Tingkat Adopsi Pemanfaatan Informasi Spasial ZPPI

37 Tingginya adopsi nelayan pada daerah-daerah yang telah dilakukan sosialisasi dan penerapan ZPPI di wilayah pantai utara Pulau Jawa antara lain didukung oleh : 1 Kondisi alat produksi dalam bentuk armada kapal yang relatif cukup besar, yaitu rata-rata di atas 30 GT untuk lokasi Indramayu dan Pekalongan, kecuali lokasi Situbondo dengan bobot rata-rata 10 GT; 2Dengan besarnya bobot kapal memungkinkan jangkauan penangkapan ikan nelayan cukup jauh, sehingga kebutuhan alat bantu seperti informasi spasial ZPPI cukup besar khususnya untuk nelayan di Pekalongan dan Indramayu; dan 3 Jenis informasi spasial ZPPI yang digunakan memiliki tingkat kerincian yang tinggi, yaitu skala yang lebih besar sehingga lokasi yang ditunjukkan dalam koordinat informasi spasial ZPPI lebih rinci. Informasi spasial ZPPI tersebut pada umumnya berasal dari LAPAN dengan tingkat akurasi untuk suatu area perairan laut lebih kecil dan lebih rinci dibandingkan dengan Informasi Spasial Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan yang berasal dari BRKP-DKP. Tingkat pemanfaatan informasi spasial ZPPI ditentukan oleh tinggi rendahnya adopsi teknologi informasi bersangkutan, yang ditentukan oleh keberhasilan penggunaan informasi tersebut dalam meningkatkan hasil tangkapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan tingkat adopsi yang tinggi oleh nelayan-nelayan di lokasi yang mendapatkan informasi spasial ZPPI dari LAPAN, terutama berkaitan dengan skala spasial dalam informasi spasial tersebut dibandingkan dengan yang menggunakan informasi spasial PPDPI dari BRKP- DKP. Informasi spasial produksi LAPAN memiliki skala spasial lebih besar sehingga lebih rinci dibandingkan dengan yang diproduksi BRKP-DKP. Dengan skala spasial yang rinci, informasi spasial ZPPI LAPAN dapat menunjukkan lokasi potensi penangkapan ikan sesuai koordinat yang ditunjukkan pada luasan dengan radius 6 km, sedangkan informasi spasial BRKP-DKP jauh lebih luas. Informasi spasial ZPPI LAPAN dengan skala yang lebih besar, nelayan lebih mudah menentukan lokasi secara tepat sesuai titik koordinat yang ditentukan dan dapat dijangkau oleh nelayan kecil, sedangkan informasi spasial yang diproduksi oleh BRKP-DKP lebih dimungkinkan untuk nelayan besar. 38 3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

3.1 Kondisi Geografis

Daerah Penelitian Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang dikenal dengan daerah wisata pantai Pasir Putih dan cagar alam Gunung Baluran, letaknya strategis karena dilalui oleh jalan arteri Surabaya – Banyuwangi yang merupakan jalur lintasan menuju arah Bali dan jalan penghubung ke arah Bondowoso dengan posisi geogafis di antara 113º 34 21”- 114º 27 57” BT dan 7º 36 16” - 7º 59 32” LS. Letak Kabupaten Situbondo di sebelah utara berbatasan dengan Selat Madura di selatan wilayah Kabupaten Sumenep, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi dan Selat Bali, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo Gambar 8. Gambar 8 Peta geografi wilayah Kabupaten Situbondo menunjukkan posisi wilayah Situbondo berada di sisi selatan Selat Madura, dan wilayah kabupaten sekitarnya di Provinsi Jawa Timur, 39 Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km 2 atau 163.850 Ha, bentuknya memanjang dari sisi barat ke timur dengan panjang garis pantai sekitar 150 km. Pantai utara umumnya berdataran rendah dan di sebelah Selatan berdataran tinggi dengan rata-rata lebar wilayah utara-selatan sekitar 11 km. Kabupaten Situbondo terdiri dari 17 wilayah kecamatan, 13 kecamatan diantaranya memiliki pantai dan 4 kecamatan tidak memiliki pantai. Dalam 13 kecamatan tersebut terdapat beberapa desa pesisir yang memiliki tempat pendaratan ikan TPI, seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Nama kecamatan dan desa pesisir yang mempunyai TPI NO Nama Kecamatan Nama Desa Pesisir yang Mempunyai TPI 1 Banyuglugur Banyuglugur dan Kalianget 2 Besuki Pesisir dan Demung 3 Suboh Ketah 4 Melandingan Selomukti dan Mlandingan Barat 5 Bungatan Mlandingan Timur, Bletok, Bungatan, dan Pasir Putih 6 Kendit Pecaron 7 Panarukan Kilensari, Deleyan, Duwet, dan Gelung 8 Mangaran Kalbut, Tanjung Pecinan, danTanjung Kamal 9 Kapongan Landangan dan Seletreng 10 Arjasa Arjasa 11 Tanjung Jangkar Agel, Kumbangsari, dan Tanjung Jangkar 12 Asembagus Pondok Langar 13 Banyuputih Bugeman, Sukorejo, Pondok Mimbo, dan Pandean Karena letak geografisnya maka perairan laut wilayah Situbondo dan sekitarnya dipengaruhi oleh angin musim timur dan tenggara pada bulan April - September dan angin barat laut pada bulan November-Maret. Arah dan kecepatan angin ini sangat besar pengaruhnya pada bidang perikanan khususnya usaha penangkapan ikan di laut. Bulan November sampai dengan Maret merupakan musim yang baik untuk usaha penangkapan ikan di laut, sedangkan pada bulan April – September bertiup angin timur dan tenggara disertai gelombang yang cukup tinggi sehingga merupakan musim sulit atau paceklik bagi nelayan Situbondo. Peralatan tangkap yang umum digunakan oleh para nelayan di wilayah Kabupaten Situbondo antara lain purse seine, trawl mini, jaring insang, trammel net , dan pancing.