Latar Belakang Pengaruh Letak Sambungan Terhadap Sifat Fisis Mekanis Bambu Lapis Yang Terbuat Dari Anyaman Bambu Tali (Gigantochloa Apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian mengenai penggunaan bambu sebagai alternatif bahan baku kayu lapis telah banyak dilakukan. Salah satu faktor pendorongnya adalah karena semakin berkurangnya jumlah kayu di Indonesia, sifat kekuatan bambu yang tergolong baik, dan mudahnya jenis tanaman ini untuk dibudidayakan. Dari banyaknya jenis bambu yang telah diteliti untuk dijadikan sebagai alternatif kayu lapis, salah satunya adalah jenis bambu tali. Di masyarakat luas, jenis bambu ini banyak digunakan sebagai bahan baku anyaman bambu untuk kerajinan, membuat keranjang, dan sebagai bilik untuk dinding rumah. Pada 2006, Nugraha melakukan penelitian mengenai anyaman bambu tali sebagai bahan baku bambu lapis. Pada penelitian tersebut digunakan perekat UF dan PF dengan tiga vinir anyaman bambu untuk membuat satu panil bambu lapis. Anyaman bambu yang dibuat diberi dua macam perlakuan yang berbeda, yaitu ‘dengan perebusan’ dan ‘tanpa perebusan’. Hasilnya, nilai kadar air dan besarnya keteguhan rekat untuk bambu lapis tanpa perlakuan perebusan telah memenuhi standar SNI, JAS, dan ASTM. Sementara bambu lapis yang vinirnya diberi perlakuan perebusan, nilai keteguhan rekatnya sama sekali tidak memenuhi nilai standar yang telah ada. Besarnya MOE dan MOR tidak diketahui karena dua hal tersebut tidak termasuk dalam objek penelitian yang dilakukan. Penelitian kali ini dilakukan dengan membuat panil bambu lapis berbahan baku anyaman bambu tali dengan menerapkan perlakuan terbaik dari hasil penelitian Nugraha 2006 yang menunjukkan bahwa anyaman bambu yang tidak diberi perlakuan perebusan memiliki sifat keteguhan rekat yang lebih baik. Perekat yang digunakan adalah perekat berbahan dasar Isocyanate, dalam hal ini, MDI Methylene Diphenyl Isocyanate. Pemilihan jenis perekat berbahan dasar Isocyanate berdasarkan pada kenyataan bahwa perekat jenis ini merupakan perekat yang bebas emisi formaldehida sehingga lebih ramah terhadap lingkungan. Panil bambu lapis dibuat berukuran 35 cm x 35 cm x 0,5 cm, dan perlakuan yang diberikan adalah model ‘letak sambungan’. Terdapat lima model ‘letak sambungan’ yang nantinya akan dianalisis untuk menentukan letak sambungan mana yang terbaik untuk diaplikasikan pada bambu lapis berdasarkan hasil pengujian fisis mekanisnya.

1.2 Tujuan