a. Daerah Pesisir Pantai
Daerah pesisir pantai merupakan daerah yang rawan banjir. Hal tersebut dikarenakan daerah pesisir merupakan dataran rendah yang elevasi permukaan
tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata mean sea level MSL dan tempat bermuaranya sungai.
b. Daerah Dataran Banjir
Daerah dataran banjir adalah daerah dataran rendah di sisi sungai yang memiliki elevasi sangat landai dan relatif datar. Aliran air menuju sungai yang
lambat akibat dataran banjir ini, mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal. Bencana banjir
umumnya terjadi terutama pada daerah yang dilalui sungai besar dengan debit banjir yang besar.
c. Daerah Sempadan Sungai
Daerah ini merupakan daerah rawan banjir, namun daerah ini sering dimanfaatkan sebagai tempat hunian dan kegiatan usaha. Akibatnya, apabila
terjadi banjir akan menimbulkan dampak bencana yang membahayakan jiwa dan harta benda.
d. Daerah Cekungan
Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi hulu sungai. Daerah cekungan dapat menjadi
daerah rawan bencana banjir, bila penataan kawasan atau ruang tidak terkendali dan mempunyai sistem drainase yang kurang memadai.
2.3 Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh adalah ilmu, teknik, dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji Lillesand dan Kieffer, 1994. Data Penginderaan Jauh
dapat berupa citra, grafik, dan data numerik. Data tersebut dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang objek, daerah, atau fenomena yang diindera atau
diteliti. Proses penerjemahan data menjadi informasi disebut analisis dan interpretasi data.
Analisis data Penginderaan Jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik, dan data lapangan. Hasil analisis yang diperoleh berupa
informasi mengenai bentang lahan, jenis penutup lahan, kondisi lokasi, dan kondisi sumberdaya daerah yang diindera Purwadhi, 2001. Informasi jenis
penutupan lahan didapatkan dengan melakukan interpretasi terhadap citra satelit maupun foto udara. Jenis penutupan lahan merupakan parameter fisik yang
banyak membantu berbagai analisa dan evaluasi dalam aplikasi penginderaan jauh. Penutupan lahan secara mudah didapatkan dari data Penginderaan Jauh
sehingga lebih menghemat waktu dan biaya. Salah satu bentuk data Penginderaan Jauh adalah citra satelit. Citra dari
satelit Landsat merupakan salah satu citra satelit yang banyak digunakan dalam aplikasi Penginderaan Jauh karena cukup baik dalam interpretasi penutupan lahan
daerah yang luas dan mudah didapatkan. Misi satelit Landsat yang terakhir diluncurkan ke orbit adalah Landsat 7 ETM+. Citra Landsat terdiri dari beberapa
saluran yang memiliki kegunaan tertentu Tabel 1. Terhitung sejak tanggal 31 Mei 2003, Satelit Landsat-7 ETM+ dioperasikan
dengan mode SLC-off akibat kerusakan pada salah satu instrument sensor yaitu
Scan Line Corrector SLC secara permanen Julimantoro, 2004. Pada citra
satelit Landsat-7 SLC-off ini, terdapat gap bagian yang terlewat oleh sapuan sensor pada data citra seluas 22 dari luasan citra. Koreksi terhadap gap ini
dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan produk gap-filled frame and fill dari USGS. Produk ini memungkinkan koreksi citra utama dengan
mengunakan citra kedua pengisi untuk mengisi wilayah gap. Koreksi dapat dilakukan dengan mengunakan citra pengisi SLC-on SLC off to SLC-on atau
dengan citra pengisi SLC-off SLC off to SLC-off.
Tabel 1 Band Landsat 7 dan Kegunaanya Saluran
Kisaran Panjang Gelombang
Kegunaan Utama 1
0,45-0,52 Gelombang Biru
Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan lahan, tanah, dan vegetasi. Pembedaan vegetasi dan
lahan
2 0,52-0,60
Gelombang Hijau Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada
saluran hijau yang terletak diantara dua saluran penyerapan. Pengamatan ini dimaksudkan
untuk membedakaan jenis vegetasi dan untuk membedakan tanaman sehat dan tidak sehat
3 0,63-0,69
Gelombang Merah Saluran terpenting untuk membedakan jenis
vegetasi. Saluran ini terletak pada salah satu daerah penyerapan korofil dan memudahkan
pembedaan antara lahan terbuka terhadap lahan bervegetasi
4 0,76-0,90
Gelombang Inframerah Dekat
Saluran yang peka terhadap biomassa vegetasi. Juga
untuk identifikasi
jenis tanaman,
memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta air
5 1,55-1,75
Gelombang Inframerah Pendek
Saluran penting untuk penentuan jenis tanaman, kandungan air tanaman, kondisi kelembaban
tanah
6 10,40-12,50
Gelombang Inframerah Termal
Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi, pemisahan kelembaban tanah, dan sejumlah
gejala lainnya yang berhubungan dengan panas
7 2,085-2,35
Inframerah Pendek Untuk membedakan formasi batuan dan
pemetaan hidrotermal
8 0,50-0,90
Pankromatik Saluran ini digunakan untuk meningkatkan
resolusi spasial Sumber : Lillesand dan Kieffer,1994
2.4 Sistem Informasi Geografis