dengan seluruh model sambungan, komposisi ini juga secara khusus untuk dibandingkan dengan Model D.
3.4 Analisis Data
Penelitian ini merupakan percobaan satu faktor dalam Rancangan Acak Lengkap RAL. Perlakuan yang diberikan berupa model letak sambungan yag
terdiri dari 6 taraf yaitu kontrol, model A, model B, model C, model D, dan model E. ulangan yang dilakukan pada masing-masig taraf sebanyak 3 sehingga jumlah
total percobaan adalah 18. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan software SAS versi 6.12.
Adapaun model statistik linier dari rancangan percobaan ini dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Y
ij
= µ + τ
i
+ ε
ij
Keterangan: Y
ij
= respon pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. Respon pengamatan terdiri dari kerapatan, kadar air, daya serap air 24
jam, pengembangan tebal 24 jam, MOE, MOR, dan KGT µ
= nilai rata-rata umum. τ
i
= pengaruh perlakuan ke-i, dimana i = kontrol, model A, B, C, D, dan E. ε
ij
= pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan-perlakuan yang dicoba maka
dilakukan analisis keragaman ANOVA. Jika Fhitung Ftabel pada selang kepercayaan 95 dan 99, berarti faktor tersebut berpengaruh nyata atau sangat
nyata terhadap sifat fisis dan mekanis bambu lapis yang diuji. Perlakuan yang dinyatakan berpengaruh terhadap respon dalam analisis
ragam kemudian diuji lanjut dengan menggunakan uji DMRT Duncan Multiple Range Test
.
3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pembuatan Anyaman
Anyaman bambu tali dibuat dari bagian dalam bambu tali yang disayat tipis, kemudian sayatan tipis tersebut dianyam sedemikian rupa sehingga
menghasilkan anyaman berukuran 35cm x 35cm dan 17.5cm x 35cm. Selanjutnya, dilakukan penyambungan 2 lembar anyaman bambu yang
berukuran 17.5cm x 35cm menjadi 1 lembar berukuran 35cm x 35cm dengan menggunakan perekat kertas lakban yang umum dan mudah ditemukan di
tengah masyarakat.
3.5.2 Pembuatan Bambu Lapis a. Pelaburan perekat
Perekat yang digunakan adalah isocyanate dengan berat labur 250gm
2
per permukaan dan banyaknya perekat yang diperlukan untuk satu luas
permukaan adalah 30.625 gram. Untuk menghindari perembesan perekat yang terlalu banyak pada bagian permukaannya maka khusus pelaburan perekat
adalah setengah dari kebutuhan perekat untuk satu permukaan.
b. Pembuatan lembaran
Banyaknya vinir yang disusun untuk membuat satu lembar panil bambu lapis adalah 5 vinir anyaman bambu. Vinir-vinir tersebut disusun berdasarkan
model yang telah direncanakan. Ukuran sasaran panil bambu lapis yang dibuat adalah 35cm x 35cm x 0.5cm.
c. Pengempaan
Untuk pembuatan bambu lapis dengan menggunakan perekat isocyanate dilakukan pengempaan panas dengan tekanan 30 kgcm
2
dan suhu ± 130°C selama 5 menit.
d. Pengkondisian conditioning
Setelah dilakukan pengempaan, bambu lapis dibiarkan di tempat terbuka selama empatbelas hari yang bertujuan menghilangkan tegangan-tegangan
yang terjadi selama pengempaan.
3.5.3 Pengujian Bambu Lapis a. Penyiapan contoh uji
Gambar 2. Pola pemotongan sampel untuk pengujian fisis mekanis
Keterangan : A = Contoh uji kadar air dan kerapatan 10cm x 10cm
B = Contoh uji pengembangan tebal dan daya serap air 5cm x 5cm C = Contoh uji keteguhan geser tarik 10cm x 2,5cm
D = Contoh uji MOE dan MOR {24.tebal + 5cm x 5cm}
b. Pengujian sifat fisis
¾ Kerapatan
Contoh uji berukuran 10 cm × 10 cm × 1 cm yang dalam keadaan kering udara ditimbang beratnya dan kemudian ditentukan volume contoh uji dengan
melakukan pengukuran pada empat titik di setiap sisinya panjang, lebar, dan
C B
A D
A
tebal yang kemudian dihitung rata-ratanya. Kerapatan papan dihitung menggunakan rumus:
Kerapatan gcm
3
3
cm Volume
g Berat
=
¾ Kadar air
Contoh uji berukuran 10 cm × 10 cm × 1 cm ditimbang untuk mendapatkan berat awal BA, kemudian dioven pada suhu 103±2
˚C selama 24 jam kemudian dimasukkan ke dalam desikator sampai mencapai suhu
kamar dan ditimbang. Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven kembali selama ± 3 jam, kemudian dimasukkan ke dalam desikator sampai mencapai suhu
kamar dan ditimbang. Tahap ini dilakukan sampai mencapai berat konstan, yaitu perbedaan hasil penimbangan terakhir dan sebelumnya maksimum 1.
Nilai kadar air dihitung menggunakan rumus: Kadar air
100 ×
− =
BKO BKO
BA
Keterangan : BA = berat awal kering udara
BKO = berat kering oven ¾
Daya serap air Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm ditimbang berat awalnya B1
kemudian direndam dalam air dingin selama 24 jam, setelah itu ditimbang beratnya B2. Nilai daya serap air dapat dihitung menggunakan rumus :
Daya serap air 100
1 1
2 ×
− =
B B
B
Keterangan : B
1
= berat contoh uji sebelum perendaman g B
2
= berat contoh uji setelah perendaman g
¾ Pengembangan tebal
Contoh uji berukuran 5 cm × 5 cm × 1 cm dalam keadaan kering udara diukur dimensi tebalnya dan diukur pada tiap sudut kemudian dihitung rata-
ratanya D
1
. Selanjutnya contoh uji direndam dalam air dingin selama 24 jam dan dilakukan pengukuran dimensinya setelah perendaman D
2
. Nilai pengembangan tebal dihitung menggunakan rumus:
Pengembangan tebal 100
1 1
2
× −
= D
D D
Keterangan : D
1
= dimensi awal cm D
2
= dimensi setelah perendaman cm
c. Pengujian sifat mekanis