Pemberian FMA Fungi mikoriza arbuskula pada perlakuan cekaman kekeringan dapat menaikan nilai potensial air daun sebesar 23.88 .
Morte et al. 2000 Peran FMA Fungi mikoriza arbuskula sebetulnya secara tidak langsung meningkatkan ketahanan terhadap kadar air yang ekstrim.
Cendawan mikoriza dapat mempengaruhi kadar air tanaman inang. Menurut Foth 1991 tanaman inang dimanfaatkan jamur sebagai makanan adalah keuntungan
bagi tanaman inang yaitu: 1 Permukaan akar bertambah dengan bertambah efektifnya penyerapan nutrien partikel fosfor dan air, 2 Fungsi akar menjadi
lebih luas, 3 Toleransi terhadap kekeringan dan panas bertambah 4 Sumbangan nutrient tanah lebih tersedia 5 Terhambatnya infeksi oleh organisme penyakit.
4.4 Kadar Air Relatif Daun
Kadar air relatif daun atau RWC Relative water content merupakan parameter ketahanan tanaman menghadapi cekaman kekeringan, dimana varietas
toleran dibuktikan dengan dapat mengatur RWC tetap tinggi, oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa nilai RWC merupakan salah satu parameter ketahanan tanaman
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa interaksi antara perlakuan kekeringan dan aplikasi FMA Fungi mikoriza arbuskula dengan jenis tanaman
menunjukan perbedaan yang sangat nyata P0,01 terhadap nilai rataan kadar air relatif daun.
Tabel 4. Rataan Kadar Air Relatif Daun
Jenis Perlakuan Kekeringan dan FMA
Rataan W0M0
W1M0 W0M1
W1M1 DD
77,78 ± 15,4
cdefg
29,69 ± 5,5
ijk
83,59 ± 15,4
abcdef
50,44 ± 17,6
h
60,37 ± 13,5
AB
MM 68,32 ± 6,6
abcd
27,90 ± 10,1
ij
67,04 ± 6,4
abcd
25,83 ± 5,1
ij
47,27 ± 7,1
AB
PM 76,46 ± 2,8
defg
21,92 ± 8,5
kl
72,21 ± 1,3
g
24,09 ± 4,3
kl
48,67 ± 4,2
F
SSC 82,28 ± 2,8
abcdefg
29,69 ± 6,4
ijk
87,20 ± 6,4
abc
34,51 ± 10,2
ij
58,42 ± 6,4
ABC
BD 83,81 ± 3,7
abcdef
31,00 ± 3,4
ijk
87,38 ± 4,0
abc
38,33 ± 5,6
i
60,13 ± 4,2
AB
PD 83,70 ± 1,2
abcdef
29,60 ± 4,2
ijk
84,68 ± 3,3
abcde
33,21 ± 6,4
ij
57,80 ± 3,8
BCD
SS 92,34 ± 2,7
a
29,92 ± 4,9
ijk
91,22 ± 2,8
ab
38,95 ± 11,6
i
63,11 ± 5,5
A
BH 81,57 ± 1,8
bcdefg
22,36 ± 5,0
kl
83,29 ± 1,7
abcdef
30,98 ± 6,3
ijk
54,55 ± 3,7
CDE
CG 83,94 ± 4,1
abcdef
15,55 ± 3,0
l
78,64 ± 10,5
cdefg
35,12 ± 7,1
i
53,31 ± 6,2
DEF
PN 73,40 ± 3,3
fg
30,12 ± 2,7
ijk
74,62 ± 2,7
efg
31,90 ± 5,1
ijk
52,51 ± 3,5
EF
Rataan 80,36 ± 4,4
A
26,77 ± 5,4
C
80,99±5,5
A
34,34 ± 7,9
B
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh superskrip huruf besar yang berbeda pada baris dan kolom yang
sama menunjukan berpengaruh sangat nyata P0,01 2.
Angka yang diikuti oleh superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan berpengaruh sangat nyata P0,01
3. DD: Digitaria decumben, MM: Melinis minutiflora, PM: Panicum maximum, SSC:
Stenotaphrum secundatum, BD: Brachiaria decumben, PD: Paspalum dilatatum, SS:
Setaria splendida, BH: Brachiaria humidicola, CG: Chloris gayana, PN: Paspalum notatum
Perlakuan W0M0 pada rumput Setaria splendida memberikan nilai rataan tertinggi 92,34 , sedangkan perlakuan W1M0 pada rumput Chloris gayana
memberikan nilai rataan terendah 15,55. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan penyiraman W1 memberikan respon terbaik pada rumput Setaria splendida
terhadap nilai kadar air relatif daun, sebaliknya perlakuan tanpa penyiraman W0 pada rumput Chloris gayana memperlihatkan bahwa tanaman mengalami
cekaman kekeringan yang ditandai dengan rendahnya kadar air relatif pada daun. Hal ini disebabkan karena pada rumput Chloris gayana yang mendapat perlakuan
tanpa penyiraman W1 sudah tidak mampu lagi mempertahankan status air pada sel dan jaringan, dimana penyerapan air tanah oleh akar mengalami gangguan
akhibat tidak tersedianya air tanah yang cukup. Nilai rataan antara perlakuan menunjukan bahwa W0M1 memiliki nilai
rataan kadar air relatif daun tertinggi sebesar 80,99, sedangkan nilai terendah pada perlakuan W1M0 dengan nilai rataan 26,77.
Pada perlakuan dengan penyiraman W0 nilai rataan W1M0 tidak berbeda P0,01 dengan W0M0,
sebaliknya pada perlakuan tanpa penyiraman W1 menunjukan bahwa perlakuan W1M1 berbeda nyata P0,01 terhadap W1M0. Hal ini menunjukan bahwa
pemberian FMA Fungi mikoriza arbuskula pada perlakuan tanpa penyiraman W1 memberikan respon lebih baik terhadap kadar air relatif daun dibandingkan
yang tidak diberi FMA, ini karena hifa tanaman pada kondisi tanpa penyiraman W1 mampu bekerja secara optimal untuk memenuhi kebutuhan air pada
tanaman sehingga tanaman berupaya untuk mempertahankan tingkat kesegaran ketika proses kehilangan air terus terjadi. Pada perlakuan tanpa penyiraman W1
pemberian FMA dapat menaikan nilai kadar air relatif daun sebesar 28.27. Rendahnya nilai kadar air relatif daun tanaman pada cekaman kekeringan
menunjukan bahwa tanaman menurunkan tekanan turgor serendah mungkin agar tetap dapat bertahan, sehingga sel menjadi berukuran lebih kecil dari tanaman
kontrol selanjutnya apabila tanaman tidak mampu mempertahankan tekanan turgornya maka tanaman akan mati.
Hasil penelitian Ashri 2006 menunjukan bahwa tanaman kedelai yang diberi cekaman kekeringan menurun sampai pada 43-30. Nilai kadar air relatif
daun merupakan titik kritis bagi tanaman dimana mulai mengalami layu berat.
4.5 Defisit Air Daun