lebih baik dari rumput Paspalum notatum dalam mempertahankan air tanah, hal ini di sebabkan perlakuan penyiraman W0 pada rumput Stenotaphrum
secundatum memberikan pengaruh terhadap ketersediaan air tanah agar tetap tinggi sedangkan pada rumput Paspalum notatum yang diberi perlakuan
kekeringan W1 akan mengalami penurunan kadar air tanah. Pada perlakuan penyiraman W0, nilai rataan W0M0 terhadap W0M1 tidak
berbeda P0,01, demikian juga pada perlakuan tanpa penyiraman W1. Ini menunjukan bahwa pemberian perlakuan FMA Fungi mikoriza arbuskula tidak
memberikan pengaruh terhadap status nilai kadar air tanah baik pada perlakuan penyiraman W0 maupun pada tanpa penyiraman W1.
Nilai rataan kadar air tanah pada jenis tanaman menunjukan bahwa rumput Digitaria decumben memiliki nilai rataan tertinggi yaitu sebesar 33,44,
sedangkan yang paling terendah adalah rumput Paspalum notatum dengan rataan 29,80.
4.3 Potensial Air Daun
Potensial air merupakan parameter yang banyak digunakan dalam mengukur status air tanaman dan merupakan faktor penentu untuk pergerakan air dalam
tubuh tanaman Joly 1985. Potensial air daun merupakan indikator terjadinya kekurangan air Joly 1985 dalam Larcher 1995, Potensial air daun menurun
dengan semakin rendahnya kandungan air tanah, dengan demikian pada kondisi ketersediaan air tanah menurunkan menyebabkan semakin rendah nilai potensial
air daun yang menunjukan tanaman mengalami stres kekeringan. Hasil pengamatan terhadap terhadap potensial air daun ditampilkan pada Tabel 3.
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa interaksi antara perlakuan kekeringan dan aplikasi FMA Fungi mikoriza arbuskula dengan jenis rumput
menunjukan perbedaan yang sangat nyata P0,01 terhadap potensial air daun.
Tabel 3. Rataan Potensial Air Daun MPa
Jenis Perlakuan Kekeringan dan FMA
Rataan W0M0
W1M0 W0M1
W1M1 DD
-0,75 ± 0,2
ab
-9,15 ± 5,6
efgh
-0,79 ± 0,1
ab
-4,40 ± 2,0
abcde
-3,77 ± 2,0
AB
MM -0,56 ± 0,2
ab
-2,91 ± 2,1
abcd
-0,59 ± 0,1
ab
-2,67 ± 1,5
abc
-1,68 ± 1,0
A
PM -0,73 ± 0,2
ab
-13,46 ± 6,2
hi
-0,95 ± 0,6
ab
-5,50 ± 1,7
abcdef
-5,16 ± 2,2
BC
SSC -0,68 ± 0,2
ab
-6,79 ± 1,6
cdefg
-0,51 ± 0,6
ab
-7,00 ± 1,7
cdefg
-3,74 ± 1,0
AB
BD -0,55 ± 0,2
ab
-17,09 ± 13,7
i
-0,82 ± 0,3
ab
-9,78 ± 4,2
fgh
-7,06 ± 4,6
C
PD -0,74 ± 0,3
ab
-7,67 ± 2,8
defg
-0,78 ± 0,1
ab
-5,69 ± 1,6
bcdef
-3,72 ± 1,2
AB
SS -0,49 ± 0,2
ab
-10,43 ± 1,7
fgh
-0,64 ± 0,2
ab
-10,28 ± 2,1
fgh
-5,46 ± 1,1
BC
BH -0,98 ± 0,1
ab
-8,17 ± 2,7
efg
-0,63 ± 0,3
ab
-8,05 ± 1,8
efg
-4,46 ± 1,2
B
CG -0,97 ± 0,4
ab
-9,43 ± 2,0
fgh
-1,00 ± 0,4
ab
-7,10 ± 3,6
cdefg
-4,63 ± 1,6
B
PN -0,40 ± 0,7
a
-9,13 ± 7,8
efgh
-0,90 ± 0,2
ab
-11,21 ± 7,0
gh
-5,41 ± 3,9
BC
Rataan -0,69± 0,2
A
-9,42 ± 4,6
C
-0,76 ± 0,3
A
-7,17 ± 2,7
B
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh superskrip huruf besar yang berbeda pada baris dan kolom
yang sama menunjukan berpengaruh sangat nyata P0,01
2. Angka yang diikuti oleh superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang
sama menunjukan berpengaruh sangat nyata P0,01 3.
DD: Digitaria decumben, MM: Melinis minutiflora, PM: Panicum maximum, SSC: Stenotaphrum
secundatum, BD: Brachiaria decumben, PD: Paspalum dilatatum, SS: Setaria splendida, BH: Brachiaria humidicola, CG: Chloris gayana, PN: Paspalum
notatum
Perlakuan W0M0 pada rumput Paspalun notatum memiliki nilai potensial air daun tertinggi dengan rataan -0,40 MPa, sedangkan perlakuan W1M0 pada
rumput Brachiaria humidicola memiliki nilai terendah dengan rataan -17,09
MPa. Hasil ini menunjukan bahwa perlakuan penyiraman W0 pada rumput Paspalum notatum mampu mempertahankan nilai potensial air daun pada level
normal, sedangkan pada rumput Brachiaria decumben yang diberi perlakuan tanpa penyiraman W1 nilai potensial airnya akan terus menurun hingga
mengalami layu permanen. Hal ini disebabkan karena tanaman sudah tidak mampu lagi mempertahankan air yang terdapat pada sel dan jaringan sehingga
proses metabolisme dan fotosintesis mengalami gangguan. Perlakuan pada 10 jenis rumput menunjukan bahwa M0W0 -0,69MPa
memiliki nilai potensial air daun tertinggi, sedangkan yang terendah adalah M0W1 -9,42MPa. Pemberian FMA pada perlakuan penyiraman W0 tidak
memberikan perbedaan terhadap nilai rataan potensial air daun, namun pada perlakuan cekaman kekeringan M1 pemberian FMA menunjukan hasil yang
berbeda P0,01. Hal ini menunjukan bahwa peranan FMA baru akan nampak ketika tanaman mengalami cekaman kekeringan, dimana hifa pada akar tanaman
akan bekerja secara maksimal dalam proses pengambilan air dan unsur hara dalam tanah agar dapat mempertahankan potensial air daun pada kondisi sub-optimal.
Pemberian FMA Fungi mikoriza arbuskula pada perlakuan cekaman kekeringan dapat menaikan nilai potensial air daun sebesar 23.88 .
Morte et al. 2000 Peran FMA Fungi mikoriza arbuskula sebetulnya secara tidak langsung meningkatkan ketahanan terhadap kadar air yang ekstrim.
Cendawan mikoriza dapat mempengaruhi kadar air tanaman inang. Menurut Foth 1991 tanaman inang dimanfaatkan jamur sebagai makanan adalah keuntungan
bagi tanaman inang yaitu: 1 Permukaan akar bertambah dengan bertambah efektifnya penyerapan nutrien partikel fosfor dan air, 2 Fungsi akar menjadi
lebih luas, 3 Toleransi terhadap kekeringan dan panas bertambah 4 Sumbangan nutrient tanah lebih tersedia 5 Terhambatnya infeksi oleh organisme penyakit.
4.4 Kadar Air Relatif Daun