4.1.4 Pengembangan Tebal
Nilai pengembangan tebal bambu lapis hasil penelitian berkisar antara 4,703 - 15,389 seperti yang terlihat pada Gambar 8. Pengembangan tebal
terendah terdapat pada Model Letak Sambungan C, sedangkan pengembangan tebal bambu lapis tertinggi terdapat pada Model Letak Sambungan D. Sementara
itu bambu lapis kontrol memiliki pengembangan tebal 7,888.
Gambar 8 Histogram hubungan antara pengembangan tebal dengan model letak sambungan
Nilai rata-rata pengembangan tebal pada penelitian ini adalah 8,650, masih lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai rata-rata pengembangan tebal
pada penelitian Nugraha 2006 yang besarnya 14,61 dengan kisaran nilai pengembangan tebal terendah 5,79 dan tertinggi 23,25.
Haygreen et al. 1983 menerangkan bahwa semakin banyak perekat yang digunakan dalam pembuatan papan maka dimensi papan yang dihasilkan akan
semakin stabil. Nilai pengembangan tebal yang bervariasi diduga dipengaruhi oleh kurang meratanya distribusi perekat pada setiap permukaan vinir sehingga
setelah papan direndam dalam air selama 24 jam menyebabkan bagian permukaan papan yang tidak terkena perekat menjadi tebal akibat masuknya air ke dalam
papan yang dihasilkan.
Nilai pengembangan tebal yang bervariasi juga menimbulkan pendugaan bahwa model letak sambungan mempengaruhi sifat pengembangan tebal pada
bambu lapis. Untuk mengetahui pengaruh model letak sambungan terhadap pengembangan tebal bambu lapis, dilakukan analisis sidik ragam dan hasilnya
disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Analisis sidik ragam pengembangan tebal bambu lapis
Sumber DB
JK KT
F hit. Pr F
F tabel keragaman 0,05
0,01 Model letak
5 0.020832 0.004166 3.95 0.0237
3.106 5.064
Sambungan
Keterangan : DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadarat KT : Kuadrat Tengah
: nyata : sangat nyata
tn : tidak nyata
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa model letak sambungan berpengaruh nyata terhadap pengembangan tebal bambu lapis. Hasil uji lanjut
Duncan Lampiran 2 menunjukkan bahwa pengembangan tebal yang dihasilkan pada model D berbeda nyata dengan seluruh model letak sambungan pada bambu
lapis dalam penelitian ini. Dari grafik yang tersaji pada Gambar 8 juga terlihat bahwa Model D, yaitu peletakan sambungan yang disusun pada lapisan 1, 3, dan 5
memiliki nilai pengembangan tebal yang paling tinggi. Sementara Model C, yaitu peletakan sambungan yang disusun secara berurutan pada tiga lapisan teratas,
memiliki nilai pengembangan tebal yang paling rendah. Sehingga dapat disarankan penggunaan model letak sambungan C untuk mendapatkan nilai
pengembangan tebal yang paling baik yaitu pengembangan tebal bambu lapis yang sekecil mungkin.
4.2 Sifat Mekanis Bambu Lapis dari Anyaman Bambu Tali