Tinjauan Arsitektur KAJIAN PUSTAKA

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Arsitektur

Arsitektur dan pariwisata memiliki keterkaitan yang erat. Salah satu cakupan arena pariwisata adalah aspek arsitektural dan perencanaan yang meliputi kawasan, tata ruang, daya tarik, strategi, kebijakan dan program. Dilihat dari sudut pandang keruangan, pariwisata merupakan bentuk kegiatan dari sebuah pergerakan manusia yang melakukan perjalanan lintas wilayah dan lintas nilai yang akhirnya bermuara pada penciptaan pola dan sistem aksesibilitas, akomodasi, sarana prasarana, dan berbagai fasilitas pendukung lainnya. Selain menfasilitasi aset-aset pariwisata dan mengorganisir aktivitas, arsitektur juga menciptakan identitas dan menghasilkan imagery and, iconography yang berhubungan dengan branding pariwisata Nuryanti, 2009; Deda, 2011. Seiring dengan meningkatnya kepedulian terhadap isu-isu keberlanjutan sustainability, pelestarian lingkungan maupun warisan budaya heritage, pariwisata telah mengalami pergeseran paradigma dari jenis wisata massal mass tourism yang bertumpu di sumbu 3S sun, sand, sea ke arah pariwisata yang lebih mengutamakan pengayaan pengalaman dan wawasan quality tourism yang bertumpu di sumbu 3E education, entertainment, environment. Jenis wisata yang mengutamakan kualitas cenderung memiliki dampak negatif yang lebih kecil karena wisatawan memperlihatkan motivasi yang berorientasi pada pengayaan pengalaman batin yang mendalam, menghargai pelestarian dan kelokalan Universitas Sumatera Utara locality. Oleh karena itu, pariwisata dengan sumber daya arsitektur warisan budaya heritage terus-menerus diprediksikan akan menjadi inspirasi dan tulang punggung perekonomian dunia, baik komponen berwujud tangible seperti bangunan historis, kawasan kota lama, struktur desa tradisional, maupun komponen tak berwujud intangible seperti cara hidup, tradisi, seni pertunjukan adat, atau kerajinan tradisional Çetin, 2010; Nuryanti, 2009. Hal penting lainnya adalah kegiatan kepariwisataan sebagai suatu industri jasa yang bersifat ramah lingkungan di dalam proses pembangunannya dibatasi oleh persyaratan-persyaratan yang ketat bagi kegiatan eksploitasi dan alokasi sumber dayanya dibandingkan dengan sektor lain, sehingga pariwisata bisa dimanfaatkan sebagai alat yang sangat efektif untuk menggerakkan pembangunan yang berkelanjutan Nuryanti, 2009. Menurut Pawitro 2011, secara garis besar pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengancam atau memberi dampak negatif pada pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Terdapat tiga 3 pilar utama dalam konsep pembangunan keberlanjutan, yakni: 1. Pilar Lingkungan: Aspek integritas ekosistem, aspek daya dukung lingkungan, aspek keanekaragaman hayati. 2. Pilar Ekonomi: Aspek pertumbuhan ekonomi, aspek tingkat produktivitas ekonomi, aspek trickle down effect efek menetes ke bawah atau pemerataan. Universitas Sumatera Utara 3. Pilar Sosial-Masyarakat: Aspek pemberdayaan masyarakat, aspek aksesibilitas pada lingkungan masyarakat, aspek identitas budaya setempat, dan aspek kesetaraan sosial dalam masyarakat. Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen internasional tentang pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dengan pembangunan dan fokus perhatiannya mengarah kepada faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar pembangunan ekonomi dan sosial. Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara lain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah. Konsep-konsep ini dapat diterapkan dalam merancang bangunan akomodasi, fasilitas, maupun aktivitas di kawasan atau daerah tujuan wisata. 2.2 Tinjauan Pariwisata 2.2.1 Potensi Pariwisata