Usaha Penangkapan Ikan Laut

44 perairan Selat Madura. Berdasarkan alat tangkap yang dipergunakan, pukat cincin Purse Seine adalah jenis alat tangkap penghasil ikan tangkapan terbanyak yaitu sekitar 72 dari total tangkapan di Kabupaten Situbondo Tahun 2002, alat tangkap payang sekitar 16, dan pancing sekitar 8. Ditinjau dari jenis ikan yang tertangkap di perairan Selat Madura oleh armada penangkap ikan Kabupaten Situbondo pada tahun 2002 – 2006, ikan lemuru adalah yang paling banyak tertangkap dibandingkan jenis ikan lainnya dalam kategori ikan dominan. Hasil tangkapan ikan lemuru cukup berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan dari 4.784,2 ton pada tahun 2002 menjadi hanya 1.483,7 ton pada tahun 2006 Tabel 3. Tabel 3 Produksi ikan tangkap Kabupaten Situbondo untuk 5 lima jenis ikan yang dominan pada tahun 2002 – 2006 5 tahun Produksi Ton per Tahun No. Jenis Ikan Yang Dominan 2002 2003 2004 2005 2006 1 Lemuru 4.784,2 5.186,1 5.794,8 3.181,4 1.483,7 2 Layang 1.316,9 813,2 928,1 1.403,3 1.537,5 3 Tongkol 1.550,3 671,5 1.022,1 1.075,0 1.168,4 4 Kurisi 426,2 149,2 216,1 248,7 385,6 5 Kembung 317,8 178,4 132,2 288,8 223,8 Jumlah Tangkapan 8.395,4 6.998,4 8.093,3 6.197,1 4.798,9 Jenis Ikan Lainnya 836,9 673,1 481,7 735,4 1.584,8 Total Semua Jenis Ikan 9.232,3 7.671,5 8.575,0 6.932,5 6.383,7 Prosentasi Tangkapan Ikan Yang Dominan 90,94 91,23 94,38 89,39 75,17 Prosentase Kenaikan + atau Penurunan - +0,29 +3,16 -4,99 -14,22 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo Tahun 2002 - 2006. Dari segi klasifikasi armada penangkap ikan di wilayah Kabupaten Situbondo, yang terbanyak adalah perahu layar berjumlah 883 unit, perahu motor masing-masing dengan kekuatan mesin 5 – 10 GT berjumlah 681 unit, 10 – 20 GT berjumlah 524 unit dan diatas 20 GT berjumlah 432 unit Tabel 4. Dari 12 kecamatan yang mempunyai TPI, perahu layar terdapat di 12 kecamatan, perahu motor masing-masing dengan kekuatan mesin dibawah 5 GT hanya terdapat di dua kecamatan, antara 5 - 10 GT terdapat di 8 kecamatan, antara 10 – 20 GT terdapat di 5 kecamatan, dan diatas 20 GT hanya terdapat di 4 kacamatan. 45 Tabel 4 Jumlah armada perahukapal motor setiap Kecamapan di Kabupaten Situbondo tahun 2003 No. Kecamatan Perahu Perahu Motor GT Layar 5 5-10 10-20 20 1. Banyuglugur 5 - 53 - 73 2. Besuki 27 - 80 - 176 3. Suboh 19 5 42 21 - 4. Melandingan 12 - 22 - - 5. Bungatan 189 - 70 - - 6. Kendit 100 - - 10 - 7. Panarukan 125 - 102 - - 8. Mangaran 237 - - 314 104 9. Kapongan 6 - - 70 79 10. Arjasa 45 2 - - - 11. Jangkar 78 - 188 - - 12. Banyuputih 40 - 124 109 - Jumlah 883 7 681 524 432 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo. Ditinjau dari segi klasifikasi jenis nelayan yang bekerja di sektor perikanan tangkap, jumlah terbesar adalah nelayan pandega dengan jumlah 15.452 orang, nelayan yang merupakan pemilik berjumlah 2.353 orang, dan yang paling sedikit adalah nelayan sambilan berjumlah 366 orang Tabel 5. Tabel 5 Jumlah nelayan berdasarkan jenisnya pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Situbondo tahun 2003 Jumlah Nelayan Orang No Kecamatan Pemilik Sambilan Pandega Jumlah 1. Banyuglugur 148 14 456 616 2. Besuki 268 62 2.306 2.535 3. Suboh 91 29 1.183 1.303 4. Melandingan 34 19 306 359 5. Bungatan 259 - 356 615 6. Kendit 110 50 90 250 7. Panarukan 227 - 1.875 2.102 8. Mangaran 977 162 332 1.471 9. Kapongan 155 - 833 988 10. Arjasa 47 30 - 77 11. Jangkar 266 - 1.064 1.330 12. Banyuputih 273 - 3.932 4.205 Jumlah 2.855 366 12.733 15.954 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo. 46 Jika ditinjau dari segi tempat PPI maka jumlah nelayan yang terbanyak adalah di Kecamatan Banyuputih PPI Pondok Mimbo berjumlah 4.205 orang, yang kedua adalah di Kecamatan Besuki PPI Besuki berjumlah 2.535 orang, ketiga adalah di Kecamatan Panarukan berjumlah 2.102 orang, dan yang ke empat adalah di Kecamatan Jangkar PPI Jangkar berjumlah 1.330 orang.

3.6 Permasalahan dan Peluang Dalam Pembangunan Perikanan

Terdapat beberapa masalah dalam pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Situbondo, antara lain adalah sebagai berikut : 1 Penyelenggaraan pelelangan ikan di pusat pelelangan ikan PPI yaitu PPI Pondok Mimbo, Jangkar, Landangan, Mangaran, Panarukan, Gelung, Ketah, dan Besuki belum berfungsi dengan baik. Jumlah ikan yang dilelang di delapan PPI tersebut masih relatif kecil dibandingkan dengan produksi yang dihasilkan para nelayan. Hal ini antara lain disebabkan oleh : Nelayan sudah terikatterjerat sistem pengambek; Di PPI tidak terjadi pelelangan ikan secara murni, yang ada adalah sistem cawukan atau mengambil ikan seadanya, kemudian hasil cawukan tersebut dijual untuk membiayai operasional KUD dan sisanya untuk setoran; Sampai saat ini belum ada peraturan yang mengatur tentang sistem pelelangan ikan di PPI; dan masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia nelayan dan pelaku perikanan, disisi lain KUD Mina juga memiliki kemampuan manajerial yang masih sangat terbatas. 2 Adanya pengambilan terumbu karang untuk bahan-bahan hiasan yang diperdagangkan di kawasan wisata Pasir Putih dan bahan baku pembakaran kapur di beberapa daerah, mengakibatkan terjadinya kerusakan terumbu karang dan mengancam terjadinya kerusakan habitat ikan karang. 3 Sering terjadi konflik berupa bentrok fisik dan perusakan alat tangkap sebagai akibat sangat banyaknya perahukapal yang beroperasi di perairan Selat Madura sehingga mendorong perebutan daerah operasi penangkapan. 4 Masih banyak nelayan yang menggunakan bahan peledak dalam penangkapan ikan dan masih sulit dicegahditanggulangi karena rendahnya pemahaman nelayan tentang bahaya serta kerusakan lingkungan akibat bahan peledak 47 tersebut dan juga sangat terbatasnya aparat penjaga perairan laut di wilayah perairan Situbondo dan sekitarnya. Peluang dalam pelaksanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Situbondo antara lain dalah sebagai berikut : 1 Potensi sumberdaya ikan di perairan sekitar Situbondo khususnya Selat Madura, Selat Bali dan Laut Bali cukup tinggi dalam segala musim; 2 Permintaan ikan hasil perikanan tangkap terus mengalami peningkatan; 3 Semakin terbukanya peluang pasar untuk penjualan ikan hasil tangkapan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi; 4 Sudah dibangun prasarana dan sarana untuk pengolahan ikan hasil tangkapan khususnya untuk pemindangan ikan dan pembuatan tepung ikan meskipun masih belum memadai; 5 Dekat dengan tempat pengolahan ikan pengalengan ikan skala besar di wilayah Banyuwangi untuk pengalengan ikan lemuru dan ikan tongkol; 6 Dekat dengan kawasan wisata Bali, Pasir Putih yang membutuhkan ikan segar berkualitas tinggi seperti kerapu, kakap, udang untuk konsumsi wisatawan asing dan lokal. Beberapa hambatan yang dihadapi oleh nelayan Kabupaten Situbondo mempunyai dampak negatif bagi usaha penangkapan ikan di perairan laut, selanjutnya berdampak pada rendahnya produktivitas tangkapan karena belum mampu memanfaatkan peluang yang ada sehingga pada akhirnya menyebabkan rendahnya penghasilan nelayan.