Obyek Wisata Kebudayaan Objek Wisata Sejarah Objek Wisata Pendidikan Location lokasi dan aksesibilitas Accommodation akomodasi

kota berbasis heritage buildings karena banyaknya bangunan-bangunan peninggalan kolonial, baik berupa bangunan kantor, pertokoan, maupun gedung ibadah. Berikut ini adalah rincian obyek-obyek wisata Kota Medan 1 .

a. Obyek Wisata Kebudayaan

1 Istana Maimun 2 Rumah Tjong A Fie 3 Mesjid Raya 4 Gereja Lama Gereja Immanuel 5 Vihara Gunung Timur 6 Klenteng Hindu Shri Mariamman 7 Mesjid Raya Lama Al - Osmani 8 Mesjid Gang Bengkok 9 Graha Bunda Maria Annai Velangkanni

b. Objek Wisata Sejarah

1 Tugu Guru Patimpus 2 Tugu Jenderal Ahmad Yani 3 Gedung Kantor Pos 4 Menara Air Tirtanadi 5 Gedung Lonsum 1 Website resmi Pemerintah Kota Medan http:www.pemkomedan.go.idpariwisata_list.php?category=Objek20Wisata Universitas Sumatera Utara

c. Objek Wisata Pendidikan

1 Museum Bukit Barisan 2 Museum Sumatera Utara 3 Rahmat Wildlife Museum Gallery

d. Objek Wisata lainnya

1 Taman Buaya Medan 2 Kebun Binatang Medan 3 Pekan Raya Sumatera Utara 4 Ramadhan Fair 5 Taman Sri Deli 6 Taman Mora Indah Begitu banyak sebenarnya potensi yang bisa dikembangkan, namun perhatian Pemko Medan terhadap kemajuan pariwisata Kota Medan masih kurang, terlihat dari ketidakseriusan dalam mengelola obyek-obyek wisata tersebut. Misalnya penghancuran bangunan-bangunan historis untuk membangun pusat perbelanjaan, taman buaya dan kebun binatang yang tidak didukung sarana dan prasarananya, maupun obyek wisata budaya yang kurang dioptimalkan pengelolaannya; misalnya Istana Maimun yang dari dulu hanya mengandalkan segi fisik bangunan beserta isinya saja, tidak ada hal-hal baru yang dikembangkan. Akibatnya, citra Kota Medan menjadi kabur dan kehilangan daya tarik khas yang mampu menggugah wisatawan untuk berkunjung. Hilangnya sebutan Kota Medan sebagai Parijs van Sumatera Universitas Sumatera Utara dapat dicermati sebagai kelemahan daya taik industroi kepariwisataan Kota Medan Agustini, dkk, 2011. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara tahun 2011, faktor-faktor yang penghambat perkembangan pariwisata Kota Medan secara umum adalah: 1 Peningkatan jumlah perusahaan-perusahaan pariwisata yang tak terkendali, sehingga tidak seimbang dengan volume kunjungan wisatawan dan juga tidak didukung oleh fasilitas dan permodalan yang memadai. 2 Kurangnya tenaga kerja yang baik, siap pakai, dan profesional. 3 Menurunnya kualitas obyek wisata andalan Kota Medan 4 Paket wisata yang sudah ditawarkan, yakni city tour kurang menarik 5 Persaingan yang ketat dengan sesama negara ASEAN 6 Belum ada publikasi dan promosi yang optimal 7 Faktor keamanan dan ketepatan waktu tidak memadai 8 Kondisi kota secara keseluruhan tidak nyaman masalah kebersihan dan kerapian kota, polusi udara akibat kendaraan bermotor, lalu-lintas yang semrawut, dan masalah karakter masyarakat Kta Medan yang dinilai tidak sabar, tidak sopan, dan tidak disiplin mengikuti peraturan.

2.2.3 Persyaratan Destinasi Wisata

Yang penting diperhatikan dalam pengembangan suatu kawasan untuk menjadi suatu destinasi atau daerah tujuan wisata adalah bagaimana caranya Universitas Sumatera Utara agar dapat menarik wisatawan aktual maupun wisatawan potensial untuk berkunjung. Oleh karena itu, menurut Yoeti 1996 destinasi tersebut harus memenuhi tiga syarat, yaitu: a. Harus mempunyai something to see: di destinasi tersebut harus ada yang obyek atau atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki tempat lain, berarti destinasi tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang dapat dijadikan sebagai entertainment bila wisatawan datang ke sana. b. Harus tersedia something to do: selainharus ada yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan amusement berupa fasilitas-fasilitas rekreasiolahraga yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lebih lama di destinasi tersebut. c. Harus tersedia something to buy: di destinasi tersebut harus tersedia fasilitas berbelanja shopping, terutama barang-barang sovenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang oleh wisatawan ke tempat asal masing-masing. 2.3 Tinjauan Rumah-Hotel 2.3.1 Tren Pariwisata Terkini : Fenomena Homestay atau Rumah-Hotel Tren dalam dunia pariwisata senantiasa berganti. Menurut Tourism Highlight 2013 Edition, kawasan Asia dan Pasifik mencetak angka pertumbuhan terkuat selama dua tahun berturut-turut dengan 7 peningkatan, jauh mengungguli Eropa yang hanya meningkat sebesar 3. Meskipun kawasan Eropa masih tetap memegang predikat most visited region in the Universitas Sumatera Utara world, dapat dikatakan bahwakiblat pariwisata dunia saat ini mengarah ke kawasan Asia dan Pasifik, tepatnya ke negara-negara ASEAN mencetak angka pertumbuhan terkuat selama dua tahun berturut-turut. Buktinya pada tahun 2013, kota Bangkok Thailand berhasil meraih peringkat pertamaworld’s top tourist destination dengan 15,98 juta kedatangan, disusul oleh Singapura di peringkat keempat dan Kuala Lumpur Malaysia di peringkat kedelapan UNWTO, 2013. Adapun wisatawan di Indonesia beberapa tahun terakhir ini mulai mengurangi lama tinggal di hotel dan mulai mengincar kawasan perdesaan atau kawasan kampung di perkotaan untuk disinggahi dan ditinggali beberapa hari.Di Bali, berdasarkan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan I 2011 oleh Bank Indonesia, rata-rata masa tinggal wisatawan mancanegara di hotel berbintang ataupun kelas melati tercatat sekitar tiga hari. Padahal, beberapa tahun sebelumnya bisa mencapai lebih dari lima hari masa tinggalnya. Pemerintah setempat memperkirakan turis asing memilih berpindah-pindah untuk menginap, sehingga masa tinggal di satu hotel pun menjadi pendek Kompas, 2011.. Demikian halnya dengan pariwisata di Sumatera Utara, berdasarkan Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara 2014, tingkat penghunian kamar TPKseluruh klasifikasi hotel berbintang pada bulan Januari hampir semuanya mengalami penurunan, kecuali hotel bintang satu yang mengalami peningkatan sebesar 0,20 persen. Sedang penurunan TPK terbesar terjadi pada hotel bintang dua yaitu sebesar 22,48 poin diikuti oleh hotel bintang Universitas Sumatera Utara empat yang turun sebesar 13,78 poin, hotel bintang tiga dan bintang lima masing-masingmengalami penurunan TPK yaitu sebesar 12,52 poin dan 4,51 poin. Jelas terlihat bahwa akomodasi berbiaya rendah lebih diminati Badan Pusat Statistik, 2014. Fakta ini juga ditegaskan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Mari Elka Pangestu, yang menyatakan bahwa tren pariwisata tahun 2014 ini adalah tingginya minat wisatawan terhadap wisata budaya karena warisan budaya kini menjadi aset yang semakin berharga dalam tataran global dan menyatu dengan pariwisata. Indonesia yang kaya akan ragam warisan budaya sangat berpeluang untuk mengintegrasikan ekonomi kreatif berbasis budaya sebagai daya tarik wisata Puskompublik Kemenparekraf, 2014. Salah satu peluangnya adalah dengan pengembangan homestay atau rumah-hotel. Fasilitas akomodasi yang menerapkan konsep “home away from home” ini menekankan pada perasaan nyaman, rileks dan serasa berada di rumah sendiri padahal sebenarnya sedang berada jauh dari rumah atau negara asal.Kota-kota destinasi wisata utama di Indonesia seperti Bali, Yogyakarta dan Bandung sudah menanggapi gelagat tren wisata yang melirik rumah- rumah penduduk ini. Di Bali, sebanyak tujuh desa di enam kabupaten dari sembilan kabupatenkota mendapatkan dana untuk mewujudkan desa wisata dengan memperbaiki infrastruktur hingga pelatihan SDM dari warga setempat.Beberapa rumah diharapkan bisa menjadi tempat tinggal wisatawan dengan standar yang sesuai sehingga tidak kalah dengan hotel-hotel. Universitas Sumatera Utara Di Yogyakarta, telah terdapat beberapa desa wisata, misalnya Desa Sambi di Kabupaten Sleman yang menyediakan fasilitas homestay di rumah- rumah penduduk desa. Kawasan Prawirotawan dan Sosrowijayan sendiri telah lama mendapat predikat sebagai Kampung Turis atau Kampung Internasional, walaupun kawasan tersebut berupa kampung perkotaan dengan ciri khas gang-gang sempit, daerah tersebut senantiasa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan di samping obyek wisata lainnya Prihandaya, 2012. Bandung juga sedang menggalakkan pengembangan jenis akomodasi low budget ini di kampung-kampung wisata yang saat ini sudah beberapa berdiri di Bandung. Istilah rumah-hotel pun dicetuskan pertama kali oleh Pemko Bandung ketika memberi penjelasan mengenai kehadiran rumah-hotel yang secara prinsipal sama artinya dengan istilah homestay Asdhiana, 2013 .

2.3.2 Definisi Rumah-Hotel

Istilah rumah-hotel dicetuskan oleh Pemerintah Kota Bandung yang menyatakan bahwa rumah-hotel merupakan rumah-rumah penduduk kelas menengah ke bawah yang dijadikan tempat menginap untuk wisatawan yang sedang berkunjung ke Bandung. Rumah-rumah yang terdaftar dalam jaringan rumah-hotel akan diberi bantuan dana supaya rumah dapat di-upgrade sedapat mungkin sehingga fasilitasnya setara dengan kamar standar di sebuah hotel tanpa menghilangkan suasana kampung yang masih orisinil. Jaringan rumah-hotel tersebut tersebar di beberapa kawasan, seperti Dago Pojok, Sarijadi, dan Cipaku Galih dan Eni, 2013. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya pengertian rumah-hotel sama dengan homestay. Menurut ASEAN Tourism Standards 2007, homestay merupakan salah satu bentuk akomodasi yang menggunakan rumah tinggal, menyediakan kesempatan bagi tamuwisatawan untuk menjalani kehidupan sehari-hari keluarga atau komunitas sekaligus sebagai daya tarik wisata. Unlumlert dalam Mapjabil,dkk 2011 mendefinisikan homestay sebagai berikut: “as one type of lodging that the tourist share with home owner with intention to learn culture and lifestyle from the home owner who is willing to transmit and sharing culture. The home owner is the one who prepared lodging and foods for the tourist with reasonable pay.” Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa homestay adalah salah satu alternatif akomodasi berupa rumah tinggal dengan fasilitas dan pelayanan yang murah dan sederhana bagi wisatawan untuk memberikan kesempatan bagi wisatawan, pemilik rumah maupun komunitas sekitar untuk saling mempelajari gaya hidup way of life, bahasa, dan budaya masing-masing. Terkadang istilah homestay merujuk pada fasilitas untuk pelajarmahasiswa yang studi di luar negeri dimana mereka dapat tinggal serumah dengan keluarga setempat yang berdomisili di dekat sekolahkampus yang bersangkutan. Namun, dalam penelitian ini, homestay merujuk pada akomodasi pariwisata. Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Konsep Rumah-Hotel

Dalam dunia kepariwisataan, rumah-hotel atau homestay termasuk dalam kategori akomodasi non-hotelakomodasi tambahan supplementary accomodation yang bertujuan menyempurnakan komplementaritas antara kebutuhan wisatawan dan jasa kepariwisataan. Jenis akomodasi ini memberi kesempatan bagi wisatawan untuk menginap menurut keinginan hatinya sebab akomodasi ini sewanya lebih murah, lebih bebas tidak ada ketentuan yang mengikatmengenai pengaturan jadwal, cara berpakaian ataupun bergaul seperti di hotel, lebih dekat dengan alam, lebih banyak kontak dengan sesama wisatawan dan penduduk setempat, dan mendekatkan tamu pada suasana kehidupan biasa seperti di rumah sendiri Soekadijo, 1996: 114 ; Pendit, 2002: 97. Maksud dari pengadaan homestay adalah untuk mengakomodasi wisatawan di kampungdesa bersama dengan tuan rumah dan keluarga setempat host family, sehingga memampukan wisatawan untuk belajar tentang gaya hidup lokal, budaya, dan alam setempat Ibrahim, 2010 sekaligus dalam rangka profitable purposes untuk meningkatkan kualitas ekonomi host family tersebut Kontogeorgopoulos, 2013. Usaha akomodasi berupa rumah tinggal pribadi ini oleh Lynch 2005 disebut dengan istilah commercial home enterprise atau rumah komesial. Ada banyak bentuk akomodasi yang menggunakan prinsip rumah komersial ini, misalnya guest house, bed and breakfast BB, rumah sewa boarding house, losmen lodging, maupun pondok wisata. Namun, Universitas Sumatera Utara homestay pada dasarnya tidak menekankan unsur komersial atau pencarian keuntungan pribadi semata, tetapi lebih kepada lifestyle experience dan memberdayakan host family dan komunitas setempat dari segi ekonomi maupun budaya. Jadi yang membuat rumah-hotel atau homestay ini berbeda dengan akomodasi sejenis lainnya adalah konsep “rumah” atau lebih dikenal dengan istilah “home away from home”. Ciri utamanya adalah elemen tinggal bersama dengan host family sehari-harinya, melibatkan wisatawan makan, memasak, ataupun beraktivitas bersama Ibrahim, 2010. Jadi, host family tinggal di tempat atau living upon the premises Lynch, 2005, bukan sekedar menyewakan ruang atau bangunan yang ‘bernuansa’ rumah. Ciri lainnya menurut Lynch 2005 adalah batasan boundaries antara ruang publik dan ruang privat . Ruang privat dalam rumah dibuka menjadi ruang publik, berbeda dari akomodasi lain yang ruang privatnya hanya terbuka bagi staf saja. Adapun Rivers dalam Seubsamarn 2009 menyatakan pada akomodasi homestay utilitas dan makanan biasanya disertakan, lama menginap bisa harian, mingguan, bulanan, bahkan tidak terbatas kecuali ditentukan oleh pemilik rumah. Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep rumah-hotel atau homestay adalah tinggal satu atap dan berinteraksi langsung dengan host family, ruang privat dibuka menjadi ruang publik, serta dilengkapi sarapan breakfast included dan segala keperluan utilitas seperti listrik penerangan, air bersih, maupun pemanas. Universitas Sumatera Utara

2.3.4 Kriteria dan Persyaratan Rumah-Hotel

Menurut Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, I Gede Pitana, s ampai saat ini belum ada standar baku mengenai rumah-hotel ataupun homestay di Indonesia yang telah dibuat oleh pemerintah Indonesia. Sementara ini, disarankan setiap kota atau daerah yang memiliki homestay harus memperhatikan lima aturan dasar, yakni sanitasi dan higienis, pencahayaan, tidak ada gangguan suara, toilet yang menempel dengan rumah tidak terpisah, dan air yang sehat. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedang mengerjakan standar tersebut yang nantinya akan terbagi menjadi standar usaha dan standar kompetensi tenaga kerja sebagai acuan dalam pengelolaannya di Indonesia. Standarisasi tersebut disusun dengan mempertimbangkan standarisasi serupa di ASEAN yang juga sedang dalam proses penyusunan Adapun homestay-homestay yang beroperasi di beberapa wilayah, seperti di Bali dan Sawahlunto, masih berpedoman pada Peraturan Pemerintah dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia PHRI, misalnya toilet bersih dalam rumah dan ranjang dengan sprei putih polos. Kriteria yang ditekankan adalah aspek kebersihan, pencahayaan, kebisingan, toilet, dan persediaan air bersih. Sedangkan rumah- hotel yang sedang dalam tahap pengembangan di Bandung saat ini menerapkan konsep yang mirip dengan konsep bed and breakfast, yaitu menyediakan kamar yang bersih dan sarapan pagi Siahaan, 2013. Akan tetapi, untuk kawasan Asia Tenggara telah ditetapkan suatu standar oleh organisasi ASEAN yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam Universitas Sumatera Utara pengembangan homestay, yakni Final ASEAN Homestay Standard 2011 yang terdiri dari sembilan kriteria, antara lain host, accomodation, activities, management, location, hygiene, safety and security, marketing and promotion,dan sustainability principles. Di bawah ini akan diuraikan kriteria dan persyaratan homestay yang berhubungan dengan kajian potensi dan konsep desain saja, yaitu host, accomodation, activities, location, dan sustainability principles.

a. Location lokasi dan aksesibilitas

- Lokasi homestay dapat dicapai oleh moda transportasi yang mana saja. - Penanda signage yang jelas sebaiknya disediakan untuk memandu wisatawan menuju homestay.

b. Accommodation akomodasi

 Rumah - Struktur rumah atap, dinding, pintu, lantai, dan sebagainya harus dalam keadaan baik, stabil, dan aman kondisinya. - Desain dan material bangunan merefleksikan arsitektur vernakular dan identitas lokal. - Kamar tidur untuk tamuwisatawan harus terpisah dari kamar tidur lainnya di rumah tersebut. - Harus ada minimal satu kamar manditoilet untuk wisatawan di dalam rumah danatau di dalam kamar wisatawan. - Memiliki suplai listrik dan air bersih yang memadai. Universitas Sumatera Utara  Kamar Tidur - Menyediakan perabotan dasar di dalam kamar wisatawan, misalnya kipas angin, meja, lemari kecil, cermin, soket listrik, kawatkasa nyamuk, dan lain-lain. - Maksimum empat kamar dari total jumlah kamar di rumah yang tidak digunakan oleh anggota keluarga host dialokasikan untuk wisatawan. - Menyediakan tipe ranjang yang standar dan tepat seperti single bed dan double bed dengan kasur dan bantal.  ToiletKamar Mandi - Menyediakan tipe kloset duduk atau jongkok di dalam rumah bila diluar harus dekat dengan rumah dengan fasilitas kamar mandi standar. - Air bersih dan memadai harus disediakan setiap saat.

c. Activities aktivitas