Kelas Drainase Bentuk Lahan

3. Kelas Drainase

Drainase merupakan parameter penentuan banjir yang terkait dengan tekstur tanah. Tekstur tanah dapat menggambarkan kemampuan tanah dalam meresapkan air. Tanah bertekstur halus lebih lambat dalam meresapkan air ke dalam namun, mampu mengikat air lebih lama bila dibandingkan tanah bertekstur kasar. Hal ini mendasari pemikiran bahwa tanah bertekstur halus lebih cepat jenuh sehingga aliran permukaan dan genangan air lebih cepat terjadi. Kondisi ini menunjukkan drainase yang buruk. Sehingga pada tanah yang bertekstur halus memiliki drainase yang buruk dan mudah terjadi genangan. Semakin buruk drainase maka kemungkinan terjadinya genangan air atau banjir semakin tinggi. Penelitian tentang pemetaan kerawanan, seperti Suherlan 2001 dan Utomo 2004 membagi kelas tekstur tanah dalam pemberian nilai skor, sedangkan Wiujianna 2005 dan Purnama 2008 menggunakan kelas drainase dalam pemberian nilai skor. Raharjo 2008 membagi kelas berdasarkan nama tanah klasifikasi USDA untuk pemberian nilai skor Lampiran 1.

4. Bentuk Lahan

Bentuk lahan merupakan salah satu wahana tempat berlangsungnya proses air mengalir yang berasal dari input hujan sampai ke laut. Bentuk lahan dari permukaan yang berbeda memberikan arti bahwa permukaan tersebut terkena suatu tenaga yang prosesnya berulang-ulang sehingga memberikan ciri dan karakter yang berbeda Raharjo, 2008. Bentuk lahan yang berbeda memiliki respon yang berbeda dalam merespon air. Pemberian skor terhadap bentuk lahan dilakukan berdasarkan respon bentuk lahan tersebut terhadap air hujan. Bentuk lahan yang lebih landai hingga cekung memiliki kemungkinan terjadi banjir lebih besar karena aliran air akan bergerak lambat sehingga kemungkinan terjadinya genangan atau banjir lebih tinggi. Utomo 2004 mengelompokkan 15 kelas bentuk lahan dengan nilai skor berbeda. Raharjo 2008 mengelompokkan 16 kelas bentuk lahan Lampiran 1. Utomo 2004 memberi berbeda terhadap tiap kelas bentuk lahan. Nilai terbesar diberikan pada kelas bentuk lahan yang dianggap paling berpengaruh terhadap kejadian benjir. Sedikit berbeda dengan Raharjo 2008 yang memberi nilai skor yang sama untuk bentuk lahan yang dianggap memiliki respon yang sama terhadap air hujan dan nilai yang berbeda terhadap bentuk lahan yang dianggap memiliki respon berbeda terhadap air hujan.

5. Penutupan Lahan dan Buffer Sungai