Produksi Berat Kering Tajuk

sementara transportasi air dan unsur hara terhambat, akhibatnya tanaman akan kering dan mengalami layu permanen. Rataan nilai defisit air daun pada perlakuan FMA menunjukan bahwa perlakuan W1M1 64,82 berbeda nyata P0,01 terhadap W1M0 72,59, hal ini menunjukan bahwa pemberian FMA pada cekaman kekeringan W1 memberikan respon terbaik terhadap defisit air daun, dimana secara tidak langsung FMA akan berperan secara efisien dalam penyerapan air dan unsur hara dari tanah, sementara tanaman akan berupaya mempertahankan turgor sehingga defisit air dapat diminimalisir. Pemberian FMA pada perlakuan tanpa penyiraman W1 mampu menurunkan defisit air daun sebesar 11,98. Perbandingan antara jenis rumput menunjukan bahwa rumput Panicum maximum memiliki nilai defisit air tertinggi dengan rataan 51,33 sedangkan defisit air terendah pada ditunjukan pada rumput Setaria splendida dengan rataan 36,89.

4.6 Produksi Berat Kering Tajuk

Produksi berat kering tajuk merupakan suatu peubah yang sangat penting untuk menduga produksi potensial tanaman dan dijadikan salah satu pedoman untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil pengamatan terhadap berat kering tajuk rumput ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6. Produksi Berat Kering Tajuk gpot Jenis Perlakuan Kekeringan dan FMA Rataan W0M0 W1M0 W0M1 W1M1 DD 23,7 ± 4,0 efghij 19,4 ± 1,8 ijklmno 25,1 ± 6,9 defghi 16,7 ± 0,9 jklmnop 21,24 ± 3,4 CD MM 18,8 ± 4,4 ijklmno 14,9 ± 2,4 mnopq 29,8 ± 5,7 bcde 20,3 ± 3,5 hijklmn 20,94 ± 4,0 CD PM 27,3 ± 5,7 cdefgh 31,8 ± 3,8 bcd 31,5 ± 10,5 bcd 23,5 ± 4,9 efghij 28,51 ± 6,2 A SSC 27,6 ± 3,5 cdefg 14,7 ± 2,1 mnopq 29,0 ± 4,7 bcdef 22,3 ± 2,3 fghijkl 23,37 ± 3,1 BC BD 12,8 ± 3,6 opq 28,1 ± 7,2 cdefg 40,9 ± 8,6 a 32,8 ± 5,7 bc 28,64 ± 6,2 A PD 17,5 ± 5,7 jklmnop 16,8 ± 3,0 jklmnop 24,0 ± 0,9 efghij 21,0 ± 1,6 ghijklm 19,83 ± 2,8 DE SS 35,7 ± 7,0 ab 16,2 ± 16,2 klmnopq 33,8 ± 3,4 bc 15,8 ± 2,6 klmnopq 25,41 ± 7,3 B BH 15,5 ± 6,6 lmnopq 9,3 ± 1,8 qr 31,1 ± 11,5 bcd 13,4 ± 4,9 nopq 17,33 ± 6,2 E CG 16,0 ± 2,4 klmnopq 10,2 ± 1,5 pqr 23,2 ± 5,6 efghijk 17,4 ± 2,9 jklmnop 16,70 ± 3,1 E PN 5,6 ± 1,7 r 5,4 ± 1,6 r 15,9 ± 3,0 klmnopq 11,2 ± 2,2 pqr 9,54 ± 2,1 F Rataan 20,04 ± 4,4 B 16,67 ± 4,1 C 28,43 ± 6,1 A 19,45 ± 3,1 B Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh superskrip huruf besar yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan berpengaruh sangat nyata P0,01 2. Angka yang diikuti oleh superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan berpengaruh sangat nyata P0,01 3. DD: Digitaria decumben, MM: Melinis minutiflora, PM: Panicum maximum, SSC: Stenotaphrum secundatum, BD: Brachiaria decumben, PD: Paspalum dilatatum, SS: Setaria splendida, BH: Brachiaria humidicola, CG: Chloris gayana, PN: Paspalum notatum Hasil analisis sidik ragam pada interaksi antara perlakuan cekaman kekeringan dan aplikasi FMA Fungi mikoriza arbuskula dengan jenis rumput menunjukan perbedaan yang sangat nyata P0,01 terhadap berat kering tajuk tanaman rumput. Interaksi antara cekaman kekeringan dan aplikasi FMA dengan jenis rumput menunjukan bahwa perlakuan dengan penyiraman W0 pada rumput Brachiaria decumben menghasilkan produksi berat kering tajuk tertinggi dengan rataan 40,9 g, sedangkan perlakuan tanpa penyiraman W1 pada rumput Paspalum notatum menghasilkan nilai berat kering tajuk terendah dengan rataan 5,4 g. Hasil ini menunjukan bahwa rumput Paspalum notatum yang mendapat perlakuan tanpa penyiraman mengalami gangguan metabolisme akhibat cekaman kekeringan akan menghambat pertumbuhan tanaman sehingga akan mengurangi jumlah biomasa yang dihasilkan. Hasil analsisi antara perlakuan menunjukan bahwa produksi berat kering tajuk tertinggi adalah pada perlakuan W0M1 dengan rataan sebesar 28,43 g, diikuti W0M0 dengan rataan 20,04 g, W1M1 dengan rataan 28,43 g sedangkan perlakuan W1M0 memberikan hasil terendah dengan rataan 16,67 g. Pada perlakuan W0M0 terhadap W1M1 tidak berbeda nyata P0,01 hal ini menunjukan bahwa perlakuan tanpa penyiraman dan aplikasi FMA W1M1 mampu mendekati hasil produksi berat kering tajuk pada perlakuan penyiraman dan tanpa FMA W0M0, kuat dugaan bahwa aplikasi FMA mampu memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan produksi tajuk sehingga berdampak terhadap berat kering tajuk yang dihasilkan. Perbandingan pada perlakuan dengan penyiraman W0 memperlihatkan bahwa aplikasi FMA mampu meningkatkan produksi berat kering tajuk sebesar 41,86, sedangkan pada perlakuan tanpa penyiraman W1 aplikasi FMA dapat meningkatkan produksi berat kering tajuk sebesar 16,67. Perbandingan antar jenis rumput menunjukan bahwa rumput Brachiaria decumben memiliki nilai produksi berat kering tajuk tertinggi dengan rataan 28,64 g dan tidak berbeda P0,01 dengan produksi berat kering tajuk rumput Panicum maximum dengan rataan sebesar 28,51 g, sedangkan produksi berat kering tajuk terendah ditunjukan pada rumput Paspalum notatum dengan rataan sebesar 9,54 g, namun demikian rumput Panicum maximum dan Brachiaria decumben memiliki respon terhadap usia layu permanen yang lebih singkat yaitu: hari ke-16 dan hari ke-20 dibandingkan rumput Paspalum notatum yang mampu bertahan sampai dengan hari ke-28. Terjadinya penurunan berat kering tajuk selain disebabkan oleh terhambatnya laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga disebabkan oleh faktor genetik tanaman. Karti 2004 menyatakan bahwa cekaman kekeringan dapat memperkecil ukuran daun sehingga menurunkan kemampuan untuk berfotosintesis sehingga pembentukan fotosintat menurun, akibatnya produksi bahan kering tajuk menurun.

4.7 Produksi Berat Kering Akar