Defisit Air Daun HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Defisit Air Daun

Defisit air daun menunjukan banyaknya air dalam jaringan yang hilang dibanding dengan kandungan air pada kondisi turgor penuh. Semakin besar defisit air maka akan semakin rendah air yang tersedia untuk metabolisme sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses morfologi dan fisiologi pada tanaman. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa interaksi antara perlakuan cekaman kekeringan dan aplikasi FMA Fungi mikoriza arbuskula dengan jenis rumput menunjukan perbedaan yang sangat nyata P0,01 terhadap nilai defisit air daun. Tabel 5. Rataan Defisit Air Daun Jenis Perlakuan Kekeringan dan FMA Rataan W0M0 W1M0 W0M1 W1M1 DD 22,22 ± 15,4 fghij 70,31 ± 5,5 bcd 16,41 ± 15,4 ghijkl 49,56 ± 17,6 e 39,63 ± EF MM 14,46 ± 6,6 ijkl 65,73 ±10,1 cd 14,53 ± 6,4 ijkl 65,69 ± 5,1 cd 40,10 ± 7,1 EF PM 23,54 ± 2,8 fghi 78,08 ± 8,5 ab 27,79 ± 1,3 f 75,91 ± 4,3 abc 51,33 ± 4,2 A SSC 17,72 ± 2,8 fghijkl 70,31 ± 6,4 bcd 12,80 ± 6,4 jkl 65,49 ± 10,2 cd 41,58 ± 6,4 DEF BD 16,19 ± 3,7 ghijkl 69,00 ± 3,4 bcd 12,62 ± 4,0 jkl 61,67 ± 5,6 d 39,87 ± 4,2 EF PD 16,30 ± 1,2 ghijkl 70,40 ± 4,2 bcd 15,32 ± 3,3 hijkl 66,79 ± 6,4 cd 42,20 ± 3,8 CDE SS 7,66 ± 1,0 l 70,08 ± 6,1 bcd 8,78 ± 1,3 kl 61,05 ± 13,7 d 36,89 ± 5,5 F BH 18,43 ± 1,8 fghijk 77,64 ± 5,0 ab 16,71 ± 1,7 ghijkl 69,02 ± 6,3 bcd 45,45 ± 3,7 BCD CG 16,06 ± 4,1 ghijkl 84,45 ± 3,0 a 21,36 ±10,5 fghij 64,88 ± 7,1 d 46,69 ± 6,2 ABC PN 26,60 ± 3,3 fg 69,88 ± 2,7 bcd 25,38 ± 2,7 fgh 68,10 ± 5,1 bcd 47,49 ± 3,5 AB Rataan 17,92 ± 4,3 C 72,59 ± 5,5 A 17,17 ± 5,3 C 64,82 ± 8,1 B Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh superskrip huruf besar yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan berpengaruh sangat nyata P0,01 2. Angka yang diikuti oleh superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan berpengaruh sangat nyata P0,01 3. DD: Digitaria decumben, MM: Melinis minutiflora, PM: Panicum maximum, SSC: Stenotaphrum secundatum, BD: Brachiaria decumben, PD: Paspalum dilatatum, SS: Setaria splendida, BH: Brachiaria humidicola, CG: Chloris gayana, PN: Paspalum notatum Interaksi antara cekaman kekeringan dan aplikasi FMA dengan jenis rumput menunjukan bahwa nilai defisit air daun tertinggi terjadi pada rumput Chloris gayana yang mendapat perlakuan W1M0 dengan rataan 84,45 sedangkan nilai defisit air terendah ditunjukan pada rumput Setaria splendida yang mendapat perlakuan W0M0 dengan nilai rataan sebesar 7,66. Hasil ini menunjukan bahwa rumput Setaria splendida yang mendapat perlakuan penyiramana W0 memiliki kemampuan mempertahankan defisit air lebih baik dibanding rumput Chloris gayana yang mendapatkan perlakuan tanpa penyiramana W1. Hal ini karena pada rumput Chloris gayana yang mengalami degradasi air pada sel dan jaringan sementara transportasi air dan unsur hara terhambat, akhibatnya tanaman akan kering dan mengalami layu permanen. Rataan nilai defisit air daun pada perlakuan FMA menunjukan bahwa perlakuan W1M1 64,82 berbeda nyata P0,01 terhadap W1M0 72,59, hal ini menunjukan bahwa pemberian FMA pada cekaman kekeringan W1 memberikan respon terbaik terhadap defisit air daun, dimana secara tidak langsung FMA akan berperan secara efisien dalam penyerapan air dan unsur hara dari tanah, sementara tanaman akan berupaya mempertahankan turgor sehingga defisit air dapat diminimalisir. Pemberian FMA pada perlakuan tanpa penyiraman W1 mampu menurunkan defisit air daun sebesar 11,98. Perbandingan antara jenis rumput menunjukan bahwa rumput Panicum maximum memiliki nilai defisit air tertinggi dengan rataan 51,33 sedangkan defisit air terendah pada ditunjukan pada rumput Setaria splendida dengan rataan 36,89.

4.6 Produksi Berat Kering Tajuk