Lingkungan I Lingkungan II Lingkungan III

4.1.2 Analisis Mikro

Menurut Yoeti 1996: 177-178, suatu tempat dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam berbagai pasar bila memenuhi tiga syarat. yaitu: a. Tersedia something to see : harus ada obyek atau atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerahtempat lain, dengan kata lain harus ada daya tarik khusus yang membuat orang mau datang ke tempat tersebut. b. Tersedia something to do : harus tersedia fasilitas dan aktivitas amusements yang dapat membuat orang betah tinggal lebih lama di tempat itu. c. Tersedia something to buy : harus tersedia fasilitas berbelanja, terutama barang-barang souvenir dan kerajinan masyarakat lokal sebagai oleh- oleh untuk dibawa pulang. Keempat lingkungan permukiman Lingkungan I – Lingkungan IV akan dikaji lebih lanjut berdasarkan tiga persyaratan di atas.

a. Lingkungan I

Tidak ada daya tarik khusus, lingkungan ini hanya berupa area permukiman biasa. Fasilitas dan aktivitas yang dapat bermanfaat bagi wisatawan juga tidak tersedia, demikian juga halnya dengan poin something to buy. Di lingkungan ini memang tedapat home industry yang bergerak dalam bidang kerajinan tangan, namun produknya bukan souvenir ataupun kerajinan khas lokal, melainkan piagamplakat penghargaan beserta kotaknya Universitas Sumatera Utara dengan range pasaran minor, hanya mencakup area Kecamatan Medan Maimun dan sekitarnya. Usaha ini dilakukan di depan rumah, tidak ada bengkel workshop, sehingga tidak memungkinkan wisatawan untuk terlibat dalam proses pembuatannya. Rumah-rumah yang memadai kondisinya untuk dijadikan rumah-hotel tidak mempunyai view langsung terhadap sungai, lagipula sempadan sungai di lingkungan ini juga dipadati dengan rumah- rumah penduduk. Gambar 4.19 Suasana permukiman di Lingkungan I Sumber: Dokumentasi penulis, 2014 Gambar 4.20 Home industry di Lingkungan I Sumber: Dokumentasi penulis, 2014

b. Lingkungan II

Lingkungan ini juga tidak mempunyai daya tarik khusus maupun fasilitas dan aktivitas yang disediakan bagi wisatawan. Home industry pun tidak ada. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.21 Suasana permukiman di Lingkungan II Sumber: Dokumentasi penulis, 2014 Dari segi fisik, rumah-rumah dan keadaan sekitar lingkungan ini lebih baik daripada lingkungan sebelumnya. Bahkan terdapat 2-3 rumah yang menerapkan corak ukiran khas setempat Melayu di fasad rumahnya. Namun, rumah-rumah tersebut terletak di tengah-tengah permukiman, tidak mempunyai view dan akses langsung ke Sungai Deli yang merupakan satu- satunya daya tarik alam di kawasan ini. Gambar 4.22 Corak Melayu pada rumah-rumah di Lingkungan II Sumber: Dokumentasi penulis, 2014 Universitas Sumatera Utara

c. Lingkungan III

Di lingkungan ini terdapat heritage building berupa empat deret rumah beraksitektur Melayu yang telah berumur ratusan tahun sejak tahun 1800-an dan tetap terpelihara oleh warga setempat yang tinggal di rumah-rumah tersebut. Bangunan historis beraksitektur vernakular tersebut tentunya menjadi daya tarik tersendiri atau something to see bagi orang-orang yang datang ke lingkungan ini, terutama oleh wisman. Gambar 4.23 Suasana permukiman di Lingkungan III Sumber: Dokumentasi penulis, 2014 Gambar 4.24 Rumah-rumah heritage di Lingkungan III Sumber: Dokumentasi penulis, 2014 Universitas Sumatera Utara Selain itu, sebagian besar rumah-rumah di lingkungan ini memiliki akses dan view ke Sungai Deli dan rumah-rumah tersebut tidak melanggar sempadan sungai. Antara rumah dengan tepian sungai terdapat lahan kosong yang biasanya digunakan sebagai lapangan bola oleh anak-anak di sekitar lingkugan. Lahan kosong ini juga terkadang digunakan sebagai area kerja oleh para seniman “Saf Handicraft”. “Saf Handicraft” merupakan home industry beralamat di Jalan Mantri No. 16 yang didirikan oleh pemiliknya, Safri Ali, sejak tahun 1998 dan terus berjalan sampai sekarang membuat berbagai kerajinan tangan untuk dijual sebagai souvenir. Produknya berupa lampu hias, bingkai foto, tempat lilin, kotak tisu, kotak pensil dan sebagainya. Keunikan usaha ini adalah materialnya berasal dari limbahsampah, seperti pelepah pisang, kulit jagung, pelepahbatokkulit kelapa ataupun eceng gondok, sehingga produknya tergolong ramah lingkungan mengusung konsep recycle. Pasaran produknya sudah menjangkau berbagai daerahkota di luar Medan bahkan hingga ke luar negeri. Berdasarkan penuturan pemiliknya, terkadang ada 1-2 orang wisman yang berkunjung untuk melihat-lihat dan membeli souvenir. Biasanya para wisman tersebut diantar oleh tour guide setempat yang sudah mengetahui “Saf Handicraft” ini. Produknya dipromosikan dengan cara mengikuti berbagai pameran handcraft ataupun pekan raya, di antaranya adalah Pekan Raya Sumatera Utara dan Pekan Raya Jakarta. Informasi mengenai “Saf Handicraft” juga dapat diakses via internet melalui alamat website maupun akun media sosial Facebook. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.25 Usaha kerajinan tangan “Saf Handicraft” di Lingkungan III Sumber: Dokumentasi penulis, 2014 Sang pemilik dan para stafnya bekerja di bengkel kerja atau workshop yang terletak di belakang rumah menghadap sungai. Kondisi fisik bangunan workshop ini tergolong sederhana, akan tetapi tetap memungkinkan wisatawantamu yang berkunjung untuk dapat terlibat langsung dalam proses pembuatan souvenir. Lagipula, sang pemilik juga mempunyai rencana ke depan untuk mengembangkan workshop ini menjadi sarana pembelajaran kerajinan tangan yang dilengkapi dengan galeri, sehingga berfungsi juga sebagai obyek wisata. Tidak hanya workshop yang dapat dikembangkan, rumah warga sekitar nantinya juga dapat dikembangkan untuk menyediakan ruangan ataupun fasilitas baru bagi wisatawantamu karena adanya lahan kosong yang tersedia. Jadi, sekalipun di lingkungan ini tidak terdapat atraksi seperti pertunjukan seni, festival, upacara atau ritual adat, maupun kegiatan Universitas Sumatera Utara komunitas yang unik dan eksotis, usaha “Saf Handicraft”ini dapat menjadi something to buy sekaligus something to do di lingkungan ini. Sayangnya, tidak ada public space yang dapat digunakan sebagai pusat komunitas setempat. Sebagai gantinya, warga menggunakan badan jalan bila ingin beraktivitas bersama. Meskipun demikian, di samping “Saf Handicraft” terdapat kedai yang di depannya tersedia bangku-bangku kayu yang sering dimanfaatkan warga setempat untuk bercengkerama dan bermain pada waktu senggang. Di dekat workshop juga terdapat lahan kosong yang cukup luas, sehingga memungkinkan bila hendak dilakukan pengembangan tertentu. Gambar 4.26 Suasana social gathering di Lingkungan III Sumber: Dokumentasi penulis, 2014

d. Lingkungan IV