presentase Na dapat ditukar. Nilai DHL abu terbang dapat melebihi 13 dSm Gupta, 2008 dalam Hayati, 2010.
Abu terbang sendiri berpotensi meningkatkan daya hantar listrik tanah. Hal tersebut disebabkan banyaknya garam-garam terlarut hilang oleh proses
pencucian yang terjadi karena wilayah Suralaya memiliki curah hujan yang tinggi. Menurut Haynes 2009, proses pencucian menyebabkan berkurangnya garam-
garam terlarut dan menurunkan pH. Partikel abu terbang yang sangat halus dan bersifat porous berkontribusi terhadap tingkat pencucian yang tinggi.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan perbandingan tanah dan aquades 1:5 serta acuan dari Soil Science of America 1973, tanah yang berada baik
di dekat landfill abu terbang maupun yang berada di luar landfill tergolong tanah yang normal dan baik terhadap pertumbuhan tanaman karena memiliki nilai DHL
2 dSm. Nilai DHL pada tanah di dekat landfill berkisar antara 0,033-0,049 dSm, sedangkan tanah di luar landfill 0,016-0,048 dSm. Namun bila lapisan atas
0-10 cm kedua tanah tersebut dibandingkan, maka terlihat bahwa tanah di luar landfill 0,046 dSm memiliki DHL lebih tinggi daripada tanah di dekat landfill
0,039 dSm. Media tumbuh yang baik adalah media yang mempunyai daya sangga
yang cukup tinggi terhadap daya hantar listrik. Nilai DHL media tanam yang rendah harus dipertahankan karena nilai DHL yang rendah menunjukkan tekanan
osmosis yang rendah, sehingga akan memudahkan sistem pengambilan unsur hara oleh tanaman. Apabila nilai DHL tinggi, maka tanaman akan sulit dalam
menyerap unsur hara yang disebabkan oleh tingginya garam-garam terlarut sehingga mencegah terjadinya reaksi-reaksi hidrolisis.
4.2.8. Tekstur Tanah
Tekstur merupakan nisbah antara beberapa kelompok zarah-zarah suatu tanah yang merupakan ciri khas dasar tanah dan memiliki sifat yang tidak mudah
berubah. Tekstur tanah juga dapat menunjukkan sifat kimia suatu tanah dan sifat fisik lainnya. Namun secara alamiah, penambahan abu terbang tidak
mempengaruhi tekstur tanah.
Berdasarkan hasil analisis, tanah di sekitar area PLTU Suralaya baik di dekat maupun di luar landfill memiliki tekstur yang sama, yaitu liat. Hal tersebut
disebabkan oleh tingginya kadar liat 50 dibandingkan dengan kadar pasir dan debu. Tekstur liat pada tanah tersebut mempengaruhi beberapa sifat tanah baik
fisik maupun kimia. Cukup tingginya kandungan bahan organik dalam tanah di area PLTU Suralaya, apabila bercampur dengan zarah liat dapat menyebabkan
konsistensi tanah menjadi lebih gembur. Tanah dengan konsistensi gembur sangat baik sebagai media tumbuh tanaman karena mempermudah pergerakan akar
dalam mengambil unsur hara esensial di dalam tanah. Tanah bertekstur liat umumnya memiliki KTK yang tinggi karena daya
jerap koloid-koloid tanah terhadap kation-kation kuat sehingga kation-kation tersebut sulit tercuci oleh air gravitasi. Tanah dengan tekstur liat juga memiliki
agregat yang kuat dan daya retensi air yang tinggi, sehingga proses pencucian berlangsung dengan lambat. Kondisi tersebut dapat menyebabkan tanah tidak
banyak kehilangan unsur-unsur hara akibat pencucian.
4.2.9. Unsur-unsur Mikro Dan Logam-Logam Berat Fe, Mn, Cu, Zn, Ni, dan Cr
Unsur mikro merupakan unsur hara yang terdapat di tanah dan dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit. Besi Fe, Mangan Mn, Seng Zn, dan
Tembaga Cu merupakan contoh unsur-unsur mikro esensial. Namun Fe, Mn, Zn, dan Cu juga dapat dikategorikan sebagai logam berat apabila konsentrasinya
tinggi dalam tanah sehingga bersifat toksik dan berbahaya. Kandungan Fe tanah di dekat landfill abu terbang berkisar antara 5,37
hingga 6,28, sedangkan pada tanah di luar landfill kadar Fe adalah sebesar 6,09 hingga 7,72. Secara umum, konsentrasi Fe dalam tanah memang tinggi,
seperti halnya kadar Si dan Al. Sejalan dengan pernyataan Soepardi 1983, bahwa besi merupakan unsur mikro yang paling banyak dijumpai dalam tanah
yang kemudian diikuti oleh mangan, seng, dan tembaga. Mangan merupakan unsur mikro tertinggi kedua yang terdapat di tanah
setelah besi. Tanah di dekat landfill memiliki kadar Mn sebesar 0,20 hingga 0,24 lebih rendah dibandingkan pada tanah yang berada di luar landfill yang
memiliki kadar Mn sebesar 0,15 hingga 0,27. Kadar Mn di dalam tanah diperkirakan cukup tinggi karena ditemukan banyaknya konkresi mangan pada
kedalaman solum tanah 20 cm. Konsentrasi Cu dan Zn di tanah pada kedua lokasi cenderung mengalami
penurunan dengan semakin dalamnya solum. Kadar Cu pada tanah di dekat landfill berkisar antara 7,3 ppm hingga 8,6 ppm, lebih rendah dibandingkan kadar
Cu pada tanah di luar landfill yang berkisar antara 7 ppm hingga 9 ppm, sedangkan kadar Zn pada tanah di dekat landfill berkisar antara 36 ppm hingga
38,5 ppm lebih tinggi dibandingkan dengan tanah di luar landfill yang berkisar antara 18,6 ppm hingga 32,3 ppm. Menurut Alloway, 1995 dalam Hayati,
2010 kisaran normal untuk Cu dan Zn dalam tanah masing-masing adalah 2-250 ppm dan 1-900 ppm. Abu terbang dapat meningkatkan kandungan Zn dan Cu,
namun ketersediaan kedua unsur tersebut akan menurun sebanding dengan meningkatnya pH tanah Scotti et al., 1998. Dibandingkan dengan Fe, Mn, dan
Cu, Zn merupakan unsur mikro paling besar yang dikandung oleh tanah di dekat landfill.
Logam berat termasuk zat pencemar karena sifatnya yang stabil dan sulit untuk diuraikan. Di dalam tanah, logam berat terdiri atas berbagai bentuk, yaitu
bentuk terikat pada partikel organik, bentuk tereduksi hidroksida, karbonat, sulfida, dan bentuk terlarut dalam tanah. Abu terbang mengandung banyak unsur
logam berat antara lain Kromium Cr, Timbal Pb, Nikel Ni, dan Kadmium Cd. Oleh sebab itu, abu terbang dikategorikan sebagai limbah beracun dan
berbahaya bagi lingkungan. Dalam penelitian ini hanya dianalisis dua unsur logam berat, yaitu Ni dan
Cr. Kandungan kedua logam berat tersebut tergolong sangat rendah. Alloway, 1995 dalam Hayati, 2010 menyatakan bahwa kisaran normal untuk logam Ni
dan Cr dalam tanah berturut-turut adalah 2-750 ppm dan 5-1500 ppm. Konsentrasi Ni dan Cr pada abu terbang PLTU Suralaya sangat rendah, bahkan tidak
terdeteksi Tabel 2. Kandungan Ni pada tanah di dekat landfill berkisar antara
0,5 ppm hingga 1 ppm, sedangkan pada tanah di luar landfill berkisar antara 1 ppm hingga 3 ppm. Kandungan Cr pada tanah di dekat landfill berkisar antara 1
ppm hingga 1,5 ppm, sedangkan pada tanah di luar landfill berkisar antara 1 ppm hingga 2,5 ppm.
Pemanfaatan bahan-bahan yang diperkirakan memberikan efek negatif pada lingkungan termasuk abu terbang memerlukan uji TCLP Toxicity
Characteristic Leaching Prosedure sehubungan dengan unsur-unsur toksik yang dikandungnya. Berdasarkan analisis karakteristik abu terbang yang telah
dilakukan oleh Hayati 2010, konsentrasi total logam termasuk Ni dan Cr abu terbang PLTU Suralaya lebih rendah dibandingkan batasan nilai TCLP yang
ditetapkan oleh PP No. 85 Tahun 1999 tentang batas normal kandungan logam
dan limbah berbahaya Tabel Lampiran 1, sehingga sifat toksisitas abu terbang
masih di bawah ambang batas kandungan normal dan tidak berbahaya bagi lingkungan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN