mikro seperti Fe, Mn, Cu, dan Zn menjadi mudah larut serta menghambat perkembangan mikroorganisme tanah.
4.2.2. Kapasitas Tukar Kation KTK
Pertukaran kation dalam tanah terjadi karena adanya muatan negatif koloid tanah yang menjerap kation-kation dalam bentuk dapat dipertukarkan. Kapasitas
tukar kation berhubungan dengan kapasitas penyediaan Ca, Na, Mg, dan K. Nilai KTK antara tanah yang berada di sekitar landfill dan yang berada di
luar landfill cenderung berbeda walaupun perbedaannya tidak terlalu besar. Tanah di dekat landfill memiliki kisaran nilai KTK berkisar dari 15,14 cmolkg hingga
18,04 cmolkg, sedangkan KTK tanah di luar landfill berkisar antara 10,65 cmolkg hingga 15,14 cmolkg. Semakin ke bawah, nilai KTK tanah pada kedua
lokasi semakin menurun di tiap solumnya. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah oleh Balai Penelitian Tanah 2005, KTK tanah di sekitar landfill abu
terbang PLTU Suralaya tergolong dalam kisaran rendah 5-16 cmolkg hingga sedang 17-24 cmolkg.
Tanah di sekitar landfill memiliki nilai KTK yang lebih tinggi. KTK tanah tidak berkaitan langsung dengan pengaruh dari abu terbang. Namun, pada tanah-
tanah yang fraksi liatnya didominasi oleh muatan tergantung pH, maka semakin tinggi pH tanah, semakin besar muatan negatif pada fraksi liat dan semakin tinggi
KTK tanahnya. Dalam penelitian ini masih perlu dibuktikan jenis mineral liat yang menyusun fraksi liat tanah.
4.2.3 C-organik
Karbon merupakan penyusun bahan organik. Komponen C-organik yang dikandung suatu tanah sangat dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik yang
berasal dari organisme hidup di tanah dimana tanaman menjadi sumber utama komponen organik tanah. Abu terbang memiliki kandungan karbon organik yang
sangat kecil, bahkan jumlahnya dapat diabaikan. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan bahan organik pada batubara telah hilang ketika batubara mengalami
proses pembakaran. Oleh sebab itu, abu terbang tidak banyak menyumbangkan bahan organik ke tanah.
Tanah yang berada di dekat landfill abu terbang memiliki kandungan C- organik berkisar dari 2,02 sampai 2,72 lebih tinggi dibandingkan dengan
kandungan C-organik pada tanah yang berada di luar landfill yang berkisar dari 1,07 hingga 2,14. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah oleh BPT
2005, kandungan C-organik pada tanah sekitar landfill PLTU Suralaya tergolong dalam kisaran rendah 1-2 hingga sedang 2,01-3.
Faktor utama yang menyebabkan tanah di sekitar landfill memiliki kandungan C-organik lebih tinggi bukan oleh banyaknya abu terbang yang
tertimbun di tanah, melainkan lebih dipengaruhi oleh banyaknya tanaman yang
tumbuh di atas tanah tersebut Gambar Lampiran 3. Tanah-tanah yang berada
disana ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman mulai dari cover crop berupa vegetasi pionir seperti ceplukan, kirinyuh, rumput cakar ayam, dan asam londo
sampai tanaman pertanian seperti nangka, sukun, dan sejenis palem-paleman. Semakin banyak tanaman yang tumbuh subur di atas tanah, maka proses
dekomposisi komponen organik yang menghasilkan CO
2
dan H
2
O pun akan berlangsung terus menerus dan menyumbangkan banyak bahan organik ke dalam
lapisan tanah. C-organik yang tinggi juga dapat meningkatkan nilai KTK tanah karena
bahan organik yang sudah terlapuk di dalam tanah berada dalam keadaan koloidal, yang berukuran kecil, mempunyai luas permukaan yang lebar, serta adanya
muatan permukaan negatif seperti koloid tanah, sehingga menyebabkan kation- kation dan air dapat melekat atau dijerap yang kemudian dipertukarkan oleh
kation yang terdapat dalam larutan tanah.
4.2.4. Basa-basa K, Na, Ca, Mg dan Kejenuhan Basa