berhubungan dengan kesiapan peserta didik dan apa yang telah dipelajari sebelumnya, sementara kondisi eksternal merupakan situasi belajar dan penyajian stimulus yang sengaja diatur oleh guru dengan tujuan memperlancar proses belajar. 9 Kemudian pembelajaran diartikan sebagai proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 10 Proses pembelajaran tersebut berkaitan langsung dengan strategi pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Strategi pembelajaran menurut Kemp diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. 11 Guru dianjurkan memilih strategi pembelajaran yang sesuai agar dapat dengan mudah mencapai tujuan 9 Nandang Kosasih, Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan, Bandung: Alfabeta, 2013, hlm. 11-12. 10 Ibid. hlm. 21. 11 Rusman, Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014, hlm. 132. pendidikan yang telah ditentukan. Untuk mencapai strategi pembelajaran yang efektif dan efesien maka seorang guru harus mampu memilih dan memilah strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi tersebut haruslah disesuaikan dengan materi yang akan diajarakan. Seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tujuan agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya atau dengan strategi akan meningkat hasil belajarnya, maka strategi yang tepat yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu menggunakan strategi quantum quotient. Strategi quantum quotient atau kecerdasan quantum QQ adalah kecerdasan manusia yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi diri secara seimbang, sinergi dan komprehensif meliputi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Dengan menggunakan strategi quantum quotient tersebut diharapakan mampu miningkatkan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 12 Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang 12 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 22. disebut sebagai hasil belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel bahwa proses belajar yang dialami oleh peserta didik menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam hasil belajar yang dihasilkan oleh peserta didik terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui hasil belajar peserta didik dapat mengetahui perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapakan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar peserta didik, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. 13 Maka dari itu diperlukannya bimbingan proses belajar mengajar, karena dengan adanya proses belajar mengajar akan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan menggunaan strategi quantum quotient dan teknik yang digunakan dalam strategi tersebut adalah teknik menghafal cepat yang meliputi dua cara menghafal, yaitu menghafal dengan menyanyi dan menghafal dengan ringkasan atau gambar. Kedua cara tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik terutama pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan materi Asmaul Husna dan Khulafaur Rasyidin. Zakiyah Daradjad mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah, suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh kaffah. Lalu menghayati tujuan 13 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 216. yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai panduan hidup. 14 Tujuan utama dari pendidikan agama Islam ialah membina dan mendasari kehidupan anak dengan nilai-nilai agama sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam, sehingga mampu mengamalkan syariat secara benar sesuai pengetahuan agama. 15 Disinilah guru sebagai pendidik memiliki peran yang sangat besar, di samping sebagai fasilitator dalam pembelajaran, juga sebagai pembimbing dan mengarahkan peserta didiknya sehingga menjadi manusia yang mempunyai pengetahuan luas baik pengetahuan agama, kecerdasan, kecakapan hidup, keterampilan, budi pekerti luhur dan kepribadian baik dan bisa membangun dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya serta memiliki tanggung jawab besar dalam pembangunan bangsa. Berdasarkan hasil dari pra survei di SMP Negeri 21 Bandar Lampung, peneliti telah mewawancarai peserta didik dan guru pendidikan agama Islam, yang mana dari hasil wawancara tersebut dijadikan data awal dalam penelitian ini. 14 Heri Gunawan, Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 201. 15 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, cet-5, hlm. 6. Terkait hasil dari wawancara kepada peserta didik menyatakan bahwa: 1. Peserta didik senang dengan mata pelajaran pendidikan agama Islam. 2. Peserta didik kurang menyukai mata pelajaran pendidikan agama Islam disebabkan bila diperintahkan menghafal ayat-ayat Al- Qur’an dan hadits- hadits Rasulullah SAW. 3. Peserta didik selalu bertanya ketika proses pembelajaran. 4. Peserta didik selalu mencatat apa yang telah disampaikan oleh guru pendidikan agama Islam. 5. Peserta didik tidak belajar bila guru pendidikan agama Islam tidak masuk kelas. 6. Peserta didik belum pernah diajarkan menggunakan strategi Quantum Quotient ketika proses pembelajaran. Setelah peneliti mewawancarai peserta didik SMP N 21 Bandar Lampung, agar peneliti mendapatkan data yang valid, maka peneliti juga mewawancarai guru pendidikan agama Islam SMP N 21 Bandar Lampung, terkait dari hasil wawancara kepada guru pendidikan agama Islam menyatakan bahwa: 1. Guru pendidikan agama Isam kelas VII telah mengajar di SMP N 21 Bandar Lampung dari tahun 2008. 2. Kondisi peserta didik kelas VII E ketika proses pembelajaran baik. 3. Peserta didik hanya 50 yang aktif ketika proses pembelajaran. 4. Peserta didik memiliki hasil belajar 35 tinggi, 30 sedang, dan 35 rendah. 5. Peserta didik kurangnya minat belajar ketika proses pembelajaran. 6. Guru pendidikan agama Islam menggunakan motede ceramah ketika proses pembelajaran. 7. Guru pendidikan agama Islam belum pernah menerapkan strategi Quantum Quotient ketika proses pembelajaran. 8. Guru pendidikan agama Islam memberikan tugas-tugas yang berkenaan dengan materi yang diajarkan dan memanfaatkan teknologi, agar meningkatnya hasil belajar peserta didik. Dapat disimpulkan dari hasil wawancara kepada guru pendidikan agama Islam dalam proses belajar mengajar masih menggunakan metode ataupun strategi pembelajaran yang konvensional, seperti metode ceramah. Oleh karena itu peneliti ingin menerapkan metode ataupun strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik seperti strategi quantum quotient, strategi quantum quotient menggunakan teknik menghafal cepat yaitu dengan cara menghafal dengan menyanyi dan menghafal dengan ringkasan. Berdasarkan pra survei yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 Agustus 2016, maka peneliti menyajikan data nilai ulangan harian I peserta didik di sekolah, bidang studi pendidikan agama Islam kelas VII E SMP Negeri 21 Bandar Lampung semester ganjil, tahun ajaran 20162017, sebagai berikut: Tabel I Data Nilai Ulangan Harian I Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Peserta Didik Kelas VII E SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Ajaran 20162017 No Nama KKM Nilai Keterangan 1 Ahmad Aditya Saputra 75 66 Mencapai KKM 2 Aisyah Safitri I. 75 66 Belum Mencapai KKM 3 Anggi Dwi Lestari 75 52 Belum Mencapai KKM 4 Arlinda Sari 75 46 Belum Mencapai KKM 5 Belva Tania Destari W. 75 72 Belum Mencapai KKM 6 Cahyani Luthfi Aqrobah 75 60 Belum Mencapai KKM 7 Dani Kurniawan 75 86 Mencapai KKM 8 Ega Sri Wahyuni 75 80 Mencapai KKM 9 Ganta Pratama 75 72 Belum Mencapai KKM 10 Hafiz Maulana Al-Badri 75 66 Belum Mencapai KKM 11 M. Jody Perdana Putra 75 60 Belum Mencapai KKM 12 M. Fais Lujain 75 72 Belum Mencapai KKM 13 Elinvi Khazarah 75 52 Belum Mencapai KKM 14 M. Dhaffa Gilbran 75 84 Mencapai KKM 15 Mutia Az-Zahrah 75 96 Mencapai KKM 16 Mutiara Putri Syahrani 75 50 Belum Mencapai KKM 17 Nabila Agustin 75 70 Belum Mencapai KKM 18 Nadyah Khalidah 75 80 Mencapai KKM 19 Nur’aini Ordelia 75 64 Belum Mencapai KKM 20 Putri Nabilla Agustina 75 42 Belum Mencapai KKM 21 Retno Titi Rahmania 75 60 Belum Mencapai KKM 22 Revi Aulia Pitaloka 75 66 Belum Mencapai KKM 23 Ricky Prayoga 75 92 Mencapai KKM 24 Salsabila Sani 75 80 Mencapai KKM 25 Salsabila Safa Kamila 75 86 Mencapai KKM 26 Steffani Soraja 75 86 Mencapai KKM 27 Silvia Berliana Zen 75 66 Belum Mencapai KKM 28 Tiara Puspita Ardi 75 60 Belum Mencapai KKM 29 Tyo Firmansyah 75 82 Mencapai KKM 30 Vanes Yolanda 75 60 Belum Mencapai KKM 31 Wahyu Ridho 75 60 Mencapai KKM Jumlah 2134 Rata-rata 68,83 Sumber: Dokumentasi nilai Ulangan Harian I peserta didik bidang studi pendidikan agama Islam kelas VII E TP 20162017. Berdasarkan tabel di atas, daftar nilai untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dari 31 peserta didik tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata- ratanya yaitu 68,83. Nilai rata-rata tersebut termasuk nilai rata-rata yang rendah. Hal ini berkaitan dengan banyak peserta didik yang belum mencapai KKM yaitu 21 peserta didik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum peserta didik pada kelas VII E mempunyai nilai hasil belajar yang cukup rendah dan masih belum banyak yang mencapai KKM yang telah ditentukan. Selama ini guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang menekankan pada metode ceramah dalam proses pembelajaran, oleh karena itu guru harus memiliki strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Diantara strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu strategi quantum learning, quantum teaching, dan quantum quotient. 1. Quantum Learning Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik NLP, yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Maka Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. 16 2. Quantum Teaching Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan quantum teaching juga meyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. 17 16 Bobbi Deporter Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung: Kaifa, 2011, hlm. 15. 17 Bobbi Deporter, Mark Reardon, Sarah Singer Nourie, Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, Bandung: Mizan Pustaka, 2014, hlm.12. 3. Quantum Quotient atau kecerdasan quantum QQ Quantum quotient adalah kecerdasan manusia yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi diri secara seimbang, sinergi dan komprehensif meliputi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. 18 Dari ke tiga strategi pembelajaran di atas, maka peneliti akan memelih langsung yaitu strategi quantum quotient. Menurut De Porter pembelajaran quantum adalah interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Dan tujuan belajar adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Pembelajaran quantum pertama kali dikembangkan oleh Bobby De Porter, dan mulai dipraktekkan pada tahun 1992. 19 Menurut Thomas Armstrong quotient atau keceradasan adalah kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengelaman masa lalu seseorang. 20 Strategi quantum quotient atau kecerdasan quantum QQ adalah kecerdasan manusia yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi diri secara seimbang, sinergi dan komprehensif meliputi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Intelektual berarti segala sesuatu berkaitan dengan pemikiran rasional, logis dan matematis. Emosional berkaitan dengan emosi pribadi guna efektifitas 18 Agus Nggermanto, Quantum Quotient Kecerdasan Quantum, Bandung: Nuansa, 2008, hlm. 151. 19 Nandang Kosasih, Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan, Bandung: Alfabeta, 2013, hlm. 75-76. 20 Ibid. hlm. 167. individu dan organisasi. Sedangkan spiritual berkaitan dengan segala sesuatu yang melampaui intelektual dan emosional. Karakteristik utama QQ adalah terbuka kepada ide-ide baru atau hanif, dan senatiasa bergerak maju sepanjang spiral ke atas menuju kesempurnaan. Strategi quantum quotient dapat diartikan sebagai teknik, cara atau hasil usaha yang dapat membantu melejitkan intelektual, emosional dan spiritual. Quantum quotient digunakan pada tugas belajar yang berbeda yang merupakan proses atau teknik memori. Strategi quantum quotient merupakan cara untuk pengkodean sehingga membantu proses penyimpanan dan menyerap kembali baik ingatan jangka panjang maupun jangka pendek, karena sistem tersebut memungkinkan kita menyimpan informasi di dalam memori sehingga mampu memperoleh kembali bila dibutuhkan. Menurut Atkinson proses mengingat dibagi dalam tiga tahapan yaitu: a. Memasukkan Dalam tahap memasukkan, kesan-kesan diterima dan dipelajari baik secara spontan atau sengaja maupun sadar ataupun tidak sadar. Pada tahap memasukkan ini, terjadi pula proses enconding. Enkonding adalah proses perubahan informasi menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu sesuai dengan perangkat organisme yang ada. b. Menyimpan Setelah Enconding selesai dilakukan baru dapat dilakukan penyimpanan selama waktu tertentu, pada tahap ini terjadi penyimpanan beberapa catatan, kesan-kesan yang telah diterima dari pengalaman sebelumnya. c. Mengeluarkan kembali Tahap ini merupakan tahap untuk mengingat kembali remembering atau memperoleh kesan-kesan pengalaman yang telah disimpan dalam ingatan batasan tersebut menunjukan bahwa informasi tidak hanya disimpan saja, tetapi harus dipanggil kembali, pada saat dibutuhkan. Gambar 1 Skema Proses Mengingat Memasukkan Mengeluarkan kembali Menyimpan Terkait dengan proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang menggunakan strategi quantum quotient terdapat dua cara menghafal cepat, diantaranya yaitu: 1. Menghafal dengan menyanyi Pada teknik menyanyi ini, menuntut seorang guru untuk bersifat kreatif. Seorang guru harus mengerti materi apa yang tepat dijadikan lagu atau irama agar peserta didik mudah untuk menyerap pelajaran yang telah disampaikan. Materi yang tepat menghafal dengan menyanyi yaitu Asmaul Husna kesemuanya itu lebih tepat menghafal jika dilagukan. 2. Menghafal dengan gambar atau ringkasan Teknik ini paling tepat digunakan bagi yang memiliki hobi mencoret- coret kertas. Cobalah membuat skema atau gambar menurut versi sendiri mengenai topok-topik yang perlu dihafalkan. Namun, jika merasa kurang suka mencoret-coret atau tidak hobi menggambar, teknik ini dapat dimodifikasi dengan membuat catatan ringkasan sendiri. Ringkasan ini berisi poin-poin penting yang perlu dihafal, kemudian dituliskan pada selembar kertas yang mudah dibawa ke mana pun. Jika anda cukup kreatif, gambar atau ringkasan ini dapat dihias, lalu ditempel pada tempat yang mudah dan sering dilihat, misalnya di samping tempat tidur. 21 Menghafal dengan gambar atau ringkasan lebih tepatnya dengan materi Khulafaur Rasyidin.

D. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG

0 1 103

PELAKSANAAN PENDEKATAN KONSELING KOGNITIF PERILAKU DALAM MENINGKATKAN PERILAKU BELAJAR PESERTA DIDIK SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG

1 7 105

PENGARUH PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN PENGGUNAAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA PESERTA DIDIK DI SMP AL KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

0 0 160

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN 1 SUKABUMI BANDAR LAMPUNG

0 7 209

PENGARUH PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 24 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 1 95

PENERERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CROSSWORD PUZZLE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PESERTA DIDIK KELAS V MI AL-MUHAJIRIN PANJANG BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 4 102

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PESERTA DIDIK KELAS VIII I SMP N 31 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 152

Peranan guru pendidikan agama islam dalam pembentukan pribadi peserta didik Smp Negeri 21 Bandar Lampung - Raden Intan Repository

0 0 142

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN AKHLAKUL KARIMAH PESERTA DIDIK DI SMP IT FITRAH INSANI BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

1 5 118

PENINGKATAN DAYA INGAT PESERTA DIDIK MELALUI STRATEGI QUANTUM QUOTIENT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII SMPN 21 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 129