Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

22 Tabel 6. Metode Penetapan Harga Air dan Karateritiknya Skema Penetapan Harga Implementasi Efisiensi Jangkauan Waktu Efisiensi Kontrol terhadap permintaan Volumetric Complicated First-best Jangka pendek Mudah Output Relatif mudah Second-best Jangka pendek Relatif mudah Input Mudah Second-best Jangka pendek Relatif mudah Per-area Paling mudah None n.a. Sulit Block-rate tiered Relatif complicated First-best Jangka pendek Relatif mudah Two-part Relatif complicated First-best Jangka panjang Relatif mudah Water market Difficult without preestablished institutions First-best Jangka pendek n.a. Sumber : Tietenberg 2006

2.4. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Pajak daerah dan retribusi daerah di Indonesia diatur dalam Undang-udang Nomor 28 Tahun 2009 UU 282009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Menurut undang-undang tersebut, air tanah masuk dalam ketentuan pajak daerah, tetapi tidak termasuk dalam ketentuan retribusi daerah. Meskipun demikian dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2006 masih terdapat retribusi daerah untuk air tanah, yaitu retribusi yang berkaitan dengan izin pengeboran sumur air tanah, izin juru bor air tanah dan sebagainya. Samudra 1996 menyatakan pajak daerah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah telah berlangsung lama. Pasal 37 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 menyebutkan salah satu sumber pendapatan daerah adalah pajak dan retribusi daerah. Selanjutnya tahun 1957 dikeluarkan pula pengaturan tentang sumber pendapatan daerah, khususnya mengenai pajak daerah Undang-undang Darurat Nomor 11 Tahun 1957 dan retribusi daerah Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1957. Pada pokoknya undang-undang darurat tentang pajak daerah menyebutkan beberapa hal, antara lain pengertian dari pajak daerah adalah 23 pungutan daerah menurut peraturan pajak yang diharapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Undang-undang tersebut juga menjelaskan jenis pajak daerah provinsi dan kabupatenkota, tetapi tidak terdapat pajak air tanah. Undang-undang darurat yang mengatur retribusi daerah juga tidak mencantumkan retribusi pengambilan dan pemanfaatan air tanah. Devas et.al 1989 menggunakan lima tolok ukur untuk menilai pajak daerah di Indonesia, yakni: 1 hasil yield, 2 keadilan equity, 3 daya guna ekonomi economic efficiency, 4 kemampuan melaksanakan ability to implement, dan 5 kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah suitability asa local revenue source. Selanjutnya Devas et.al. 1989 melakukan penilaian beberapa jenis pajak daerah yang dianggap penting, tetapi tidak termasuk pajak air tanah. Tolok ukur yang digunakan suitability instrumen kebijakan, termasuk pajak, yang digunakan Hellegers dan van Ierland 2003 pada dasarnya tidak berbeda dengan yang digunakan Devas et.al. 1989. Definisi pajak daerah menurut UU 282009 adalah: “Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang teruang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat pasal 1 ayat 10 UU 282009”. Menurut UU 282009, pajak daerah dikelompokkan menjadi pajak provinsi dan kabupatenkota, pasal 2 ayat 2g menyebutkan pajak air tanah termasuk jenis pajak kabupatenkota. Untuk wilayah DKI Jakarta, pajak air tanah termasuk pajak provinsi. Pasal 67 sampai pasal 71 mengatur ketentuan tentang pajak air tanah. Beberapa ketentuan pokok yang dipaparkan dalam pasal-pasal tersebut antara lain: 1 objek pajak air tanah adalah pengambilan danatau pemanfaatan air tanah; 2 dikecualikan dari objek pajak air tanah adalah pengambilan danatau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, peribadatan, pengambilan danatau pemanfaatan lainnya yang diatur dengan peraturan daerah; 3 dasar pengenaan pajak adalah NPA nilai perolehan air tanah yang dinyatakan dalam rupiah dan dihitung dengan mempertimbangkan jenis sumber air, lokasi sumber air, tujuan pengambilan danatau pemanfaatan air, 24 volume air yang diambil danatau dimanfaatkan, kualitas air, tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan danatau pemanfaatan air; 4 tarif pajak setinggi-tingginya 20; 5 besaran pokok pajak air tanah adalah tarif pajak dikalikan NPA. Menurut UU 282009, retribusi daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Objek retribusi daerah adalah jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu. Jenis retribusi jasa umum antara lain retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahankebersihan, dan sebagainya seluruhnya terdapat 14 jenis retribusi. Jenis retribusi jasa usaha antara lain retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir danatau pertokoan, dan sebagainya seluruhnya terdapat 11 jenis retribusi. Jenis retribusi perizinan tertentu antara lain retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, dan sebagainya seluruhnya terdapat 5 jenis retribusi. Jumlah seluruh retribusi yang ditetentukan undang-undang sebanyak 30 jenis retribusi, dan tidak terdapat retribusi yang berkaitan dengan pengambilan dan pemanfaatan air tanah. Analisis tentang pajak air tanah dan retribusi air tanah biasanya tidak dimasukan dalam pembahasan tentang pajak daerah dan retribusi daerah karena besaran kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah PAD kecil sekali dibandingkan dengan pajak kendaraan bermotor atau retribusi jasa usaha. Selain pajak kendaraan bermotor, pokok bahasan biasanya berkisar pada masalah pajak rokok, pajak hiburan, pajak hotel, retribusi pelayanan parkir, dan sebagainya.

2.5. Penelitian Terkait Pengelolaan Air Tanah