Hama Hama dan Penyakit pada Lada

sehingga menyebabkan gejala layu dan mati sebagian. Serangga dewasa menyerang bagian tanaman seperti pucuk, bunga dan buah sehingga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi. Serangan pada tingkat serangan berat dapat menyebabkan kematian tanaman. Berbagai stadium penggerek batang selalu ditemukan pada saat yang sama berupa telur, larva, pupa atau imago. Pada awal musim hujan biasanya ditemukan telur dan larva muda. Pertengahan musim hujan ditemukan pupa dan imago, sedangkan pada akhir musim hujan ditemukan telur dan larva dan pada musim kemarau, semua stadium jumlahnya sangat rendah Deciyanto Suprapto 1996. Hama penghisap bunga Diconocoris hewetti atau nyamuk lada enduk- enduk kapal terbang fui kichong Bangka. Stadia nimfa maupun dewasa merusak bunga dan tandan bunga. Serangan ringan menyebabkan tandan rusak, salah bentuk dan buah yang terbentuk hanya sedikit. Serangan berat dapat menyebabkan seluruh bunga rusak, tangkai bunga menjadi hitam dan gugur sebelum waktunya. Hama ini juga memakan buah muda. Perkembangan D. hewetti dipengaruhi oleh varietas lada. Secara umum D. hewetti lebih berpotensi sebagai hama pada lada varietas Lampung Daun Lebar LDL dibandingkan dengan Chunuk Hal ini ditunjukkan oleh masa perkembangan pradewasa yang lebih singkat 13 hari, keperidian yang lebih banyak 24.5 butir, serta laju pertambahan intrinsik yang lebih tinggi 0.0827 pada varietas LDL dibandingkan dengan varietas Chunuk Laba 2005. Hama penghisap buah Dasynus piperis kepik kepinding walang sangit semunyung Bangka bilahu Belitung, Kalimantan. Stadia nimfa maupun serangga dewasa menghisap cairan buah, menyebabkan buah menjadi hampa kosong, kering busuk kemudian gugur. Serangan pada buah muda umur 4-5 bulan menyebabkan butiran buah gugur sebelum tua, sehingga tandan banyak yang ksosng. Serangan pada buah tua umur 6-9 bulan menyebabkan buah kering Serangga dewasa kurang lebih bisa hidup 3 bulan di lapang IPC 2011. Setiap stadium D. piperis dapat dijumpai secara bersamaan di lapangan dan menyebar pada tajuk tanaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa serangga selalu dijumpai sepanjang tahun pada tanaman lada. Namun demikian populasinya bergantung pada musim buah Deciyanto 1991. 2.7.2 Penyakit Penyakit busuk pangka batang BPB yang disebabkan Phytophthora capsici, merupakan penyakit utama pada lada. Di Indonesia, gejala BPB pertama kali dilaporkan pada tahun 1885, dan diidentifikasi disebabkan oleh P. palmivora var. piperis Muller 1937. Phytophthora mudah terbawa air, tanah atau bagian tanaman yang terserang sehingga jamur patogen tersebut kemungkinan terdapat pada daerah pengembangan lada. Phytophthora telah ditemukan hampir di semua pertanaman lada di Indonesia. Populasi Phytophthora memiliki virulensi yang bervariasi terhadap tanaman lada budi daya maupun lada liar Wahyuno et al. 2007b; 2010 sehingga perlu dipertimbangkan dalam mendapatkan varietas lada tahan BPB. Penyakit BPB ini merupakan kendala produksi yang paling ditakutkan petani karena dapat menyebabkan kematian tanaman dalam waktu yang singkat. Serangan yang paling membahayakan bila terjadi pada pangkal batang atau akar. Gejala dini sulit diketahui, sedangkan gejala yang nampak seperti kelayuan tanaman menunjukkan serangan lebih lanjut. Pangkal batang yang terserang menjadi berwarna hitam, pada keadaan lembab akan mengeluarkan lender berwarna biru muda. Serangan pada akar, menyebabkan tanaman layu dan daun menguning IPC 2011. Penyakit utama lainnya adalah seperti penyakit kuning, dan kerdil keriting. Penyakit kuning mematikan pertanaman lada terutama di Bangka dan Kalimantan. Penyakit ini disebabkan adanya serangan nematoda Radhopholus similis dan Meloidogyne incognita, jamur Fusarium oxysporum, kesuburan tanah yang rendah, serta rendahnya kelembaban tanah atau kadar air tanah. Luka- luka akibat serangan nematoda akan memudahkan terjadinya infeksi jamur F. oxysporum. Nematoda menyerang akar lada dengan menusuk dan menghisap cairan sehingga terjadi pelukaan akar. Luka tersebut dimasuki jamur dan menyebabkan matinya jaringan pembuluh akar sehingga peredaran air dan unsur hara terganggu Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2002. Penyakit kerdil keriting disebabkan oleh virus Pepper Yellow Mottle Virus PYMV dan Cucumber Mosaik Virus CMV. Dua macam gejala di lapang yaitu ukuran daun tampak normal dengan daun warna belang-belang kuning, ukuran daun lebih kecil, bentuk abnormal, bergelombang belang-belang.Pada serangan berat pertumbuhan ruas menjadi memendek, akibatnya tanaman menjadi kerdil. Pada beberapa tanaman seringkali terjadi pertumbuhan cabang yang berlebihan dengan daun yang kecil-kecil atau tidak berdaun Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2002. 3 RESPON TANAMAN LADA Piper nigrum L. VARIETAS CIINTEN TERHADAP IRADIASI SINAR GAMMA Abstrak Lada merupakan tanaman introduksi dan selalu diperbanyak secara vegetatif, sehingga keragaman genetiknya sempit. Keragaman genetik yang tinggi penting untuk menghasilkan varietas baru. Salah satu cara untuk meningkatkan keragaman genetik adalah melalui iradiasi sinar gamma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon lada varietas Ciinten pada fase benih dan fase benih dengan radikula terhadap iradiasi sinar gamma. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Split plot dengan petak utama fase benih benih dan benih dengan radikula dan anak petak dosis iradiasi dengan tujuh taraf yaitu 0, 25, 50, 75, 100, 125, 150 Gy. Masing-masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan, setiap ulangan terdiri dari 60 benih. Kedua fase menghasilkan keragaan pada karakter tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, tebal daun, tebal batang, jumlah daun dan jumlah ruas yang menunjukkan perbedaan secara signifikan antar dosis. Radiosensitivitas lada pada fase benih dengan radikula lebih tinggi dibandingkan dengan fase benih ditunjukkan oleh nilai LD 50 Lethal Dose 50. LD 50 pada lada fase benih yaitu 68.15 Gy, sedangkan LD 50 fase benih dengan radikula yaitu 30 Gy. Tingginya dosis iradiasi yang diberikan pada kedua fase perlakuan, mengakibatkan tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, tebal daun, tebal batang semakin terhambat pertumbuhannya sehingga jumlah daun dan jumlah ruas semakin sedikit. Dosis iradiasi 25 dan 50 Gy pada fase benih dan 25 Gy pada fase benih dengan radikula nyata meningkatkan keragaman genetik berdasarkan karakter morfologi kuantitatif, morfologi kualitatif dan anatomi. Kata kunci: radiosensitivitas, iradiasi, radikula, anatomi, morfologi Abstract Black pepper is an introduced species and has always been propagated vegetatively, so it has narrow genetic variability. High genetic variation is necessary to produce new varieties. Increasing genetic variation can be done through gamma ray irradiation. This research aims to evaluate response of black pepper Ciinten variety at seed and radicle emergence phases to gamma irradiation. The experimental design used was split plot with the main factor was seed phases seed and seed with radicle and the sub plot was dose of irradiation with seven levels 0, 25, 50, 75, 100, 125, 150 Gy. Each treatment consisted of three replications, each replication consisted of 60 seeds. Both phases showed significant differences in perfomances among dose in plant height, leaf length, leaf width, leaf thick, stem thick, number of leave, number of internode. Radiosensitivity of pepper on radicle emergence phase was higher than the seed phase indicated by LD 50 Lethal Dose 50. LD 50 at seed phase was 68.15 Gy, whereas LD 50 of the radicle emergence phase was 30 Gy. The higher irradiation dose treated to both seed phases caused reduction in plant height, leaf length, leaf width, leaf thick, stem thick, number of leaves and nodes. Irradiation dose 25 dan 50 Gy treated on seed phase and 25 Gy in seed with radicle phase significantly increasde genetic variability based on quantitative and qualitative morphological characters and anatomy. Keywords: radiosensitivity, irradiation, radicle, anatomy, morphology

3.1 Pendahuluan

Lada Piper nigrum L. merupakan tanaman yang buahnya berfungsi sebagai bumbu masakan, obat herbal, anti bakteri dan anti oksidan. Kebutuhan lada dunia mencapai 350 ribu tontahun. Kontribusi Indonesia sebagai pengekspor lada mencapai 29 dari kebutuhan dunia, terbesar kedua setelah Vietnam IPC 2013. Produksi lada nasional tahun 2014 mencapai 91.941 ton Direktorat Jenderal Perkebunan 2014. Lada pada umumnya diperbanyak dengan cara vegetatif sehingga memiliki keragaman genetik yang sempit. Keragaman genetik yang tinggi diperlukan untuk menghasilkan varietas baru. Salah satu cara untuk meningkatkan keragaman genetik adalah dengan induksi mutasi Suwarno Silitonga 2006. Induksi mutasi dapat dilakukan menggunakan mutagen fisik maupun kimiawi Chopra 2005. Mutagen fisik dengan iradiasi sinar gamma lebih banyak digunakan karena memiliki energi dan daya tembus tinggi, memiliki frekuensi dan spektrum iradiasi dan tergantung pada dosis dan laju dosis yang digunakan. Radiosensitivitas merupakan tingkat sensitivitas tanaman terhadap radiasi Harten 1998. Uji radiosensitivitas dilakukan untuk mendapatkan dosis iradiasi yang efektif menghasilkan mutan dan mengetahui frekuensi serta spektrum mutasi Abdullah et al. 2009. Sensitivitas pada radiasi dapat diukur berdasarkan nilai LD Lethal dose yaitu dosis yang dapat menyebabkan kematian dari populasi tanaman yang diiradiasi. Variabilitas mutan tertinggi terdapat pada mutan hasil iradiasi sinar gamma antara LD 20 dan LD 50 Soeranto 2003. Nilai LD didapatkan dengan menggunakan program analisis statistik untuk mencari persamaan model terbaik. Bagian tanaman mana yang paling respon terhadap dosis iradiasi dapat diketahui melalui fase pertumbuhan yang optimal dalam menangkap efek iradiasi, sehingga penelitian ini menggunakan dua fase pertumbuhan yaitu fase benih dan fase benih dengan radikula. Pengaruh iradiasi fisik ini sangat efisien menyebabkan perubahan materi genetik Medina et al. 2005. Induksi mutasi dengan menggunakan iradiasi sinar gamma telah diaplikasikan pada tanaman Ipomea batatas Wang et al. 2006, Chrisantemum morifolium Yamaguchi et al. 2008, padi Bibi et al. 2009, kacang-kacangan Tah Saxena 2009, kalus nilam Kadir et al. 2007, kalus tebu Suhesti 2015, rimpang jahe Bermawie et al. 2015a. Mutasi dengan iradiasi akan memungkinkan untuk meningkatkan hanya satu karakter yang diinginkan tanpa mengubah karakter lainnya. Respon tanaman terhadap efek iradiasi sinar gamma dipengaruhi oleh faktor genetik genus, spesies, genotipe, varietas, bagian tanaman, umur fisiologis tanaman dan laju dosis radiasi yang digunakan Shu et al. 2012. Laju dosis iradiasi adalah jumlah dosis terserap per satuan waktu rad per detik atau Gy per detik Ismachin 1988. Benih lada memiliki kulit yang keras, sehingga diperkirakan kurang sensitif terhadap iradiasi sinar gamma dibanding dengan benih yang telah mulai berkecambah muncul radikula, oleh sebab itu digunakan dua perlakuan fase benih benih dan benih dengan radikula. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan radiosensitivitas dan mengetahui respon lada varietas Ciinten pada fase benih dan fase munculnya radikula terhadap iradiasi sinar gamma. 3.2 Bahan dan Metode 3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2014 sampai bulan April 2015. di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi PAIR BATAN, Jakarta Selatan. Pengamatan morfologi dilakukan di rumah kaca Balittro serta pengamatan stomata dilakukan di Laboratorium Mikroteknik IPB, Darmaga.

3.2.2 Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah biji lada varietas Ciinten pada fase benih dan fase benih dengan radikula. Alat yang digunakan yaitu alat saprodi pertanian, tanah, pupuk, polibag. 3.2.3 Metodologi Penelitian Fase benih yaitu biji lada yang berwarna merah, direndam dalam air selama dua jam, kemudian dipisahkan antara kulit dan bijinya. Fase benih dengan radikula yaitu biji lada yang sudah terpisah dari kulitnya, lalu diletakkan pada cawan petri yang telah dialasi dengan kertas saring lembab. Fase benih dengan radikula yang terseleksi yaitu benih yang memiliki radikula dengan ukuran sekitar 0.1-1cm pada hari ke-12 hingga hari ke-15. Kedua fase diberi perlakuan dosis iradiasi sinar gamma. Penelitian menggunakan Split Plot dengan dua faktor. Petak utama yaitu fase benih benih dan benih dengan radikula dan anak petak yaitu dosis iradiasi dengan tujuh taraf yaitu 0, 25, 50, 75, 100, 125, 150 Gy. Masing- masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan, setiap ulangan terdiri dari 60 benih. Benih hasil iradiasi sinar gamma pada kedua fase masing-masing ditanam dengan media pasir di dalam bak persemaian, setelah benih tumbuh dan memiliki 3-4 daun, tanaman lada dipindah ke dalam polibag dengan media tanah dan pupuk kandang 2:1 yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan tanaman. 3.2.3.1 Respon Radiosensitivitas terhadap Iradiasi Sinar Gamma Radiosensitivitas yaitu sensitivitas suatu materi genetik terhadap radiasi. Ini dapat diukur berdasarkan nilai LD Lethal Dose yaitu dosis yang menyebabkan kematian dari populasi tanaman yang di iradiasi. Dosis optimum yang dapat menghasilkan mutan terbanyak umumnya diperoleh di sekitar dosis lethal Datta 2001. Harten 1998 menyatakan bahwa pemberian dosis iradiasi disekitar dosis letal LD 20 -LD 50 dapat meningkatkan keragaman genetik. Radiosensitivitas dihitung berdasarkan persentase tanaman yang hidup 80 LD 20 dan persentase tanaman hidup 50 LD 50 dengan menggunakan program curve fit analysis Soeranto 2003.

3.2.3.2 Respon Karakter Morfologi terhadap Iradiasi Sinar Gamma

Respon tanaman terhadap dosis iradiasi diamati pada karakter morfologi kuantitatif dan kualitatif. Karakter kuantitatif meliputi tinggi tanaman cm,