Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa model letak sambungan berpengaruh sangat nyata terhadap keteguhan lentur bambu lapis. Hasil uji lanjut
Duncan Lampiran 4 menunjukkan bahwa keteguhan lentur yang dihasilkan model D tidak berbeda nyata dengan model B, namun berbeda nyata dengan nilai
keteguhan patah bambu lapis kontrol. Menurut standard SNI, nilai minimum MOE untuk ketebalan bahan
kurang dari 6,0 mm adalah 85.000 kgcm
2
. Dengan demikian, seluruh nilai MOE pada hasil penelitian ini tidak memenuhi standar yang ada.
4.2.3 Keteguhan Geser Tarik
Keteguhan geser tarik menggambarkan kekuatan daya rekat perekat terhadap bahan yang direkatnya. Rata-rata keteguhan geser tarik bambu lapis pada
penelitian ini adalah 11,875 kgcm
2
, masih lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Nugraha 2006 yang sebesar 14,800 kgcm
2
. Berdasarkan hasil pengujian, nilai keteguhan tarik berkisar antara 0,868 kgcm² sampai dengan
23,275 kgcm² seperti dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Histogram hubungan antara keteguhan geser tarik dengan model letak sambungan.
Nilai keteguhan geser tarik terendah terdapat pada Model Letak Sambungan A, dimana peletakan sambungan disusun secara berurutan pada
seluruh lapisan dan telah diduga bahwa komposisi inilah yang kekuatan sifat mekanisnya paling lemah. Keteguhan geser tarik tertinggi terdapat pada Model
Letak Sambungan B, dimana peletakan sambungan disusun secara berurutan pada 2 lapisan teratas yang dengan komposisi ini diharapkan bambu lapis dapat
mencapai kekuatan optimum. Hasil pengujian keteguhan geser tarik menunjukkan bahwa bekerjanya gaya tarik pada dua lapisan teratas dan gaya tekan pada tiga
lapisan terbawah pada Model B merupakan model yang terbaik dipandang dari sifat mekanis keteguhan geser tariknya. Meski demikian, nilai tertinggi yang
diperoleh pada Model B masih tertinggal dari nilai keteguhan geser tarik bambu lapis kontrol yang besarnya 34,839 kgcm
2
. Selain dipengaruhi oleh model letak sambungan, nilai keteguhan geser
tarik dipengaruhi oleh suhu dan tekanan kempa. Menurut Shields 1970 dalam Nugraha 2006, suhu yang tinggi dapat menggosongkan perekat, hal ini dapat
menghilangkan keteguhan rekatnya dan suhu yang rendah merapuhkan perekat sehingga keteguhan rekatnya menurun. Tekanan kempa yang terlalu tinggi akan
menghasilkan keteguhan rekat kurang baik karena banyak perekat yang keluar dari garis rekat sehingga jumlah perekat pada garis rekat terlalu sedikit. Tekanan
yang terlalu rendah kurang baik karena penembusan perekat kurang dalam, kontak antar permukaan yang direkat kurang rapat.
Nilai minimum keteguhan geser tarik kayu lapis struktural yang disyaratkan SNI adalah 7 kgcm
2
. Model B, D, dan E telah melampaui nilai minimum yang disyaratkan, sedangkan Model A dan C tidak memenuhi nilai
minimum standar tersebut. Untuk mengetahui pengaruh model letak sambungan terhadap keteguhan
lentur bambu lapis, dilakukan analisis sidik ragam dan hasilnya disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Analisis sidik ragam keteguhan geser tarik bambu lapis Sumber
DB JK
KT F hit.
Pr F F tabel
Keragaman 0,05 0,01
Model letak 5 2708.865 541.773
11.31 0.0003
3.106 5.064 Sambungan
Keterangan : DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadarat KT : Kuadrat Tengah
: nyata : sangat nyata
tn : tidak nyata
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa model letak sambungan berpengaruh sangat nyata terhadap keteguhan geser tarik bambu lapis. Hasil uji
lanjut Duncan Lampiran 5 menunjukkan bahwa nilai keteguhan geser tarik model B tidak berbeda nyata dengan keteguhan geser tarik bambu lapis kontrol.
Sehingga disarankan menggunakan model letak sambungan B untuk mendapatkan nilai keteguhan geser tarik yang paling baik yaitu yang paling mendekati
keteguhan geser tarik bambu lapis kontrol.
4.3 Kualitas Bambu Lapis