26
Tentunya tanpa ibu kita tidak akan pernah bisa hidup didunia ini. Teman Nabi Muhammad pernah bertanya kepada beliau “saya yang pertama harus saya
hormati?” dan Nabi Muhammad menajwab “ibumu” sampai tiga kali ia bertanya dan jawabannya sama, baru yang ke empatnya Nabi menajwab
“Ayahmu”. Seorang ibu melahirkan anaknya ke dunia dengan susah payah, rasa sakit
yang luar biasa dan dengan pengorbanan hidupnya. Ketika anaknya lahir ke dunia. Beliau menyusui bayinya hingga berumur 2 tahun dan memberikan
makanan tambahan, beliau rela mengorbankan waktunya untuk mengajari, membimbing dan memberikan anaknya bekal untuk masa depannya. Sang ibu
selalu berharap dalam hati agar anaknya bisa hidup dengan baik di dunia dan menjadi anak berbakti. Peranan ibu lebih dominan dari pada peranan bapak
dalam keluarga, bila dilihat dari sisi pendidikan. Sebab ibu lebih banyak menyertai anaknya, pengaruhnya telah umum dan luas.
Seorang penyihir pernah berkata “ibu laksana sekolahan. Bila kau persiapkan, maka kau telah persiapkan satu bangsa yang baik pangkalnya”.
34
Islam telah berpesan melalui al- Qur’an dan sunnah tentang kedudukan
orang tua. Terlebih khusus lagi, adanya penekanan untuk senantiasa berbuat baik kepada ibu. Allah berfirman :
34
Al-Tahir, Al-Hada, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat Jakarta: Pustaka Firdaus,1993, h. 40.
27
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya
atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan ah
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.Q.S. al-Isra :23
35
Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh seorang ibu kapan pun juga, yaitu ia tetap sebagai seorang istri dari suaminya, baik yang
sebelum maupun setelah memiliki anak. Kehidupan rumah tangga suami istri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kejiwaan dan perasaan
emosinal anak-anak.
F. Konsep Rumah Tangga Dalam Islam
Pernikahan salah satu ketentuan Allah yang umum berlaku pada semua makhluk baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan Allah tidak mau
menjadikan manusia itu seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betinanya secara anarki, dan
tidak ada satu aturan. Akan tetapi, demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia. Allah adakan hukum sesuai dengan martabatnya.
Sehingga hubungan laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan saling ridha meridhai, dihadiri para saksi yang menyaksikan
kedua pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.
36
Perkawinan dan sudut pandang Islam merupakan sistem peraturan dari Allah SWT yang mengandung karunia yang besar dan hikmah yang agung.
Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita yang secara fitrahnya saling tertarik dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini
35
Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal Jakarta: Pustaka al-Kautsar 2003, h.7.
36
M. Thalib, Perkawinan Menurut Islam Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, h.1.
28
juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari perkawinan tersebut. Dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang
diatasnya didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari sebuah perkawinan.
Rumah tangga atau keluarga adalah suatu struktur dalam masyarakat yang bersifat khusus, satu sama lain saling mengikat. Dalam sebuah negara
rumah tangga itu ibarat sebuah bibit tanaman. Jika bibit tanamannya baik dan sehat akan tumbuh menjadi pohon yang berdaun rindang dan berbuah lebat.
Rumah tangga muslim yang mampu merencanakan sinar Islam. Pastilah anak melahirkan sebuah negara yang benar-benar adil, makmur, dengan ridha Allah
SWT. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat
diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengertian lain ibu rumah tangga
merupakan seorang istri ibu yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga tidak bekerja di kantor.
Islam membangun pondasi rumah tangga yang sakinah, mengikatnya dengan atas yang kuat dan sangat kokoh sehingga menggapai awan dan
bintang-bintang. Jika bintang-bintang adalah perhiasan langit. Maka rumah tangga adalah perhiasan sebuah masyarakat, karena pada rumah tangga ada
suatu keindahan,
kebanggaan, pertumbuhan
yang menyenangkan,
kebersamaan dengan orang-orang tercinta sehingga Allah SWT. Mewariskan bumi serta isinya. Dari keluargalah kenikmatan abadi yang bisa diperoleh
29
manusia atau sebaliknya dari keluarga juga penderitaan berkepanjangan yang tiada bertepi yang di ujikan Allah kepadanya.
37
Struktur rumah tangga dapat terbangun melalui hubungan darah ataupun pernikahan. Menurut ajaran Islam, pernikahan itu mengandung
tanggung jawab dan sekaligus ras saling memiliki dan saling berharap. Disamping terikat menurut hukum Islam, juga terjalin dalam ikatan batin.
38
Berhasil atau gagalnya pendidikan keluarga dalam Islam sepanuhnya bergantung pada kemampuan kita memahami sebagaimana pandangan Islam
terhadap manusia dan nilai kemanusiaannya.
39
Keluarga dalam Islam merupakan komunitas ideal pertama bagi manusia muslim untuk membentuk masyarakat yang diridhai Allah. Di dalam
Islam, keluarga menempati posisi dasar pembentukan insan yang sempurna. Bila memandang unsur pengelolaan yang baik dan adil atau amanah yang
harus dijaga dan istri memperlakukan suami sebagai amanah yang harus dimuliakan serta keduanya melaksanakan amanah untuk membesarkan dan
mengasuh anak-anaknya untuk menjadi hamba-hamba Allah. Rumah tangga adalah amanah bersama. Titik ini semestinya menjadi acuan awal ketika
menempati masalah rumah tangga sebagai sentral pembinaan umat. Biasanya masalah-masalah yang timbul dalam keluarga karena masing-masing pihak
tidak bisa memenuhi amanah tersebut. Menurut konsep Islam pembentukan keluarga dilakukan lembaga
pernikahan. Keluarga dapat diwujudkan apabila fasilitas kehidupan dan
37
Abdul Hamid Kimid, Konsep Rumah Tangga Bandung: Mizan,1992 h. 20.
38
Anshari Thayib, Struktur Rumah Tangga Muslim Surabaya: Risalah Gusti, 1992, h.1.
39
Shodiq Ihsan, Keluarga Muslim Dalam Islam Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994, h. 119