yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri di pasar faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus
cost push inflation, kenaikan harga sering kali diikuti oleh kelesuan usaha.
2.5.2. Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu indikator penting dalam menganalilis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan apabila balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya.
Definisi Gross Domestic Product GDP sendiri adalah sejumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah pada periode tertentu
Sukirno, 2000: 56. Menurut Putong 2003 menjelaskan perbedaan antara pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output pendapatan nasional yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat
pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan perkembangan ekonomi adalah perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang
senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi
adalah pendapatan nasional seperti Gross National Product GNP dan Gross Domestic Product GDP. Dalam prakteknya GDP lebih lazim digunakan
daripada GNP, mengingat batas wilayah perhitungan GDP terbatas pada negara yang bersangkutan. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai GDP yang
digunakan adalah nilai GDP riil. Hal ini dikarenakan bahwa dengan menggunakan harga konstan, pengaruh perubahan harga telah dihilangkan sehingga sekalipun
angka yang muncul adalah nilai uang dari total output barang dan jasa, perubahan nilai GDP sekaligus menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa
yang dihasilkan selama periode pengamatan Rahardja dan Manurung, 2001. Cara melakukan perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah sebagai
berikut : … … … … …. .6
Pertumbuhan ekonomi yang dalam pembahasan ini diproksi dari besaran GDP riilnya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tukar. Besarnya
GDP riil secara sistematik menggambarkan kondisi finansial dan pangsa pasar suatu negara. Tingkat GDP riil yang besar menunjukkan ukuran pasar, sehingga
akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya. Hubungan GDP riil dengan nilai tukar dapat terlihat dari hipotesis Balassa-Samuelson, dimana
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka akan menyebabkan apresiasi nilai tukar. Ito, Isard dan Symansky 1999, menjelaskan asumsi dari hipotesis Balassa-
Samuelson dapat diuraikan dalam empat langkah: 1 Perbedaan tingkat pertumbuhan produktivitas antara sektor tradable dan nontradable menyebabkan
perubahan harga relative, 2 Rasio harga barang nontradable dengan harga barang tradable lebih tinggi dalam ekonomi yang lebih cepat tumbuh, 3 Rasio
harga barang tradable antar negara tetap konstan atau dalam kasus khusus ketika harga tradable yang menyamakan kedudukan di seluruh negara, dan 4
Kombinasi dari asumsi 2 dan asumsi 3 menyebabkan apresiasi nilai tukar riil.
2.5.3. Suku Bunga