3.4 Metode Pengolahan Data
Metode  pengolahan  data  menjabarkan  metode-metode  yang  digunakan dalam mengolah masing-masing data. Hasil pengolahan data dari masing-masing
data adalah informasi yang dibutuhkan untuk diolah pada tahap selanjutnya.
3.4.1 Analisis Citra Landsat dan DEM SRTM
Citra  satelit  yang  digunakan  adalah  Citra  Landsat  ETM  +7  SLC-off  daerah Kabupaten  Indramayu  saat  musim  hujan  dengan  kondisi  awan  yang  paling
minimum.  Pada  citra  satelit  Landsat-7  SLC-off  ini,  terdapat  gap.  Gap  tersebut dikoreksi  dengan  menggunakan  produk  gap-filled  frame  and  fill  dari  USGS.
Koreksi  yang dilakukan dalam penelitian  ini  menggunakan  citra SLC-off sebagai citra pengisi metode SLC-off to SLC-off.
Tahapan selanjutnya adalah layer stack dan mosaicing dengan menggunakan ERDAS Imagine 9.1. Layer stack adalah  menggabungkan layer-layer band  yang
terpisah  menjadi  satu  layer  citra.  Mosaicing  adalah  menggabungkan  dua  citra yang  bertampalan.  Mosaicing  citra  dilakukan  karena  wilayah  Kabupaten
Indramayu diliput dalam dua scene yang berbeda. Penutupan  Lahan  dinterpretasi  dari  citra  Landsat  secara  visual.dengan
mengacu  kepada  “Petunjuk  Teknis  Penafsiran  Citra  Resolusi  Sedang”  yang dikeluarkan  oleh  Direktorat  IPSDH  Inventarisasi  dan  Pemantauan  Sumberdaya
Hutan.  Kombinasi  band  yang  digunakan  adalah  5-4-2.  Hasil  interpretasi didigitasi dengan menggunakan ArcView 3.3.
Analisis data DEM SRTM dilakukan dengan bantuan software ArcView 3.3 dan  exstensions  spatial  analysis.  Data  DEM  SRTM  dengan  mudah  dapat
dikonversi  menjadi  garis  kontur  maupun  slope  kemiringan  lereng.  Hasil  dari analisis data DEM SRTM yang digunakan dalam analisis adalah peta kelas lereng.
3.4.2 Analisis Data Curah Hujan
Data  curah  hujan  yang  digunakan  adalah  data  dari  19  stasiun  hujan  yang tersebar  di  wilayah  Kabupaten  Indramayu.  Data  yang  didapatkan  berupa  data
curah  hujan  rata-rata  bulanan  selama  periode  15  tahun.  Data  ini  menjadi  input dalam  pembuatan  peta  curah  hujan.  Peta  curah  hujan  yang  dibuat  adalah  peta
curah  hujan  rata-rata  bulanan  dan  peta  curah  hujan  rata-rata tahunan.  Peta  kelas curah  hujan  rata-rata  bulanan  didapatkan  dari  data  rata-rata  curah  hujan  periode
tiga  bulan  di  musim  hujan  dengan  curah  hujan  yang  paling  tinggi,  yaitu  pada bulan  Desember-Februari.  Peta  kelas  curah  hujan  tahunan  didapatkan  dari  data
rata-rata total curah hujan tahunan. Metode yang digunakan dalam  membuat peta curah hujan adalah interpolasi
keruangan  dengan  metode  kriging.  Penerapannya  menggunakan  ArcView  3.3 dengan  ekstensions  kriging  interpolation.  Hasilnya  berupa  peta  isohyet  dalam
bentuk  grid.  Data  tersebut  kemudian  didigitasi  sehingga  menjadi  data  dalam bentuk vektor sehingga memudahkan dalam analisis selanjutnya.
3.4.3 Analisis Peta Tematik