Pengelolaan Sumberdaya Pengelolaan zona penangkapan ikan OJ selat madura dan sekitamya dcngan pendekatan spasial dan temporal

27 pertimbangan daya dukung lingkungan, dan kemungkinan timbulnya dampak negatif suatu sektor pembangunan terhadap sektor lainnya; 7 Pesatnya laju degradasi dan depresi sumberdaya laut, dimana 60 ekosistem telah punah; 8 Belum ada batas pengelolaan yang tegas dan jelas tentang kawasan wilayah pesisir yang menjadi kewenangan setiap propinsi dan juga batas antar negara. Kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang intinya merupakan komponen pengelolaan sumberdaya perikanan sebagai berikut : 1 Pengumpulan dan analisis data, meliputi seluruh variable atau komponen yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan, meliputi data biologi, produksi dan penangkapan ikan, data sosial ekonomi nelayan dan aspek legal perikanan; 2 Penetapan cara-cara pemanfaatan sumberdaya perikanan, meliputi perizinan, waktu serta lokasi penangkapan ikan; 3 Penetapan alokasi penangkapan ikan berapa banyak ikan yang boleh ditangkap antar nelayan dalam satu kelompok, antara kelompok nelayan yang berbeda, antara nelayan lokal dengan nelayan pendatang dari tempat lain, atau antara nelayan yang berbeda alat tangkap dan metode penangkapan ikan; 4 Perlindungan terhadap sumberdaya ikan yang memang telah mengalami tekanan ekologis akibat penangkapan ikan atau kejadian-kejadian alam, perlindungan terhadap habitat ikan, serta perlindungan yang diarahkan untuk menjaga kualitas perairan supaya tetap dalam kondisi baik; 5 Penegakan hukum dan perundang-undangan tentang pengelolaan sumberdaya perikanan, sekaligus merupakan umpan balik yang digunakan untuk meningkatkan kualitas hukum dan perundang-undangan; 6 Pengembangan dan perencanaan pengelolaan sumberdaya perikanan dalam jangka panjang yang ditempuh melalui evaluasi terhadap program kerja jangka pendek atau yang saat ini sedang diimplementasikan. Pengambilan keputusan pengelolaan sumberdaya perikanan meliputi sumberdaya ikan itu sendiri maupun sumberdaya ikan beserta seluruh aspek yang berpengaruh atau dipengaruhi sumberdaya ikan tersebut. Vasconcellos 2003 menyatakan bahwa, ada tiga kriteria yang digunakan dalam pengelolaan ikan Sardine di Brazilia, yaitu tangkapan rata-rata, tangkapan yang bervariasi, dan kemungkinan pada stok pengalami penurunan drastis. Kriteria pengelolaan penangkapan ini dipilih karena memberikan gambaran tiga tujuan pengelolaan perikanan yaitu : 1 memaksimumkan hasil tangkapan, 28 peningkatan jumlah ikan hasil tangkapan sehingga mempunyai dampak lebih banyak ikan untuk industri, lebih banyak peluang keuntungan pada sektor perikanan tangkap, yang berarti membuka lebih banyak lapangan kerja; 2 memaksimumkan stabilitas penangkapan : paling sering, ketertarikan terbesar dari perencanaan pengelolaan adalah untuk menjamin stabilitas hasil tangkapan, karena itu memelihara pasokan ikan yang konstan untuk bahan baku industri; 3 meminimalkan peluang kerugian pada sektor perikanan, ini merupakan tujuan dasar untuk rencana pengelolaan perikanan, dengan mempertimbangkan ekologi, faktor ekonomi biaya berhubungan dengan kerugian pada sektor perikanan.

2.6 Kebutuhan Informasi untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Dahuri 1996 menyatakan, agar sumberdaya perikanan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, pada dasarnya diperlukan informasi yang menyangkut sisi penawaran dan permintaan dari sumberdaya perikanan termaksud. Informasi utama untuk mengelola kegiatan pembangunan perikanan tangkap secara berkelanjutan antara lain meliputi : 1 Distribusi spasial jenis-jenis sumberdaya ikan; 2 Potensi lestari MSY setiap jenis sumberdaya ikan; 3 Persyaratan ekologis bagi kehidupan dan pertumbuhan setiap jenis sumberdaya ikan; 4 Transfer energi dan materi antar tingkat trofik dalam suatu ekosistem perairan dimana sumberdaya ikan yang dikelola hidup; 5 Dinamika populasi sumberdaya ikan; 6 Sejarah hidup dari sumberdaya ikan; 6 Kualitas perairan dimana sumberdaya ikan hidup; 8 Tingkat penangkapan terhadap sumberdaya ikan dalam bentuk upaya tangkap secara time series. Pengelolaan informasi untuk lingkungan perairan bagi kegiatan perikanan sangat diperlukan. Pengelolaan ini meliputi pengumpulan, pemprosesan, penelusuran, dan analisis data menjadi informasi yang bermanfaat bagi penggunanya pada waktu yang diinginkan. Dalam perspektif pembangunan perikanan, suatu lingkungan perairan beserta sumberdaya yang ada didalamnya secara garis besar dapat dimanfaatkan bagi tiga peruntukkan yaitu : 1 kegiatan penangkapan; 2 budidaya perairan; dan 3 kawasan perlindungan. 29 Data spasial atau sering juga disebut data keruangan adalah data yang terikat dengan posisi koordinat ruang di permukaan bumi. Data spasial dapat berupa peta dasar atau peta tematik, datainformasi yang diperoleh dari data penginderaan jauh satelit, atau data hasil pengamatan lapangan yang dikaitkan dengan posisi koordinat yang diukur dengan Global Positioning System GPS atau titik acuan berdasarkan posisi koordinat pada peta dasar. Data spasial berupa peta dasar atau peta tematik antara lain : 1 peta rupabumi; 2 peta laut kedalaman; 3 peta lingkungan pesisir dan laut. Data spasial berupa parameter fisik dan lingkungan terkini yang diperoleh dari data penginderaan jauh antara lain terdiri dari : 1 data daerah potensi penangkapan ikan fishing ground; 2 data lingkungan pesisir dan pantai seperti terumbu karang, mangrove, dan kualitas perairan; 3 daerah potensi budidaya laut. Berdasarkan catatan bahwa, hasil tangkapan ikan lemuru di Selat Bali pernah mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu dari melebihi 6.500 ton pada tahun 1950 menjadi kurang 200 ton pada tahun 1956, tetapi kemudian naik lagi disebabkan oleh faktor-faktor atau peristiwa yang tidak diketahui. Penurunan stok ikan secara drastis dapat disebabkan oleh dua faktor yang saling berkaitan yaitu tekanan penangkapan berlebih dan pengaruh lingkungan oseanografi. Faktor kedua disebabkan oleh ketidakpastian dalam estimasi sumberdaya ikan lemuru sandine di Indonesia akibat kesenjangan informasi distribusi ikan lemuru secara geografis dari stok ikan dalam potensi lestari Pet, 1997.

2.7 Pengembangan dan Penerapan Informasi Spasial ZPPI LAPAN

Informasi spasial ZPPI telah dikembangkan di LAPAN beberapa tahun lalu sebagai tindak lanjut dari penelitian suhu permukaan laut menggunakan data NOAA-AVHRR yang telah dikembangkan sejak tahun 1984 Hasyim, 1984. Setelah melalui penelitian panjang tentang pemanfaatan data NOAA-AVHRR untuk mendapat data suhu permukaan laut sesuai dengan karakteristik perairan laut Indonesia, selanjutnya dikembangkan informasi spasial ZPPI sejak tahun 1999. Pengembangan informasi spasial ZPPI dilatar belakangi oleh :