4.1.2 Kadar Air
Kadar air moisture content menunjukkan banyaknya air yang diikat oleh panil bambu lapis terhadap berat kering tanurnya oven yang dinyatakan dalam
persen. Dari hasil pengujian diperoleh nilai kadar air rata-rata bambu lapis adalah 10,483 dengan nilai kadar air tertinggi terdapat pada Model Sambungan D yaitu
sebesar 10,554 dan terendah pada Model Sambungan A sebesar 10,404 yang tidak terpaut jauh dengan kadar air bambu lapis kontrol sebesar 9,930. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa nilai kadar air bambu lapis yang dihasilkan cenderung seragam seperti dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Histogram hubungan antara kadar air denngan model letak sambungan.
Berpedoman pada standar SNI yang menyatakan bahwa nilai maksimal kadar air pada kayu lapis struktural adalah 14 maka kadar air semua panil
bambu lapis berada dibawah nilai kadar air maksimum yang telah ditentukan. Dengan demikian, panil bambu lapis yang dibuat telah memenuhi standar kadar
air kayu lapis. Nilai rata-rata kadar air pada penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Nugraha 2006 yaitu 13,91.
Untuk mengetahui pengaruh model letak sambungan terhadap kadar air bambu lapis maka dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Analisis sidik ragam kadar air bambu lapis Sumber
DB JK
KT F hit.
Pr F F tabel
Keragaman 0,05 0,01
Model letak 5 0.000084 0.000017 1.44
0.2799
tn
3.106 5.064 sambungan
Keterangan : DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadarat KT : Kuadrat Tengah
: nyata : sangat nyata
tn : tidak nyata Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa model letak sambungan
tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air bambu lapis. Hal ini berarti bahwa pada berbagai taraf model letak sambungan yang digunakan memberikan nilai
kadar air yang relatif sama.
4.1.3 Daya Serap Air
Daya serap air merupakan sifat fisis yang tidak disyaratkan dalam SNI 01- 5008.7-1999, namun daya serap air ini perlu diperhatikan karena merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kualitas bambu lapis. Pengujian daya serap air dilakukan untuk mengetahui ketahanan bambu lapis terhadap air jika digunakan
untuk penggunaan eksterior atau penggunaan yang sering berhubungan langsung dengan pengaruh cuaca kelembaban dan hujan.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai daya serap air seperti terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Histogram hubungan antara daya serap air dengan model letak sambungan
Daya serap air tertinggi terdapat pada model letak sambungan D sebesar 34,457 dan terendah pada model letak sambungan E sebesar 28,370.
Sementara itu, daya serap air pada bambu lapis kontrol adalah 32,470. Ditilik dari segi perekat, isocyanate memiliki karakteristik tahan air, cepat
mengeras dan cepat matang pada temperatur rendah dan lebih toleran terhadap partikel maupun vinir berkadar air tinggi Marra, 1992. Sehingga masih tingginya
nilai daya serap air diduga bukan karena jenis perekat yang digunakan, melainkan karena kurang meratanya distribusi perekat sehingga perekat tidak melapisi
permukaan vinir dengan baik. Hal ini berimplikasi pada tingkat penyerapan air yang lebih banyak pada bagian permukaan yang tidak terlapisi oleh perekat. Fadli
2006 menyebutkan bahwa selain absorbsi bahan baku dan ketahanan perekat terhadap air, faktor yang mempengaruhi bambu lapis terhadap penyerapan air
adalah 1 volume ruang kosong yang dapat menampung air diantara anyaman- anyaman bambu, 2 saluran kapiler yang menghubungkan ruang satu dengan
ruang kosong yang lain, 3 luas permukaan vinir yang tidak dapat ditutup oleh perekat, dan 4 dalamnya penetrasi perekat terhadap vinir.
Untuk mengetahui pengaruh model letak sambungan terhadap daya serap air maka dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam disajikan pada
Tabel 4. Tabel 4 Analisis sidik ragam daya serap air bambu lapis
Sumber DB JK
KT F
hit. Pr F
F tabel keragaman 0,05
0,01 Model letak
5 0.007101 0.001420 0.96 0.4799
tn
3.106 5.064 sambungan
Keterangan : DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadarat KT : Kuadrat Tengah
: nyata : sangat nyata
tn : tidak nyata
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa model letak sambungan tidak berpengaruh nyata terhadap daya serap air bambu lapis. Hal ini berarti
bahwa pada berbagai taraf model letak sambungan yang digunakan memberikan nilai daya serap air yang sama.
4.1.4 Pengembangan Tebal